0.14

840 67 13
                                    


"Brak".

Rony menutup pintu mobilnya diikutin Diman dan Paul yang juga  keluar dari sana, mereka bertiga menatap rumah Neyl dari luar, rumah yang cukup simpel dengan nuansa nyaman terlihat disana.

"Biar gw aja yang bawa". Paul berusaha menyerobot kantong kresek yang berisi nasi padang Nabila dari tangan Rony, lelaki itu bersikeras menarik kresek tersebut dari Rony.

Diman yang melihat tingkah Paul hanya menepuk keningnya capek, temannya satu itu sangat tak bisa diam.

"Gak, biar gw aja!". Rony menyentak tangan Paul, kedua pemuda itu saling tarik menarik memperebutkan kantong kresek yang berisi nasi padang di depan rumah orang.

Jengah dengan perdebatan yang di ciptakan keduanya, Diman berlalu masuk terlebih dahulu, membunyikan bel dan berucap salam serta mengetok pintu.


"Ting-Ting".






"Tok-Tok".




"Assalamualaikum!, Nab ini Bang Diman!".


Diman berucap keras, membuat Paul dan Rony yang sedari tadi ribut buru buru menghampirinya, mereka juga ikut memencet mencet bel dan sesekali mengucapkan salam.



"Assalamualaikum!".



Masih tak terdengar jawaban dari dalam rumah, sudah hampir lima belas menit mereka mengetuk ngetuk pintu dan sesekali memencet bel.

"Kok gak dibuka ya Ron?". Diman bertanya pada Rony, sementara Rony hanya menatap pintu utama itu dengan tajam, wajahnya sangat serius terlihat saat ini.

Paul yang menyadari aura berbeda Rony ikut menatap pintu lalu mendorongnya sedikit kasar.


"Brak".




Tiba tiba pintu terbuka, membuat Rony menatap malas pintu tadi.

"Lho gak di kunci!, ngapain kita ngemper di luar tau gitu". Diman mengangguki ucapan Paul, ia juga pegal terus berdiri di luar sana mana panas lagi.

"Nab!, Nab!, Bang Dim bawain makanan buat kamu". Diman berteriak menggelegar, membuat Paul misuh tak jelas sembari memegang telinganya yang berdenging.

"Berisik rumah orang tau!". Protes Paul sewot mendorong pelan Diman yang hampir terjungkal ke belakang.

Rony yang menyadari hawa terlalu sepi merasakan perasaan yang tak enak, seolah berbagi perasaan Paul dan Diman yang menatap keterdiaman Rony juga merasakan hal yang sama, dengan cepat Rony berlalu keatas, menaiki tangga demi tangga secara perlahan.

Ia menatap sekelilingnya yang masih sepi, diikuti Paul dan Diman yang mengekori Rony dari belakang, mereka bertiga melihat ada beberapa ruangan disana, namun perhatian ketiganya terpusat pada pintu bercat biru dengan sebuah tulisan lucu.

'Kamar Nabila!, Bang Neyl jelek gak boleh masuk!'.

Paul yang menyadari lebih dulu menghampiri kamar bertuliskan lucu itu, dia mengetok ketok pintu itu berharap Nabila ada di balik pintu tersebut, Rony yang melihat itu menubruk Paul menggeser Paul untuk berada di belakangnya, dengan kasar Rony menggusak gusak engsel pintu yang terkunci, perasaan ketiganya makin tidak nyaman.

Merasa hanya melakukan hal yang sia sia, Rony mengabil ancang ancang mundur hendak mendobrak pintu yang menghalanginya ini, Diman yang berada di posisi tenang segera mengabari Neyl untuk segera pulang, ia tak memberi tahu keadaan yang sebenarnya terjadi ia hanya memberi tahu agar Neyl cepat pulang.


DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang