0.13.

903 79 2
                                    

Nabila kembali terjaga, ia tadi tertidur dengan posisi yang menyakitkan, kepalanya tenggelam pada  kedua kaki yang ia tekuk, gadis itu melihat jam, sudah siang Namun sang kakak juga belum datang.

Ia takut, gadis itu kembali meringkuk, lalu menatap tajam pada serpihan beling kaca yang berserakan.


Tangan gadis itu berdarah, kakinya pun sudah berganti warna dengan merah, tak lupa dengan seprai di ranjangnya yang juga ikut basah oleh darah, Ia tak berani turun dari ranjang, kakinya kebas dan mati rasa, begitupun dengan tangan kanannya.


Tiba tiba hembusan angin begitu kencang, membuat gorden abu di kamarnya terbawa keatas, menampilkan seuntas cahaya dari matahari siang yang kini mengintip situasi keadaan gadis tersebut dalam kamar.

"Berantakan!". Nabila mendecih lirih, ia benar benar  tak bisa berbuat apa apa sekarang, mungkin hanya keajaiban yang bisa menolong tubuh ringkihnya kini.

Lagi, nada sibuk terus Nabila dapatkan dari panggilan yang coba  ia hubungkan dengan sang kakak, sebenarny dimana Neyl, mengapa nada panggilannya selalu sibuk?.


Nabila lagi lagi meringis, ia ketakutan dan pasrah, sekarang keadaannya benar benar kacau, ingatannya terus berputar pada situasi tadi.





Sebenarnya ada apa?.







FLASHBACK ON





Nabila tersenyum riang menatap Neyl yang sudah pergi dengan motornya dari atas balkon, ia melambai lambaikan tangannya menatap sang kakak yang juga membalas lambaian tangan kepadanya.

Setelah Neyl tak terlihat Nabila kemudian menghubungi kedua sahabatnya menitip absen pada Anggis dan Syarla yang memang satu kelas hari ini dengannya.

Panggilan kemudian tertutup, Nabila mengenggam handpone nya bersantai ria.

Hingga sebuah Box kardus terlempar jauh kearah balkonnya yang berada di lantai dua, Nabila yang melihat itu menengok melihat kebawah mencari pelaku pelempar Box sedang itu, ia tak menemukan siapapun disana, kecuali halamannya yang luas dan  indah.

Sebenarnya gadis itu mau memilih acuh saja, tak ingin menghiraukan Box sedang yang bukan miliknya , sampai ia membaca stinky note yang berada disana.

"Untuk Nabila ". Baca Nabila setelah menemukan stinky note kecil yang tertempel.

Dengan ragu Nabila membawa Box itu kedalam kamarnya, ia membuka semua gorden agar cahaya matahari bisa lebih leluasa masuk kedalam kamarnya.

"Buka nggak ya?". Terdengar suara ragu dari Nabila, ia menggigit bibirnya kecil, menghusir rasa tak nyaman yang ia dapatkan tiba tiba, namun ia juga penasaran apa yang berada di dalam Box kardus berukuran sedang itu.


"Bismilah, buka aja deh".


Dengan keyakinan yang ia coba kumpulkan Nabila perlahan membuka Box tersebut, tidak ada yang aneh sebenarnya, sampai Box itu benar benar terbuka dengan lebar.




"Astagfirullah!". Pekik Nabila kaget.





Ia melempar Box yang berisi bangkai kucing dengan penuh darah itu ke pojok kamar, tangannya tak sengaja mengenai noda darah dari bangkai kucing tersebut, Nabila memberingsut mundur melihat Box yang masih terbuka, dia bisa melihat dengan sekilas, ada poto sesorang yang di hancurkan wajahnya dan berlumuran darah dari bangkai kucing itu.


"Ayah... Ibu... Bang Neyl". Teriak Nabila histeris, perempuan itu memegang hijab putihnya, menekan kedua tangannya pada telinga saat mendengar suara pecahan kaca yang begitu memekakan.



"Brak".




"Brak".



"Brak".




Nabila ketakutan, lemparan batu itu terus menghujam kamarnya dari bawah, membuat kaca jendela dan pintu balkon pecah dan berantakan, ia terus menutupi kepalanya dengan kedua tangan, pekikan bising itu mengganggunya, serpihan kaca yang pecah juga banyak sekali yang melukai dirinya.



"Brak".


"Brak".




"TOLONG!!.... TOLONG". Nabila memekik lirih saat melihat darah yang mengalir di kakinya, baju putihnya sekarang bernoda merah pekat, ia menggelengkan kepalanya sembari menangis lirih.

"Abang cepet pulang, cepet pulang abang!". Nabila berucap lirih, pandangannya memburam, ia merasakan kesadarannya akan hilang begitu saja, rasa sakit dari serpihan beling kaca yang mengenai tubuhnya begitu menyakitkan, ia benar benar tak beruntung saat ini, ia sendirian dirumah dengan sepihan kaca jendela yang menghujam tubuhnya.


Nabila pingsan, gadis itu tak sadarkan diri dibawah gorden yang melambai lambai tertiup angin, seseorang yang berada disana hanya tersenyum puas, ia benar benar menyukai apa yang ia lakukan, dengan cepat dia membenarkan letak topinya, dan segera berlalu dari sana, sebelum seseorang memergoki aksi kriminal yang ia lakukan sekarang.


"Ahh".

Rintihan terdengar menyakitkan saat itu, kondisi kamar Nabila benar benar hancur, Gadis yang baru bangun dari pingsannya itu berdiri, menatap kosong pada balkon yang terbuka dengan lebar, dengan perlahan ia menutup balkon itu dengan goreden.



"Sret...".


Nabila menarik gorden tersebut, nada darah terlihat jelas di telapak kakinya, terasa segar dan anyir di penciumannya, ia kemudian berjalan pelan pada ranjang besarnya, membawa langkah kaki kecilnya itu untuk menginjak serpihan serpihan kaca yang sudah mengenai tubuhnya.

Nabila lelah ia hanya ingin menangis dan tertidur hari ini, rasa sakitnya begitu menyakitkan, hingga berjam jam berlalu, wajahnya kian memucat darah semakin banyak merembes dari luka luka itu, membuat Nabila mati rasa, Neyl pun susah sekali untuk ia hubungi, Nabila tak pernah terpikir untuk menelpon seseorang dari temannya, ia hanya terlalu lelah, panik, takut, dan kalut.










Flasback off




Gadis itu lelah sebenarnya, ia ingin di peluk oleh sang ibu, lalu di belai hangat oleh sang ayah, dan sang kakak yang menggenggamnya dengan erat.

Lagi, kesadaran Nabila berada di ujung batasnya, Gadis itu terus mencoba untuk tetap sadar, sambil berdoa dan berharap seseorang akan datang menyelamatkannya.

Ia sekarang terpikir untuk menelpone sahabatnya, Namun untuk mengangkat kedua tangannya saja ia sudah lemah, ia sudah tak kuat lagi, ia benar benar berada di ujung batasnya saat ini.

Sebelum benar benar terpejam, ia mendengar seseorang mendobrak pintu kamarnya yang terkunci, ia memang selalu mengunci kamarnya, karena ia tak mau seseorang merusak privasinya, namun kali ini ia sadar, mengunci kamar adalah pilihan terbodoh yang pernah ia lakukan.

Seseorang berlari menghampirinya, ah bukan cuma satu tapi tiga, Nabila tersenyum sekilas, sebelum kesadarannya benar benar di ujung batas.



Ya!, Nabila pingsan.

















_______________________










TBC.










DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang