13 - Trauma dan Keputusan Akhir

77 10 4
                                    

"Ketika kita tidak mampu lagi mengubah situasi, kita ditantang untuk mengubah diri kita sendiri."

[Viktor Frankl]

***

Malam harinya....

Selepas Maghrib.
Fatih baru saja sampai di depan panti. Hari ini Fatih merasa begitu lelah. Segala masalah yang Fatih alami, membuat tubuh Fatih membutuhkan istirahat. Namun Fatih teringat pada catatan Kimia, hari ini dia harus mulai mencatat Kimia yang tertinggal begitu banyak. Terlebih lagi besok catatan tersebut hendak di pakai oleh Tazkia, Fatih harus menyelesaikan hari ini juga. Dengan lantai gontai, Fatih pun berjalan menuju pintu. Disaat Fatih hendak mengetuk pintu, tiba-tiba pintu terbuka dan keluarlah Ana dari dalam rumah. Ana pun terkejut ketika melihat Fatih sudah ada di depan.

Fatih pun mengucap salam seraya mencium tangan Ana. Disaat Fatih mencium tangan Ana, Ana tertegun ketika melihat telapak tangan Fatih yang di perban.

"Itu tangan kamu kenapa?" Tanya Ana sambil memegang tangan Fatih yang di penuhi perban, "Kok di perban?"

Fatih yang kebingungan, dia pun menjawab asal, "Emm itu..., tadi...aku terjatuh di sekolah." Fatih pun akhirnya beralasan, "Tadi pas istirahat, aku jatuh di..." Disaat Fatih belum selesai dengan penjelasannya, tiba-tiba Ana memegang kedua pundak Fatih.

"Fatih pasti bohong kan?" Ana tahu kalau sebenarnya saat ini Fatih tengah berbohong, "Mba tahu kalau saat ini Fatih tengah berbohong. Sekarang coba Fatih jelasin, kenapa tangan Fatih bisa jadi seperti ini?"

Karena takut ketahuan Ibu Aida, Fatih pun langsung mengamit tangan Ana dan membawanya ke Kamar. Di dalam kamar, Fatih menjelaskan semua kejadiannya yang ia alami hari ini. Mulai dari Fatih yang tengah mengerjakan tugas Kimia di waktu istirahat pertama, sampai kejadian Atta yang menggunting buku miliknya dan menginjak tangannya hingga terluka.

Sejenak Ana merasa miris mendengar apa yang di alami Fatih hari ini. Ana tidak menyangka, jika adiknya mendapat perlakuan yang tidak baik di sekolah. Ana pun berniat meminta pertanggung jawaban pada orang yang telah melukai Fatih, Ana berencana ingin ke sekolah besok untuk melaporkan hal ini ke Kepala Sekolah. Fatih pun menjelaskan pada Ana, bahwa dia tidak perlu ke sekolah karena masalah antara dirinya dengan orang itu sudah selesai. Fatih tidak menyebutkan nama orang yang telah melukainya, karena takut jika nanti bisa saja Ana meminta pertanggung jawaban ke pihak berwajib.

Setelah mendengar bahwa masalah yang di alami Fatih telah selesai, Ana bisa menghela napas sejenak. Namun Ana akan terus mengawasi Fatih mulai sekarang. Takut jika ada sesuatu padanya, Ana bisa langsung bertindak. Akhirnya Ana menyuruh Fatih untuk bebersih, Fatih pun hanya mengangguk lalu ia bergegas menuju ke kamar mandi.

Selagi Fatih mandi, Ana pun mempersiapkan makanan untuk Fatih. Di antara Ratih dan Ana, Ana lah yang paling perhatian dengan Fatih. Dari kecil, semenjak kedatangan Fatih di Panti Asuhan Muara Indah, Fatih langsung akrab dengan Ana. Sementara Ratih, dia lebih banyak diam dan cuek di waktu kecil.

Setelah makanan siap, Ana pun langsung mengantarkan makanan buatannya ke kamar Fatih. Disaat sampai di depan kamar Fatih, Ana pun mengetuk pintu kamar Fatih. Beberapa saat kemudian, terdengar suara Fatih yang mengatakan Ana boleh masuk karena pintu tidak kunci. Ana pun membuka pintu, ia melihat Fatih tengah duduk di meja belajar. Ana pun langsung menghampiri Fatih, seraya memberikan makanan buatannya.

A F I F A H (SlowUpdate) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang