Jelita mengeluarkan kotak dari dalam paper bag yang diberikan Khalif tadi, lalu membukanya dengan hati gundah. Dia tercenung mengamati tas jinjing berlogo Gucci yang tergolek manis di dalam kotak tersebut. Jelita sama sekali tidak menyangka kalau ajakan Khalif ke mall, untuk mencari tas buat ibunya tadi sore, hanya kedok belaka. Tas tersebut justru diberikan kepadanya sebagai tanda ucapan terima kasih karena sudah bersedia menerima tawarannya untuk bekerja sebagai personal assistant-nya.
Gadis itu menghela napas panjang saat meraih kuitansi pembelian. Harga tas tersebut menurutnya sangat mahal, karena nyaris setara dengan empat bulan gajinya di Golden Florist. Bukannya dia tidak suka barang bermerk dan berkualitas bagus, tapi selama ini Jelita lebih suka memberi barang preloved.
Dia mengelus tas hitam polos kesayangannya yang sudah sudah hampir lima tahun menemaninya ke mana-mana. Tas dengan merk sama, yang dia beli di toko langganan yang khusus menjual barang original bekas pakai dengan harga jauh lebih murah.
'Khalif terlalu berlebihan,' pikirnya gelisah. Namun, dia juga kehabisan akal menolak karena lelaki itu terus memaksanya untuk menerima.
"Ini belum seberapa dibanding bantuanmu sama aku, Ta. Selama ini aku nggak pernah cocok sama PA-ku. Mereka kurang berinisiatif dan nggak jago meng-handle semua tugas yang udah menjadi tanggung jawab mereka."
"Aku baru dua minggu kerja. Kamu nggak bisa secepat itu menilai performaku," cibirnya karena merasa Khalif hanya membual saja.
"Aku nggak pernah salah menilai orang. Emang kamu pikir selama kuliah aku nggak merhatiin betapa jagonya kamu dalam mengorganisir dan berkomunikasi? Cara kamu mengatur waktu juga luar biasa. Belum lagi ide-ide kamu yang selalu cemerlang..."
"Sudah, ah! Aku bisa terbang ke langit kalau kamu sanjung-sanjung terus, "sela Jelita sambil tertawa.
"Tolong terima, ya, Ta. Dan jangan pernah merasa ini sebagai utang budi, yang harus kamu balas. Aku ngasih karena kamu layak mendapatkannya. Proyek ekowisata di Bandung gol, dan itu semua berkat kamu." Dengan nada suara pelan dan meyakinkan seperti itu, mana bisa Jelita menolak.
Gadis itu bangkit, lalu mencoba tas tersebut di bahunya sambil berjalan di depan cermin. Bagus, tapi entah mengapa dia merasa tidak cocok untuknya. Motif dan garis hijau merah yang merupakan ciri khas brand tas itu terlalu 'mencolok' kalau disandingkan dengan gaya berpakaiannya yang sederhana. Pada akhirnya Jelita menyimpan kembali tas tersebut ke kotaknya dan menaruhnya di dalam lemari. Mungkin kalau sudah menemukan pakaian dan momen yang pas dia akan memakainya.
Setelah bersih-bersih dan makan malam, dia mengecek toko, memeriksa laporan yang sudah dibuat Tika dan juga melihat orderan yang masuk.
Keningnya berkerut saat membaca orderan atas nama Linda. Dia buket mawar segar, serta tiga buah rangkaian bunga meja yang diambil besok.
"Tik, ini yang mesan dua buket dan tiga bunga meja, Linda siapa?" Jelita langsung bertanya pada Tika via telepon untuk memastikan.
"Ya Linda siapa lagi, Ta? Linda ponakan Bu Hani lah. Besok mau diambil, pagi-pagi katanya. Makanya udah angsur ngerjain tiga, besok sisanya gue lanjutin, abis subuh gue langsung cabut ke toko. Jangan sampai aja pesanan yang ini dia juga nggak bayar," gerutu Linda.
Jelita terdiam. Mengharapkan Linda mau mengeluarkan uang untuk bunga-bunga itu jelas hal yang mustahil.
"Kamu berani nagih emang kalau misal dia nggak bayar?" godanya kemudian.
"Yang nagih kamulah. Besok, kan week end, kamu nggak ngantor juga, kan? " Tika terkikik.
Menyadari Jelita hanya diam saja Tika melanjutkan. "Please, deh, Tak. Nggak bisa selamanya kita diemin kayak gini. Sekali dua kali dia minta gratisan, ya masih wajar lah. Ini udah sering banget lho. Dalam sebulan bisa tiga sampai lima kali. Gila. Dia royal banget ngasih buket ke pelanggan butiknya. Emang sih tujuannya untuk service pelanggan. Tapi ya modal, dong. Masa seenaknya aja minta, mentang-mentang itu toko tantenya. Parahnya lagi, kamu yang nalangin. Bukannya lapor sama Ibu." Suara Tika terdengar sangat gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEMUSIM
Romansa"Ibu tidak rela Jelita punya Ibu lain yang dia sayangi, selain Ibu, Sean. Kalau kamu benar-benar sayang sama Ibu, tolong yakinkan dia agar mau menjadi menantu Ibu. Tapi, jangan pernah sekali pun bilang kalau ini permintaan Ibu. Yakinkan dia kalau ka...