DELAPAN

286 47 4
                                    

Di Karyakarsa sudah sampai Bab 28, di KBMapp sudah sampai bab 49, ya! 😘

🌸🌸🌸🌸

"Serius lo mau bahas urusan yang bukan urusan lo, di tempat umum kayak gini, Lin?" tanya Sean dingin, ketika menyadari Linda masih tak beranjak menunggu tanggapannya. 

"Kita keluarga, tentu saja ini juga menjadi urusan gue. Dan Gladys salah satu temen terbaik gue yang diperlakukan nggak adil sama Tante Hani."

Sean mengatupkan rahangnya dengan wajah tegang, menahan agar bara api tidak tersulut di dadanya. Kalau bicara soal diperlakukan dengan tidak adil, itu jelas dirinya. Namun, dia tidak mungkin mendamprat ibunya sendiri atas ketidakadilan itu. Dia lebih memilih untuk menelan semua bentuk kemarahan dan kekecewaan itu, daripada merengek seperti bayi pada Hani atas kekacauan yang menimpa rumah tangganya dengan Gladys.

Tak cukup hanya di situ, sekarang dia dipaksa untuk meyakinkan gadis pilihan sang ibu, yang jelas-jelas tidak disukainya agar mau menjadi istrinya. Hani tak menyisakan ruang sedikit pun bagi Sean, untuk menolak permintaan itu. Mantra sakti, "Bagaimana kalau ini permintaan terakhir ibu?" yang keluar dari mulut Hani, membuat lelaki itu tak berdaya.

"Lo nggak tahu apa-apa. Jadi, please nggak usah ikut campur masalah pribadi gue yang bahkan sudah jadi masa lalu."

"Tentu aja gue tahu. Gladys cerita semuanya ke gue. SEMUANYA!" desis Linda tajam.

"Terus apa? Nggak ada yang bisa diubah dari masa lalu. Toh, kami sudah berpisah."

"Gue hanya menyayangkan, seharusnya waktu itu, lo mau berusaha lebih keras lagi meyakinkan Gladys. Bukannya mengabulkan permintaannya untuk pisah dari lo."

"Lo nggak tahu aja, udah sekeras apa gue berusaha. Namun, dia tetap pada pendiriannya. Ibu juga sama, bahkan sampai masuk rumah sakit segala. Mereka memaksa gue memilih salah satu, kalo lo jadi gue, siapa yang bakal lo pilih?" Sean mengepalkan kedua tangan. Walau sudah lama berlalu, tapi kejadian menyakitkan itu masih saja membuat dadanya terasa sesak.

Linda terdiam sejenak, meski wajahnya tetap menyiratkan raut tidak puas.

"Seenggaknya, setelah lo pisah sama Gladys, lo cari pengganti yang jauh lebih baik dari dia. Minimal selevel lah. Bukan anak babu yang bahkan tidak tahu bagaimana cara berpakaian." Linda mengawasi Jelita yang baru saja menyelesaikan urusannya dengan teller dan melangkah ke arah mereka.

"Gue nggak bisa bayangin ekspresi Gladys kalau tahu dia digantikan oleh siapa!" Perempuan itu tertawa sinis, sambil menepuk-nepuk lengan Sean. "Pikir-pikir lagi, deh. Yakin lo mau jadiin dia istri?"

"Emang lo nyimpulin dari mana kalau gue bakal jadiin dia istri?" tanya Sean penasaran. Dia yakin ibunya tidak mungkin membocorkan tentang hal itu pada siapa pun.

"Nggak butuh otak jenius untuk mengetahui rencana Tante Hani yang udah kayak kena pelet itu. Ibu lo benar-benar terobsesi sama si Lita."

Kali ini Sean tidak bisa menyangkal karena dia juga berpikir sama. Entah apa yang membuat ibunya itu sangat terobsesi dengan Jelita.

"Ya, udah. Gue cabut duluan!" Tepat beberapa meter sebelum Jelita sampai di tempat di mana mereka berada, Linda segera berlalu. Tampak betul dia sengaja menghindari gadis itu. Seolah-olah Jelita adalah virus berbahaya yang harus dihindari.

"Maaf, Mas jadi kelamaan nunggu. Seharusnya tadi cukup antar saya sampai di parkiran saja dan langsung ke tempat kerja. Bukan nungguin kayak gini," sapa Jelita tak enak hati, apalagi dia sempat melihat Linda yang langsung pergi,sebelum dia sempat menyapanya.

Apa yang dibicarakan perempuan itu dengan Sean? Menilik dari wajah keduanya yang sama-sama tak enak dilihat, Jelita yakin itu bukan sesuatu yang menggembirakan.

CINTA SEMUSIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang