Chapter 25

194 7 0
                                    

Happy Reading bestii
Jangan lupa vote juga!
Warning! Part sedikit panjang!

(Aiza POV)

Sudah 2 bulan aku menjalani pernikahan ini. Dan selama 2 bulan juga, aku mengonsumsi "itu". Tapi aku tidak tahu mengapa itu tidak berdampak padanya. Ketika melakukan kontrol, dokter selalu mengatakan bahwa "dia" sehat. Aku bingung, kenapa ini bisa terjadi? Apakah Allah yang melindunginya? Entahlah aku bingung. Apakah aku harus tetap melakukannya atau tidak.

2 bulan ini juga, aku mulai merasakan desir desir aneh pada diriku. Aku tak tau desir apakah itu. Yang aku tahu, desir itu terjadi ketika aku tidak sengaja mendengar Malik sedang berbicara dengan "dia" yang ada di perutku. Dia selalu berbicara dengannya setelah aku tertidur.

Setiap dia mendapatkan shif siang dan pulang larut, aku akan terbangun sendiri dan tanpa sadar aku menunggunya. Setelah aku mendengar deru mobilnya, akupun langsung berpura pura tidur agar dia tidak mengetahui bahwa aku menunggunya.

Dia juga tidak langsung mendekat, tapi langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Salah satu kebiasaannya yang mulai aku tahu bahwa dia akan membutuhkan waktu cukup lama di kamar mandi. Hampir 15 menit dia di dalam kamar mandi, dia pun keluar dengan pakaian ya g sudah lengkap dan biasanya dia akan langsung menuju ke tempat tidurku. Tidak dia tidak naik ke kasur, tetapi dia berlutut tepat di depan kasur. Dengan perlahan dia mulai menyentuh perutku dan berbincang dengannya.

"Anak papah gimana hari ini"
"Hari ini rewel gak?"
"Jangan buat umma susah ya"

Itu yang selalu dia bicarakan kepadanya. Aku hanya bergeming mendengar nya dan berpura pura tertidur. Tapi ketika dia mengelus perutku, ada rasa nyaman yang menyeruak di dadaku. Rasa yang sama seperti ketika ummi membelai kepalaku ketika aku sakit. Setelah puas berbicara dengannya, biasanya Malik akan langsung menggelar karpet tempat dia tidur. Dan ketika dia sudah terlelap akan tidurnya , aku membuka mata dan memperhatikan sosoknya.

Sosok yang selalu sabar menghadapi Ku. Sosok yang selalu siap siaga membuatkan aku susu hamil yang terkadang tidak aku minum dan membuangnya tanpa sepengetahuan nya. Sosok yang membela ku ketika aku di hina oleh ummi Fatimah pada saat di supermarket lalu. Meskipun aku juga marah dan berteriak kepadanya setelahnya, sikapnya terhadap ku tidak berubah. Dia masih sosok Malik yang menganggapku sebagai istrinya walaupun aku tak menganggapnya sama sekali.

Dan aku juga tidak tahu, aku merasa bahwa, aku mulai nyaman di dekatnya dan menjadi resah ketika dia tidak pulang di jam seperti biasa.

Seperti semalam aku tidak bisa tertidur karena malik belum pulang. Tak biasanya dia pulang terlambat seperti ini. Aku gelisah, aku ingin meneleponnya tapi gengsi ku terlalu tinggi. Setelah 30 menit berlalu, aku mendengar deru mobilnya. Rasanya sedikit lega bahwa dia sudah kembali. Aku menunggunya masuk ke kamar. Ketika pintu kamar terbuka, aku langsung menutup mataku. Malik mengucapkan salam pelan dan ku jawab dalam hati.

Seperti biasa dia akan langsung mengambil baju dan mandi. Aku membuka mata dan melihat pintu kamar. Aku ingin bertanya kepadanya mengapa dia pulang terlambat. Tapi sekali lagi gengsi ku sangatlah tinggi. Jadi ku urungkan lagi niatku.

15 menit berlalu dia pun keluar dan aku buru buru memejamkan mataku. Seperti biasa dia akan duduk di depan ku dan akan mengajak "calon anaknya" untuk berbincang.

Jantungku berdegup kencang takkala dia juga memperhatikanku. Aku terus berusaha tenang agar dia tidak tahu bahwa aku sudah terbangun. Lalu tiba tiba dia bangun dari duduknya dan aku mendengar suara pintu terbuka dan tertutup kembali.

Dengan perlahan, aku mengintip tempat biasa dia tidur dan ternyata dia tidak ada di sana. Akupun duduk dan mulai mencari sosoknya. Mengapa dia tidak ada di kamar. Aku pun turun dari ranjang dan mulai keluar. Perlahan aku menuruni anak tangga dan mulai mencium bau makanan yang membuat aku menjadi lapar.

Ketika Takdir Sedang Bercanda (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang