0.7

1K 83 1
                                    

"Nggis, Nabila udah ngabarin belum?". Syarla bertanya kepada temannya yang sibuk makan itu, perasaannya tiba tiba tidak enak sejak tadi, sesekali ia melihat pintu masuk berharap salah satu dari orang yang akan masuk adalah temanya yang sedang ia tunggu saat ini.


Anggis yang di tanya hanya menggeleng, menatap Syarla yang cemas.


Sementara Novia yang tengah menikmati acara makannya, buru buru melihat jam, yang sekarang pukul 14.30.

"Eh... udah hampir setengah jam, Yaudah ayok kita keluar aja, kita cari Nab di luar". Novia tiba tiba merasakan perasaan yang tidak baik, ia dengan cepat membayar makanan dan mengajak kedua adik tingkatnya keluar dari restaurant.

" Udah coba di telphone Nggis?". tanya Novia sembari menatap Anggis yang kini menunjukan raut khawatir yang sangat jelas.


Anggis yang di tanya kemudian menggeleng, dia masih mencoba menelphone sahabatnya itu, namun lagi lagi tak di jawab.

"Gak bisa kak, tumben ini juga, biasanya langsung di angkat". Anggis berujar dengan panik, Syarla buru buru mencari telpone nya, ikut ikutan menghubungi Nab, berharap kali ini Nab mengangkat telphone nya.


"aduhhh gimana ini kalo sampe ilang".



Novia memejamkan matanya bingung, pikirannya juga ikut panik, namun ia tak boleh panik, bagaimanapun ia jauh lebih dewasa dari pada kedua adik tingkatnya ini, kalau dia panik yang lain pasti akan  tambah panik.


"Kita ke pusat informasi, kita umumin ada anak ilang".



"hah....".




Syarla dan Anggis yang mendengar usul Novia terperangah, namun tak ada salahnya juga mereka mencoba kan.


Akhirnya dengan langkah serentak mereka buru buru mengunjungi pusat informasi meminta bantuan pada petugas untuk mencari temannya yang hilang.



















_______________________




"Srett".










"Kak Rony!!". pekik Nabila histeris, ia ketakutan saat seseorang tadi sudah berdiri di sebelahnya mencoba mencengkram sebelah tangannya yang bebas.


Rony yang memang mengetahui pergerakan itu dengan cepat memutar Nabila, sehingga membuat tas gadis itu yang tercengkram oleh pemuda misterius itu.


Merasa keadaan makin terpojok, Rony cepat cepat menarik Nabila kearah besment parkiran tempat ia memarkirkan motornya tadi.


Ia berubah pikiran untuk mengantarkan Nab ke teman temannya dengan keadaan sekarang, ia akan lebih baik mengantar gadis itu terlebih dahulu untuk pulang.


"Tenang Nab jangan takut". Rony menenangkan Nabila yang menggenggam tangannya dengan keadaan tubuh bergetar ketakutan.


Sesekali Rony melihat kearah belakang, si pemuda berbaju putih masih terus mengikutinya dengan berlari lebih cepat.


Merasa berlari akan sia sia, Rony menghentikan langkahnya meminta Nab untuk bersembunyi di belakang mobil merah yang terparkir di belakang Rony.

"sembunyi Nab cepet sembunyi!". Rony berbisik samar mendorong Nab sampai hampir terjatuh, Nab hanya menggelengkan kepala tak mau meninggalkan kakak tingkatnya yang sudah berusaha menyelamatkannya itu.


"sembunyi plis sembunyi".



Nab membaca gerak bibir Rony yang tak mengeluarkan suara.




DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang