1 - Fatih Eijaz Zakiyyan

161 19 3
                                    

"Dan sesungguhnya dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis."

[Qs.An-Najm(53):45]

***

Semburat mentari pagi hari telah menyinari Kota Jakarta. Menyambut seluruh makhluk yang ada di bumi, untuk terbangun dari alam mimpi mereka. Di sebuah kamar yang berada di ujung sebelah barat, ada seorang pemuda yang tengah bersiap untuk berangkat sekolah.

Fatih, Fatih Eijaz Zakkiyan. Merupakan siswa di sekolah paling elite di Kota Jakarta, yaitu SMA Al Azhar Jakarta. Fatih merupakan satu dari sekian banyak orang yang berhasil masuk ke sekolah itu melalu jalur Beasiswa. Kehidupan Fatih di sekolah pun di kelilingi orang-orang dari golongan konglomerat dan bangsawan. Berbeda jauh dengan keadaan Fatih, yang hidup dengan pas-pas dan seadanya.

Fatih mengambil buku-buku dan beberapa catatan penting ke dalam tas ransel abu-abunya. Tas butut dan kusam yang senantiasa menemani Fatih ke sekolah. Tak lupa Fatih memasukkan jaket peninggalan kedua orangtua Fatih. Kedua orangtua Fatih telah meninggal semenjak Fatih masih duduk di bangku SD, karena tragedi kecelakaan yang terjadi di pintu perlintasan Bintaro.

Setelah kedua orangtuanya meninggal, Fatih pun di asuh di Panti Asuhan. Panti Asuhan Muara Indah, dimana Fatih diasuh sedari kecil hingga saat ini.

Setelah dirasa cukup persiapan, Fatih bergegas keluar kamar. Fatih mulai berjalan menyusuri lorong kamar. Ada enam kamar dan telah semuanya telah terisi oleh Anak yatim piatu lainnya. Fatih mengambil sepatu bututnya, lalu memakainya. Setelah selesai memakai sepatu, Fatih pun bergegas berangkat. Ketika hendak keluar dari panti asuhan, pandangan Fatih menangkap sosok perempuan tengah duduk di kursi roda di depan teras. Fatih pun menghampirinya, karena dia harus berpamitan pada sosok perempuan tersebut.

"Bu, Fatih pamit berangkat sekolah dulu ya." Fatih mengamit tangan ibu tersebut, lalu menciumnya.

Fatih mencium tangan ibu tersebut dengan lembut. Lalu Fatih mencium kening ibu tersebut dan melempar sebuah senyuman. Sosok ibu yang begitu Fatih sayangi. Ibu yang telah merawat Fatih selama 10 tahun. Sosok itu adalah Ibu Aida, pemilik Panti Asuhan Muara Indah. Beliau lah yang telah mengadopsi Fatih, ketika Fatih masih kecil. Sejak kecil Ibu Aida telah menganggap Fatih sebagai anaknya sendiri.

Sementara Fatih, dia juga begitu sayang pada Ibu Aida. Sosok Ibu Aida telah membuat Fatih bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Ibu Aida mengelus kepala Fatih. Fatih dapat merasakan lembutnya elusan tangan dari seorang ibu.

Fatih pun kembali mengamit tangan ibu Aida, seraya berkata, "Ibu jangan lupa minum obatnya. Ibu gak usah mikirin masalah panti ya." Fatih mengelus tangan Ibu Aida. "Nanti biar Fatih sama Mba Ratih yang ngurusin. Ibu lebih baik banyak istirahat saja. Biar Ibu cepet sembuh."

Mba Ratih, Ratih Julia Anindya, merupakan anak angkat Ibu Aida. Sama seperti Fatih, Ratih di angkat oleh Ibu Aida ketika Ratih duduk di stasiun sambil menantikan orangtuanya. Kedua orangtua Ratih meninggal karena tragedi kecelakaan yang terjadi di Bintaro, sama persis yang dialami kedua orang tua Fatih. Saat ini Ratih sudah bekerja, di Cafe yang tak jauh dari Panti Asuhan sebagai kepala pelayan.

Ibu Aida pun tersenyum lalu mengangguk pelan. Ibu Aida pun mulai merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Ini ada sedikit uang buat saku kamu ke sekolah."

Fatih pun tersenyum sambil menggelengkan kepala. Fatih pun kemudian memasukkan uang tersebut ke dalam saku Ibu Aida. "Fatih masih ada uang kok, Bu. Kemarin Mba Ratih udah ngasih uang saku ke aku. Jadi hari ini ibu gak perlu ngasih uang saku buat aku."

A F I F A H (SlowUpdate) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang