"Serapuh itu kah kamu?" Benakku terbayang senyumnya yang selalu sabar menghadapi ku. Tak terasa akupun mulai menangis, memikirkan sosoknya.
Seperti tahu bahwa aku sedang memikirkan ayahnya, janin di dalam perut ku ikut bergerak. Tanganku mengelusnya mencoba menenangkannya di dalam sana.
Aku pun mencoba tidur ketika tidak lagi merasakan gerakanny. Tetapi mata ini tak bisa kunjung dipejamkan. Pikiranku terus berkelana memikirkan sosoknya. Sosok Malik yang selalu bertingkah konyol dan absurd di kampus dan julukan buaya yang tersemat pada namanya.
Tapi semua itu hanyalah sebuah kepalsuan semata. Nyatanya sosok Malik kinza altair adalah lelaki rapuh, lelaki yang memilki luka yang tak kunjung sembuh. Yang kulihat dari dirinya adalah sesering aku memarahinya, memakinya dan lain sebagainya dia tetap tersenyum kepadaku. Tak bosannya dia terus menerus memperhatikan kebutuhanku seperti membuatkan susu hamil yang kadang aku buang.
Dan malam ini aku pun terus memikirkannya sampai aku pun tak tahu aku tertidur di jam berapa.
*
Aku terbangun takkala azan shubuh berkumandang. Kuucapkan doa sesudah bangun tidur dan melihat Nana yang masih tergulung nyaman dalam selimut. Aku menguncir rambutku sebelum menuju kamar mandi. Ya setelah hampir 5 bulan aku tertidur dengan menggunakan hijab instan, malam ini akhirnya aku bisa tidur tanpa sehelai kain di rambutku.
Ya pasti kaian tahu kan alasan di baliknya. Aku tidak sedang tidur dengan Malik.
Aku keluar kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Meskipun aku baru tertidur beberapa jam tapi itu tidak membuatku mengantuk.
Perlahan aku membangunkan Nana untuk mengajaknya sholat shubuh berjamaah. Dengan muka bantalnya Nana terbangun dan langsung menuju kamar mandi.
Aku memberikan mukena milikku untuk dipakai Nana dan mengajak nya ke bawah untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah.
"Loh yang cowo cowo pada kemana?" Tanyanya setelah sadar sepenuhnya
"Mereka sholat di masjid pesantren na karena lelaki itu diwajibkan untuk sholat di masjid" ucap ummi kepada Nana dan kulihat juga dia mengangguk paham.
Sebelum sholat shubuh kami tidak lupa melakukan sholat sunnah qobliyah shubuh. Karena sholat qobliyah shubuh "lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).
Kami pun mulai melaksanakan sholat shubuh berjamaah dengan khusyu dan khitmat.
*
Seperti pagi biasanya kami melakukan sarapan bersama. Bedanya, hari ini merupakan sarapan terakhir kami sebelum menunaikan ibadah puasa besok dan meja makan pun lebih ramai karena kedatangan Abang dan adik Malik Keluarga bang iss pun masih berada disini dan rencana mereka akan pulang besok.
Sedangkan keluarga Malik yakni bang Boby dan Nana harus kembali ke jakarta jam 9 nanti karena bang Boby harus pergi kerumah sakit karena hari ini jadwalnya dia untuk praktek.
Sebenarnya sedari tadi Nana terus mendumel di sebelahku karena dia belum ingin pulang, tetapi dia tidak bisa melakukan apapun karena sang Abang masih harus bekerja.
Aku pun mengatakan padanya dia masih bisa datang kemari di sela libur sekolahnya nanti. Ummi pun juga membujuknya agar Nana berhenti bersedih.
Setelah acara bujuk membujuk pun Nana mengangguk paham.
Tepat pukul 9 bang Boby dan Nana mulai berpamitan kepada kami. Kulihat bang Boby memluk Malik erat dan cukup lama. Entahlah apa yang mereka bicarakan di sela sela pelukan itu aku tidak mau tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Takdir Sedang Bercanda (ONGOING)
Espiritual''Saya terima nikah dan kawinnya Aiza Alfathunissa binti Rahman Zubair dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 200rb dibayar tunai!!'' ''aku membenci mu, sangat'' -Aiza Alfathunnisa- ''aku memang pantas dibenci olehmu, tapi j...