Part 26 : Perzinahan warga kampung

29.2K 621 14
                                    

Rama POV :

"Bapak?!"

Aku dan Bapak terkejut mendengar suara itu, kami buru-buru bangkit dan memakai kembali pakaian kami, setelah selesai aku bergegas pergi lewat pintu belakang, meninggal Bapak yang masih merapikan diri.

Dengan mengendap-endap aku berjalan ke samping rumah sampai kedepan, terlihat Ibu Ningsih turun dari mobil bak yang terdapat banyak karung, lalu aku lihat Bapak sudah keluar dari rumah masih dengan pakaian tadi. Ternyata itu hasil panen padi Bapak di sawah yang lain dan Ibu memanggil Bapak untuk membantu mengangkut karung berisi panen padi ke dalam gudang penyimpanan dirumah. Merasa ada kesempatan aku bergegas pergi dari sana untuk pulang kerumah dan ingin segera mandi karena tubuhku sudah tak nyaman lengket karena keringat dan pejuh yang memenuhi lubang anusku.

***

'Hahhh,, segarnya'
Setelah mandi dan membersihkan diri tubuh ku terasa segar apalagi perutku sudah diisi makanan membuat tenaga ku yang sudah terkuras waktu melayani pejantan tangguh yang tak lain adalah Bapak Dadang, Bapak ku sendiri.

Rasa kantuk mulai menyerang ku, apalagi cuaca yang sedang gerimis sungguh enak sekali untuk tidur. Setelah berpamitan untuk tidur duluan ke Nenek dan Bi Situ aku bergegas ke kamarku untuk tidur. Oh ya Wa Aji tak ada dirumah sejak aku pulang aku tak tau kemana, aku juga tak menanyakan nya ke Bi Siti lagian kalau gak ada Wa Aji aku bisa tenang karena tak harus melayaninya yang pasti meminta jatah padaku.

Entah sudah berapa aku tertidur, saat terbangun langit masih gelap terlihat dari celah jendela kamar, tapi hujan sudah berhenti, aku memutuskan ke kamar mandi untuk mengeluarkan kandung kemih ku yang sudah penuh. Saat kembali ke kamar ku rasa kantuk sudah hilang yang membuat ku tidak bisa tidur, aku cek hp ternyata masih jam 2 pagi, Aku pun memutuskan untuk bermain hp sambil menunggu pagi sukur-sukur kalau aku kembali tertidur.

Tak berapa lama terdengar suara kentongan bambu, biasanya itu berbunyi saat ada Bapak-bapak berkeliling untuk ronda malam. Makin lama makin dekat dan suara langkah kaki terdengar, kamarku memang di samping jadi kalo jendela kamarku dibuka maka terlihat jalan yang biasa dilalui.

"Berhenti dulu atuh nya saya pengen kencing dulu " terdengar suara lelaki kemudian langkah kaki mendekat ke arah jendela kamarku.

"Saya juga jadi pengen kencing yeuhh"

Serrrrrr

Serrrrr

Bunyi air kencing terdengar di telingaku begitu jelas, karena penasaran aku mencoba mengintip dari celah jendela yang terbuka dan betapa kagetnya aku ternyata kedua lelaki itu tengah pipis di samping rumah meskipun samar aku bisa jelas melihat bentuk kontol mereka.

Terlihat deras sekali air seni yang keluar sampai suara juga cukup kencang.

"Deres pisan Mang kencing nya" ujar lelaki yang ku kenali sebagai A Cecep, waktu itu aku dikenal kan ke dia sama Wa Aji ketika di sawah, dia ini yang ngurus sawah di sebelah punya nya Wa Aji.

" Iya Cep, udah hampir seminggu gak bucat , istri lagi mens euy "

"Waduh geus penuh atuh nya pejuh di peler na"

"Heeh yeuh (iya nih)"

" Mang Yana hayang teu di kaluarkeun eta penuh na ( Mang Yana mau gak di keluarin pejuh nya?)

"Mau atuh, geus te tahan padahal mah ie kanjut hayang di asah"

" Hehh, hayuk atuh buru lama amat cuman kencing doang " tiba-tiba terdengar suara dari belakang kedua lelaki itu yang aku tak tau siapa karena aku tak mungkin membuka lebih lebar lagi jendela kamarku takut ketahuan kalau aku sedang mengintip mereka.

MEMIKAT PARA LELAKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang