3 - Keterikatan Batin

98 15 15
                                    

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

[Qs.At-Tin(95):4]

***

Keesokan harinya....

Hari ini Anisa dan Fatih berangkat bersama ke sekolah. Tadi pagi supir keluarga Anisa, mengantarkan buku serta keperluan lain Anisa. Anisa telah siap, Fatih pun juga telah siap. Keduanya pun bergegas berangkat, Anisa pun berpamitan dengan Bu Aida.

"Assalamualaikum, Ibu." Anisa langsung memeluk Bu Aida.

Bu Aida yang merasa kaget, dia pun langsung tersenyum. "Eh, Anisa. Wahh kamu cantik banget hari ini."

Anisa mengurai pelukannya, lalu Anisa duduk di depan Bu Aida. Bu Aida mengelus pipi Anisa. Sejenak Anisa merasakan hangatnya kasih sayang dari seorang ibu dari halusnya tangan yang mulai berkeriput.

Anisa tersenyum kepada Bu Aida, lalu dia mencium tangan Bu Aida. Fatih yang melihat kejadian hal itu, membuat dirinya kagum. Kagum pada Anisa yang begitu sayang pada Bu Aida, walaupun Bu Aida bukan Ibu kandungnya. Fatih pun menghampiri keduanya, lalu duduk di sampingnya.

"Bu..., Fatih pamit ya. Mau berangkat sekolah. Ibu jangan lupa makan sama minum obatnya." Fatih mengingatkan Bu Aida. "Ibu juga harus banyak istirahat, jangan capek-capek. Urusan panti nanti biar Mba Ratih, Mba Ana, sama Fatih aja yang ngurus ya."

"Iya nak, kamu hati-hati ya dijalan. Jagain Anisa, jangan sampai kenapa-napa."

Fatih hanya mengangguk. Fatih bun beranjak dari duduk, yang kemudian diikuti Anisa. Setelah pamit, mereka pun langsung bergegas berangkat. Hari ini Mba Ratih berangkat pagi, sedangkan Mba Ana belum pulang sedari kemarin. Jadi Fatih tidak berpamitan dengan mereka berdua.

Diperjalanan menuju sekolah...

Hari ini jalan Kota Jakarta benar-benar ramai. Kemacetan pun tak terelakan, membuat perjalanan Anisa dan Fatih terhenti sejenak. Anisa yang merasa bosan, seketika berubah menjadi kesal karena Fatih sedari tadi diam saja.

Anisa pun menghela napas, lalu memposisikan dirinya menghadap ke Fatih. "Fatih...!!!"

Fatih pun langsung menoleh ke arah Anisa dengan senyuman. Anisa pun menunjukkan wajah kesalnya pada Fatih. Fatih yang polos pun merasa bingung, karena tiba-tiba wajah Anisa seperti orang kesal.

Fatih pun memposisikan dirinya menghadap ke Anisa. Anisa malah membuang muka, membuat Fatih semakin bingung. "Kamu kenapa? Kok kaya kesel gitu?"

"Ya kamu dari tadi kacangin aku terus."

Fatih hanya tersenyum, ketika melihat Anisa yang cemberut. "Maaf atuh. Aku bingung soalnya, mau ngobrol apaan, juga takut ganggu kamu yang lagi nyetir."

Anisa hanya terdiam, dia tidak melanjutkan pembicaraannya. Dalam diamnya, dia kembali melajukan mobilnya. Fatih pun menyadari, bahwa Anisa marah dengannya. Fatih pun merasa sangat bersalah, karena sudah membuat temannya marah. Perjalanan mereka pun di selimuti dengan suasana keheningan. Hingga akhirnya mereka sampai di sekolah. Setelah memarkirkan mobilnya, Anisa pun bergegas keluar tanpa mengajak Fatih.

Fatih pun kontan langsung keluar dari mobil Anisa. Lalu dia mengejar Anisa, yang sudah berjalan menjauh darinya.

Ketika Fatih berhasil mengejar Anisa, Fatih pun berdiri di depan Anisa. Anisa pun menghentikan langkahnya, lalu menatap Fatih dengan tatapan kesal. "Ck...., minggir gak? Jangan bikin aku tambah marah ya?!"

A F I F A H (SlowUpdate) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang