"Apa yang kamu lakukan untuk orang lain?"
[Martin Luther King]
***
Sore hari....
Panti Asuhan Muara Indah.Kedatangan Umi Arifah dan Afifah di Panti Asuhan Muara Indah, di sambut baik oleh Fatih dan Ibu Aida. Walaupun kedatangan Umi Arifah dan Afifah, membuat Fatih sedikit gugup ketika menyambut mereka di depan gerbang tadi. Saat ini, Umi Arifah dan Afifah tengah berbincang dengan Ibu Aida dan Ratih di ruang tamu.
"Maaf, bu. Bila kedatangan kami malah merepotkan kalian." Umi Arifah merasa tidak enak.
"Sama sekali tidak merepotkan, Umi." Ratih mencoba menyakinkan Umi Arifah, "Malah kami senang sekali, bila Umi Arifah dan Mba Afifah sudah berkenan untuk datang ke sini. Apalagi Mba Afifah ini temen dekatnya Fatih kan?" Pertanyaan Ratih membuat Afifah sedikit menyadari satu hal. Dimana cara Ratih dan Ibu Aida memperlakukan Umi Arifah dan Afifah, menunjukkan bahwa di antara mereka tidak terjadi sesuatu.
Afifah hanya mengangguk pelan, untuk menjawab pertanyaan dari Ratih. Ibu Aida meminta Umi Arifah dan Afifah untuk menikmati perjamuan hari raya sederhana. Yang sudah Ibu Aida siapkan khusus untuk Umi Arifah dan Afifah.
Sementara itu...
Di dapur.Ana dan Fatih tengah mempersiapkan minuman untuk Umi Arifah dan Afifah. Fatih bertugas mempersiapkan air panas, sementara Ana bertugas meracik minuman teh. Setelah airnya matang, Ana meminta Fatih untuk memasukkan air tersebut ke dalam cangkir yang sudah ada teh hasil racikan Ana.
"Nah siap juga akhirnya." Ana menepuk tangannya, "Sekarang Fatih antar kedepan, biar Mba beres-beres dapur dulu."
Fatih langsung mengambil lap meja, membuat Ana sedikit heran dengan tingkah Fatih hari ini.
"Mba aja yang nganter minuman ini ke depan ya," ucap Fatih, mulai membersihkan meja.
Ana mengernyitkan dahi, "Kamu ini kenapa, si?! Dari tadi di suruh kedepan susah banget." Ana hanya mendengus kesal, melihat sikap Fatih yang tiba-tiba berubah.
Fatih hanya terdiam, sambil terus mengelap meja. Jantungnya berdetak kencang, perasaanya begitu gugup tak karuan. Fatih masih tidak percaya, jika Afifah ada di sini. Apalagi dia tak sendiri, ada Umi Arifah juga. Membuat Fatih semakin gugup, takut jika kedatangan Umi Arifah dan Afifah masih ada kaitan dengan masalah di ITC waktu itu. Fatih tak ingin, jika kejadian yang di alami Fatih sampai di ketahui Ibu Aida bahkan kedua kakaknya. Fatih juga tidak ingin, sampai kedua kakaknya membenci Afifah karena kejadian itu.
Tak mendapat jawaban dari Fatih. Akhirnya Ana yang mengantarkan minuman untuk Umi Arifah dan Afifah. Sesampainya di ruang tamu, Ana langsung menaruh teh buatannya di depan Umi Arifah dan Afifah.
"Duhhh..., jadi ngerepotin. Makasih ya." Umi Arifah benar-benar merasa tidak enak, karena di perlakukan begitu baik. Padahal Umi Arifah tahu, kejadian di ITC telah menghancurkan harapan anak laki-laki sekaligus adik dari keluarga mereka.
"Sama sekali tidak merepotkan, Umi." Ana beranjak lalu duduk di sebelah Ratih, "Silahkan di minum Teh nya, Umi, Fifah. Semoga kalian suka dengan teh buatan saya," ucap Ana dengan penuh harapan. Umi Arifah dan Afifah mengangguk pelan, lalu mereka meminum teh buatan Ana. Enak sekali teh buatan Mba Ana, ucap Afifah dalam batin.
Umi Arifah meletakkan cangkirnya kembali. Lalu menatap sekeliling, berharap dirinya dapat menemukan Fatih. Tadi Umi Arifah sempat bertemu dengan Fatih di depan gerbang, namun dia langsung masuk ke dalam dengan wajah yang begitu ketakutan. Tak berselang lama, Umi Arifah dan Afifah di sambut oleh kedua kakaknya Fatih, yaitu Ratih dan Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A F I F A H (SlowUpdate)
Teen FictionFatih Eijaz Zakiyyan, seorang pemuda yang memiliki kehidupan yang berbeda dari yang lain. semenjak kedua orangtua meninggal akibat kecelakaan, membuat Fatih harus hidup mandiri dalam segala kekurangan. ketika takdir seolah menguji kesabaran, cukup k...