Chapter 21

165 8 0
                                    

Waktu terus berjalan tak terasa sudah hampir 2 bulan Malik tinggal di pesantren dan menyandang status "suami". Hari harinya nya pun menjadi lebih menarik. Dimana sebelum menikah dia jarang sekali melaksanakan sholat fardhu, tapi setelah sebulan enjadi seorang suami dan tinggal di lingkungan pesantren dia tidak pernah meninggalkan sholat fardhunya dan melakukan sholat jamaah di masjid pesantren. Satu lagi panggilan "Gus" yang ia sandang juga ketika berpapasan dengan para santri atau ustadz membuat Malik merasa tidak enak.

"Ilmu gw masih cetek masa di panggil Gus sih" benaknya saat itu.

Tapi bang fiyyan menjelaskan bahwa ketika seorang "Ning" anak dari kiayi/pemilik pesantren menikahi seorang lelaki lelaki, otomatis suami dari Ning tersebut akan di panggil sebagai Gus.
Dengan terpaksa Malik menerima panggilan itu ketika bertemu dengan para santri. Dua ini juga paket misterius selalu datang atas nama aiza. Entahlah paket apa itu Malik tidak ingin ikut campur takut aiza tambah akan membencinya.

Dia ingat sekali waktu itu dia menemani aiza ke supermarket setelah periksa kandungan. Tanpa di sengaja dia bertemu dengan mantan calon suaminya siapa lagi kalo bukan rayyan. Rayyan menyapa Malik dan aiza dengan ramah walaupun hanya di jawab anggukan saja oleh aiza. Malik pun menerima jabat tangan rayyan seperti kawan lama. Dia juga masih bisa melihat sebuah rasa sedih di mata rayyan.

Selang beberapa menit seseorang memanggil rayyan yang ternyata adalah sosok ummi Fatimah, ummi rayyan. Aiza pun terkejut bukan main takkala melihat sosok ummi yang seharusnya menjadi mertuanya itu. Dengan sedikit ragu aiza menyapa ummi Fatima dan mencoba mencium tanganya. Alangkah terkejutnya aiza melihat respon ummi yang langsung menepis tanganya untuk di salam.

"Saya tidak Sudi memberikan tangan saya kepada wanita kotor sepertimu!"

Sarkas ummi Fatimah. Dia masih sakit hati, merasa terbohongiboleh keluarga Zubair. Terutama putri bungsunya yang katanya wanita Sholeha ya g selalu menjaga kehormatannya.

"Astaghfirullah ummi istighfar " ucap rayyan menenagkan sang ummi.

Aiza hanya bisa tertunduk menahan tangis setelah mendengar perkadari ummi Fatimah. Di sisi lain Malik juga menahan amarahnya ketika sang istri dihina.

"Tolong jangan hina Istri saya ini bukan kesalahannya!" Tekan Malik

Tatapan ummi Fatimah pun beralih ke sosok yang mengaku suami aiza

"Ohh ini lelaki bejat yang dengan mudahnya mengajak perempuan yang mengaku Sholeha untuk berbuat zina?!"
"Astaghfirullah stop ummi udah mmi ayo kita pulang, maaf kami permisi dulu sekali lagi saya minta maaf atas sikap ummi saya assalamualaikum " salam rayyan langsung membawa sang ummi pergi jauh dari pasangan itu.

Aiza dengan senantiasa masih terus menunduk menahan tangisnya, kepalanya pusing, perutnya menjadi mual

Dengan khawatir Malik mendekati aiza
"Za-
"Aku mau pulang " ucapnya langsung pergi meninggalkan Malik. Malik hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Dia takut setelah kejadian ini aiza akan mencoba menyakiti calon anaknya.

Sesampainya di ndalem dan sudah berada di kamar, Malik mencoba mengajak aiza berbicara tetapi aiza malah marah dan menangis. Dengan mendengar tangisannya Malik sudah tahu bahwa aiz tertekan. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Ya g dia tau hanyalah dia harus menjaga aiza.

Ketika Takdir Sedang Bercanda (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang