"Mereka yang tidak mengakui kenyataan akan tersingkir dari kehidupan."
[Mubtadiatul Afifah]
***
Keesokan harinya....
Hari ini adalah babak Eliminasi. Peserta tinggal menyisakan 8 orang, dengan 7 Perempuan dan 1 Laki-laki. Fatih saat ini menjadi sorotan, karena dia satu-satunya peserta laki-laki. Indonesian Tahfidz Competition 8 Besar di buka untuk umum. Orang luar boleh menyaksikan penampilan para Hafidz dan Hafidzah tanpa di pungut biaya. SMA Al-Azhar pun seketika ramai di datangi Orang banyak, karena mereka sudah lama ingin menonton/melihat penampilan para Hafidz dan Hafidzah. Ratih dan Ana hari ini juga akan datang bersama Ibu Aida. Fatih pun senang, karena mereka akan datang dan menyaksikan Fatih tampil di atas panggung nanti.
Saat ini Fatih berada di Masjid. Sudah menjadi tempat favoritnya untuk menghapal atau sekedar untuk tempat beristirahat dengan membersihkan Masjid, di kala hapalannya sudah selesai. Di saat Fatih tengah fokus menghafalkan salah satu surah. Tiba-tiba Afifah datang, lalu menghampiri Fatih.
"Assalamualaikum...." Ucap Afifah dengan nada dingin.
Fatih mendongak ke atas, lalu dia menemukan Afifah sudah ada di hadapannya. Fatih menutup Al-qur'annya, lalu dia beranjak dari duduk seraya menjawab salam.
"Walaikumsalam." Jawab Fatih setengah gugup, "Ada apa mba kesini?" Fatih menundukkan kepalanya, karena tak berani melihat Afifah.
Afifah hanya terdiam. Tangannya mengepal dan matanya mulai berkaca-kaca. Beberapa detik kemudian, Afifah melayangkan tangannya dan langsung menampar Fatih.
Plakk....
Fatih terdiam sejenak seperti patung. Ini kesekian kalinya dirinya menerima tamparan. Rasa sakit akibat tamparan kemarin, belum sembuh sepenuhnya. Hari ini dirinya kembali menerima tamparan, Fatih menoleh dan menatap Afifah. Fatih hanya tersenyum tipis, sama sekali tak ada rasa marah dalam diri Fatih kepada Afifah.
"Kenapa mas ceritakan kejadian kemarin kepada Orang tua aku?" Tanya Afifah dengan tatapan tajam.
"Sa-saya hanya ingin menebus kesalahan saya, Mba." Jawab Fatih, dengan nada gugup.
"Menebus kesalahan mas bilang? Itu bukan menebus kesalahan, tapi memperkeruh keadaan." Jawab Afifah.
Fatih hanya terdiam. Apa yang dia lakukan, ternyata salah di mata Afifah. Perasaan Fatih kembali sedih, hubungan pertemanan antara dia dengan Afifah semakin renggang. Fatih mendongak, lalu menatap Afifah sambil menelungkupkan kedua tangannya.
"Maaf ya?" Ucap Fatih dengan nada suara parau.
Tangan Fatih bergetar, ia tak kuasa menatap Afifah yang kini tengah menatapnya juga. Tatapannya begitu tajam, ada amarah yang begitu besar dari tatapannya. Fatih langsung mengalihkan pandangannya, karena tak kuasa melihat Afifah.
Sementara Afifah, ia merasa emosional semakin menaik bila dirinya tetap berada di sini. Berulang kali ia mengucap istighfar dalam dirinya, takut dirinya mengeluarkan kata-kata yang kurang berkenan pada Fatih. Afifah belum bisa memaafkan Fatih. Terlebih dengan tindakan Fatih yang menceritakan apa yang terjadi antara Fatih dengan Afifah, tanpa sepengetahuan Afifah. Membuat kepercayaan Abi Umar terhadap Afifah berkurang dan Umi Arifah hanya terdiam tanpa mengatakan apapun ketika dia tahu kejadian yang di alami Afifah.
Afifah berbalik ke belakang, hendak pergi meninggalkan Fatih. Namun sebelum pergi, Afifah melontarkan sebuah kata-kata kepada Fatih.
"Ada pepatah yang mengatakan, bahwa Orang yang tidak pernah mengakui kenyataan akan tersingkir dari Kehidupan." Ucap Afifah, sambil kembali membalikan badannya dan menatap Fatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
A F I F A H (SlowUpdate)
Teen FictionFatih Eijaz Zakiyyan, seorang pemuda yang memiliki kehidupan yang berbeda dari yang lain. semenjak kedua orangtua meninggal akibat kecelakaan, membuat Fatih harus hidup mandiri dalam segala kekurangan. ketika takdir seolah menguji kesabaran, cukup k...