18

3.1K 295 4
                                    

Becca tengah disibukkan dengan skripsi yang memusingkan selama sebulan ini. Setiap harinya dia selalu berhadapan dengan laptop. Meski dia sibuk dia tidak lupa untuk mengurus freen. Walaupun terkadang dia sedikit mengabaikannya.

"Bec, bagaimana skripsi mu?" tanya irin. Kini mereka berdua berada di kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.

"Aku sudah menyerahkannya" jawab becca.

Irin terkejut hingga tersedak minuman di gelasnya. Dia tercengang dan menatap tidak percaya.

"BAGAIMANA MUNGKIN?"

Becca menghela napas, "Aku sudah mulai dari lama. Kemarin aku menyelesaikan semua dan selesai"

Irin bertepuk tangan pada becca. Sahabatnya ini sangat ambis. Dia saja masih pusing memikirkannya dan becca sudah selesai.

Selesai dengan urusan mereka, becca izin pulang terlebih dahulu pada irin karena ingin menemui freen. Dia sangat rindu kekasihnya. Walaupun mereka tinggal satu atap namun selama becca sibuk dengan skripsinya, dia seakan melupakan freen.

Dengan memesan taksi dia pergi ke Chankimha Ent.

"Maaf tapi khun bos sudah pulang sejak tadi" ucap leona membuat becca bingung.

Becca pulang ke rumah dengan khawatir, takut jika terjadi sesuatu dengan freen. Tak biasanya freen pulang dengan cepat. Dan benar saja, ketika dia sudah sampai rumah dia freen sedang terbaring di ranjang mereka dengan dahi terkompres.

"Sayang.. apa yang terjadi?"

Becca menghampiri freen. Dia duduk disampingnya dan mengusap rambut freen. Muka becca memancarkan kekhawatiran dan penyesalan karena tidak bisa merawat freen dengan baik.

"Sayang" suara freen lemah dibarengi dia membuka matanya. Melihat becca yang hampir menangis.

"Jangan menangis" ucap freen mengusap air mata becca yang tiba-tiba turun.

"Maafkan aku tidak memperhatikan p'freen. Aku malah sibuk dengan skripsi ku"

"Aku hanya demam nong, nanti juga sembuh. Lagipun bagus kamu menyelesaikan skripsimu agar kita bisa cepat menikah"

Becca mendelik menatap freen yang tertawa.

"Kamu sedang sakit sempat-sempatnya membahas menikah" dengus becca.

"Memang kenapa? apa kamu tidak mau menikah denganku?" tanya freen menghentikan tawanya.

"Siapa juga yang tidak mau menikah dengan CEO Chankimha Ent. yang digilai semua orang" ujar becca dengan nada bangga membuat freen terkekeh.

"Iya iya nyonya Chankimha" goda freen.

Becca menunduk malu. Freen selalu saja bisa membuat pipinya merona hanya dengan kata-kata yang ia lontarkan.

"Ciee ada yang merah tapi bukan strawberry"

"P'freen menyebalkan"

Becca memukul freen pelan. Dia menganggap kekasihnya ini sangat menyebalkan. Freen hanya tertawa dan menghindar dari pukulan becca.

"Sayang aku lagi sakit loh" ucap freen.

Eh.

"Astaga p'freen maafkan aku"

Dengan penuh perhatian, becca mengusap-usap bekas pukulannya di tubuh freen.

"Sudah tak apa. Sini tidur disampingku"

Freen menarik becca untuk tidur disampingnya. Becca tidur dengan menjadikan lengan freen sebagai bantalnya.  Memiringkan posisinya menghadap freen yang tengah menatap dia.

Sea and You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang