0.5

1.6K 84 2
                                    





Salma kini tengah duduk di halte bis, ia melihat kanan-kiri, sambil sesekali melirik arloji jam yang ia pakai.



Kakinya ia hentak hentakan, seolah membuat irama acak untuk mengusir kebosanan nya, handpone yang ia genggam pun , kembali ia lihat, mengechek siapa tau ada pesan yang masuk.


"Sal, ngapain?". Teriak seseorang


Salma mendongkak mencari si peneriak namanya itu, ia melihat Neyl yang sedang mengendarai motornya dengan membawa gitar di gendongannya, gadis itu berdiri menghampiri Neyl yang kini menepikan motor dihadapannya.


"Lagi bakar sate ni mau lu?." Salma menatap tajam Neyl yang kini tertawa, mungkin lelaki itu sedikit terhibur dengan jawaban asal dari gadis ini.


"Nyeh sabar atuh Bu!, nanya doang gw bukan malak". Neyl menyengir, kedua tangannya terangkat keatas, memberi tanda perdamaian dengan kedua tangannya membentuk tanda vis dengan jari telunjuk dan jari tengah.

Salma menghela nafas, kesabarannya hari ini benar benar diuji seharian full, ditambah kehadiran Neyl lagi lagi membuat darahnya naik, bisa  bisa ia hipertensi mendadak saat ini, ngeri sekali masih muda sudah darah tinggi,"Lagian lu, basa basinya udah basi, udah tau gw lagi nunggu bis lewat, masih aja di tanya ngapain". jelas Salma, ia mencoba menahan separuh kesabaran yang ia coba simpan baik baik saat ini.



Neyl lelaki hanya menanggapi dengan anggukan sekilas, lalu menatap sekitar yang masih sepi itu.


"Jam segini jarang ada Angkot atau Bis lewat Sal, liat aja situasinya sepi gini". ucap Neyl lelaki itu mengangkat tangan kirinya melirik sebentar arloji ditangannya.


"Panas Sal, lu mau nunggu bis aja nih, gak mau bareng sama gw?". Tawar Neyl sembari mengibaskan rambut panjangnya, ia kegerahan karena lupa menguncir rambutnya itu.


Salma yang memang mengkipasi dirinya dengan makalah yang baru ia buat menatap Neyl, mencoba menghitung hitung tawaran Neyl yang memang menguntungkannya.



"Tapi gak ada duit bensin ya Neyl, gw bokek nih". cengir Salma yang di tatap malas Neyl, gadis itu tak mau rugi tentu saja, ia harus memastikan tumpangan kali ini harus gratis untuknya.


"Ga ada duit bensin, hari ini gratis, aman tapi besok traktir". ucap Neyl.


Mendengar itu Salma mendecak kesal, kan kan sudah ia duga, duta shampo lain ini pasti memiliki niat tertentu padanya.


"Bercanda ah elah bercanda". sambung Neyl kembali setelah mendapatkan cubitan maut dari Salma.


Mendengar itu Salma berseru senang, tangannya mengepal bebas diudara, ungkapan rasa senangnya atas ajakan pulang gratis dari ojek dadakannya  ini.



Dengan langkah cepat Salma yang masih cengengesan menaikin jok belakang Neyl, sementara Neyl hanya mengusap usap tangannya yang menjadi korban kekerasan teman premannya itu.


"Mana helm nya?, keselamatan penumpang itu nomor satu pir". tepuk Salma meminta helm yang akan ia kenakan pada Neyl.


"Cih...  pir pir lu kira gw supir".



"Nih helmnya punyanya Nab, Sal". sambung Neyl memberikan helm yang putih, ungu dan neon punya adiknya itu, pada Salma yang dengan sigap memakainya segera.


"Yaudah ayok". seru Salma menepuk Neyl yang kemudian di angguki Neyl dan mereka berdua berlalu dengan cepat, dengan Neyl yang sengaja menggas kencang motornya itu.




DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang