0.17

806 79 2
                                    

Dokter berlari dengan cepat, Alarm darurat kembali terdengar disana, banyak perawat yang bergantian masuk memeriksa kamar itu, harap harap cemas terlihat disana.

Semua terjadi begitu cepat!, Mereka tak sempat memahami apa yang terjadi saat ini, mereka hanya ingat saat sedang asik bercanda tiba tiba Nabila kembali kejang kejang, Rony yang melihat itu dengan segera menekan tombol darurat yang berada didekat pintu, membuat suasana semakin ricuh dan caos seketika, para perawat, suster berlarian di koridor, di susul Dokter yang baru tiba beberapa menit setelahnya.

Anggis dan Syarla menangis histeris di pelukan Novia dan Salma mereka kaget, peristiwa itu terjadi begitu cepat, Nabila yang kejang kejang disana cukup menyeramkan untuk mereka, kedua gadis itu ketakutan jika sahabatnya akan pergi meninggalkan mereka.

Salma dan Novia hanya terpejam sembari memeluk dua gadis yang menjadi sahabat Nab, keduanya saling menguatkan dari balik pandangan satu sama lain, mereka berdua mendoakan  keadaan terbaik untuk sekarang, tak ingin putus asa mereka yakin Nab akan segera sembuh dan kembali bersama mereka.

Neyl sudah menangis di pelukan Diman lagi lagi ia menyalahkan dirinya sendiri, Paul ikut menenangkan Neyl yang sangat terpukul ia mencoba menenangkan lelaki berambut panjang itu, memberikan tepukan pelan beberapa kali, menyalurkan kekuatan lewat tepukan yang ia berikan, ia percaya Nab akan baik baik saja.








Rony yang menyadari kekacauan itu berlalu pergi, ia meninggalkan semuanya dan masuk kedalam toilet, laki laki berwajah datar itu melihat pantulan wajah nya dari cerimin yang berada di sana, ia tersenyum remeh memandang wajahnya yang terlihat berantakan, dengan emosi lelaki itu meninju keras tembok yang ada disana, sesekali ia juga menendang tempat sampah hingga terjatuh dan berserakan, ia tak menghiraukan rasa perih akibat luka dari tinjuannya tadi, ia hanya mencoba menyalurkan kekahwatiran yang ia pendam sendari kemarin.





"Tring-Tring".






Ponsel Rony berdering, ia mengambil ponsel yang berada disakunya,  Menatap tajam ponsel yang tak bertuliskan nama pemanggil itu, dengan geram ia mengangkat panggilannya.




"Hallo Rony!".







Terdengar suara tawa setelahnya disana, Rony hanya menggeram marah berusaha menahan emosinya untuk membanting ponselnya itu.






"Senang dengan kejutannya?, Ah, Gimana keadaan gadis itu sekarang?, Udah mati atau Masih Sekarat?".





Si penelpon kembali tertawa riang disana.





"Lu masih denger gw kan?!". Sentak suara itu dari telpone Rony.





"Apa mau lu bangsat!".




"Masalah lu sama gw!, jangan pernah libatin temen temen gw di dalamnya!".




Rony berteriak kesal yang di balas suara tertawa diujung sana, lelaki itu menggeram saat mendengar suara tawaan yang membuatnya ingin menghabisi nyawa si penelpone.





"Ah, Akhirnya lu marah juga!, seneng dengernya, Belum saat nya lu tau gw siapa Ron!, yang jelas Lindungi apa  yang lu punya saat ini sebelum gw ambil alih dengan paksa".






"Gw masih berbaik hati Rony!".






"Cepet sembuh buat Nabila!, semoga segera Mati!, hahahahah".










"Tut".




"Bangsat!".





Panggilan itu tetutup sepihak, Rony yang sudah kelewat emosi mebanting handponenya dengan keras, menginjak injak benda gepeng yang   sudah menemani nya setahun belakangan ini.






"Sialan gw harus segera ketemu Rahman". Batin Rony.









______________________

"Gimana Dok keadaannya?". Paul dengan cepat bertanya dan mendekat pada Dokter, Dokter hanya menghela nafas ia bingung bagaimana memberi tahu keadaan pasien saat ini.

"Semua sedang berusaha saat ini, kalian harus tetap berdoa, bagaimanapun kemungkinan untuk pasien sadar kembali mengecil, saat ini kita berspekulasi dengan fifty-fifty,  hanya 50 persen yang bisa kita lihat dari keadaan sekarang".

"Ada pendarahan kembali di sekitar area vital, sepertinya serpihan beling kemarin menimbulkan reaksi infeksi pada tubuh pasien, ada gejala infeksi yang di alami, kita akan berusaha sekuat yang kita bisa, tapi jangan gantungkan semua harapan kalian kepada saya, bagaimanapun saya bukan tuhan yang langsung bisa menyembuhkan, perbanyaklah berdoa saat ini".

Dokter berbicara pelan, menatap pemuda dan pemudi di hadapannya, ia  menghembuskan nafas lelah, pekerjaannya cukup berat, kabar ini juga merupakan kabar buruk yang tak ingin ia sampaikan.



"Hanya itu yang bisa saya ucapkan!, Terimakasih, saya permisi".




Pamit Dokter tadi sembari memberi resep obat pada perawat yang berjaga, semuanya hanya menunduk sendu, Rony yang baru datang dari toilet hanya mematung mendengar kemungkinan yang dokter tadi ucapkan.

Semuanya menjadi pesimis saat ini, Paul bahkan sudah terjatuh dan menunduk di hadapan Neyl, pemuda itu ikut menangis dalam diam, Diman hanya memejamkan matanya merasa tertampar oleh kenyataan begitupun Salma dan Novia yang juga ikut tersedu sedu menangis dalam pelukan yang mereka ciptakan berempat dengan Anggis dan Syarla.

Rony yang hendak menghampiri mereka kemudian mundur, dia merasa harus melakukan sesuatu saat ini, dengan samar ia menatap Diman, memberi isyarat pada pemuda itu untuk pergi terlebih dahulu, dan di angguki oleh Diman yang terlihat kosong saat ini.







"Gw harus bilang apa sama orang tua gw Dim!".








"Ibu gw nangis di ujung telpone sana!, gimana ceritanya gw harus kasih kabar ke mereka bahwa kemungkinan anak gadis kesayangan mereka untuk hidup hanya 50 persen" .







Neyl menunduk matanya tak lagi menangis saat ini hanya pandangan kosong yang ia lakukan, ia menatap Paul yang terduduk di depannya, memegang bahu pemuda itu dengan pelan.






"Jangan nangis Nab pasti sedih!".







Neyl menatap Paul dan teman temannya yang lain, ia kemudian menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong, Diman yang mendapati raksi tak wajar sahabatnya menubruknya pelan, membawa lelaki berambut panjang itu pada pelukannya, Novia yang melihat itu juga ikut memeluk Neyl disusul Salma dan Anggis, Syarla terakhir Paul yang menutup pelukan dari luar, mata pemuda bali itu tak lepas dari sosok cantik yang kini pucat dalam ruangan itu.

Mereka berharap ada keajaiban lagi dari 50 persen lainnya tentang keadaan Nabila, tak ada yang tak mungkin jika tuhan berkehandak, kita sebagai manusia hanya perlu berdoa dan berusaha.

Dalam diam mereka terus berbagi rasa sedih saling menguatkan satu sama lain, tanpa menyadari salah satu dari mereka yang tak berada dalam dekapan itu telah pergi lebih dulu dari Rumah Sakit dan mengendarai mobil dengan ugal ugalan.








______________________________







TBC.





Ah Full sedih kayaknya Bagian kali ini! :(


DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang