Chapter 11

159 10 2
                                    

Tenyata chapter 10 banyak typonya guys huaaaa
Jangan lupa tandai typo ya guys
Komen dan vote jangan lupa guys
Happy reading bestii bestii






******

( POV AIZA)

Aku termenung di depan kaca putih ini
Pikiran ku kalut dibuatnya
Takut, resah, dan banyak hal
Aku takut, jika dia benar benar hadir
Aku mulai merasakan kehadiranya
Tapi aku tidak mau merasakannya Aku tidak mau
Ohh Allah
Tolong bantu aku
Aku tidak menginginkannya
Tidak untuk sekarang
Tidak dengan cara seperti ini

Tala’al Badru ‘alaina

Min tsaniyatil wada’

Wa jabassyukru ‘alaina

Mada ‘a lillahida’

Lamunanku buyar takkala sholawat nabi telah terdengar. Aku kembali memejamkan mataku ketika pusing itu kembali. Ku atur nafasku ketika sesak mulai menyergap ku kembali. Ohh Allah aku mohon, semoga pikiran ku tentang "dia" tidak akan pernah terjadi.

Tok Tok Tok

"Ai sudah siap"?" ucap seseorang m3ngintip. Rupanya mba anis yang mengetuk kamarku dan sosok fina sahabatku juga berada.

Mba anis dan fina pun menghampiriku dan langsung memegang tanganku.

"Tanganmu dingin ai, kamu gpp?" Tanya mbak Anis khawatir ketika merasakan tanganku yang dingin. Ya sejak tadi aku merasakan suhu tubuhku yang sedikit dingin dan kepalaku yang pusing.
"Ai gpp kok mba" jawabku agar mba anis tak perlu khawatir.
"Aduhh calon manten deg degan ya sampe dingin tanganya nih"

Aku hanya tersenyum mendengar celetukan fina. Ya aku gugup, tapi aku juga takut, sangat takut.

"Gak nyangka gw bentar lagi jadi bini orang lu" ucap Fina terharu melihatku.
"Insyallah bulan depan kamu ya fin" ucap mba Anis menggoda sahabtku itu.
"Buset mba calonya aje belum ada udeh maen bulan depan aja"

Aku hanya bisa tertawa kecil ketika fina didoakan akan menikah bulan depan. Tapi aku juga mengaminkan ucapannya, semoga dia bisa segera mendapatkan jodoh yang membawa kebaikan untuk dirinya.
Aku terharu melihat fina hari ini. Hijab berwarna sage dan gamis yang dia pakai, sangat cantik. Semoga kedepannya dia bisa berhijab seperti ini.

"Sudah ngobrolnya di lanjutkan nanti, sekarang yuk turun sudah di tunggu sama semua orang di masjid" ucap mba Anis memecahkan pikiranku. mba Anis mengandeng tangan sebelah kiriku dan fina di sebelah kananku

Jantungku kembali berdegup. Ada rasa takut yang aku rasakan. Aku terus beristighfar sepanjang jalan. Ada rasa resah yang menghantuiku ketika kakiku berpijak di lantai masjid.

Ketika sampai di masjid, mataku melihat sesosok yang sebentar lagi akan menjadi imamku. Oh Allah apakah aku pantas dengannya, setelah apa yang telah terjadi kepadaku. Terlebih lagi jika "dia" benar hadir dalam hidupku

Aku kembali berjalan ketika mba Anis membawaku untuk duduk di sebelah umi.

"Anak umi cantik sekali masyallah" ucap umi ketika melihatku sudah duduk disebelahnya. Aku hanya tersenyum mendengar pujian umi untukku.
"Gugup ya ai sampai tangannya dingin seperti ini?

Goda umi yang hanya aku balas dengan senyum. Entah mengapa aku merasa bersalah kepada umi. Setelah apa yang telah terjadi, aku belum berani menceritakan kepadanya. Aku takut sangat.
Aku menundukkan kepalaku menahan sesak. Ada pancaran kebahagiaan di mata umi. Entahlah apa yang akan dia rasakan ketika tau anak gadisnya sudah tidak "gadis" lagi. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara pak penghulu memulai acaranya.

Jantungku berdegup sangat kencang takkala suara Abi menggema mengucap ijab untuk diriku. Tapi tiba tiba rasa  pusingku embali seperti tadi. Mataku menjadi berat sangat berat dan saat ka rayyan akan mengucap qobul untuk diriku, aku jatuh pingsan. Hanya ada kegelapan yang aku lihat dan suara umi memanggil manggil namaku. Aku tak sanggup untuk membuka mataku dan pada akhirnya, suara suara itu menghilang.

Ketika Takdir Sedang Bercanda (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang