All your little things
-Arga Dirgantara-
"Eh—"
Langkah Kaivan otomatis terhenti ketika dia melihat ada Rumi juga di pantry.
Rumi yang sedang mencuci tumbler-nya juga berhenti sejenak menyadari kalau ada Kaivan.
Sudah empat hari ini hubungan Kaivan dan Rumi mendingin, padahal sebelum itu Kaivan ada memesankan tumbler yang desainnya sama. Sayangnya ketika tumbler itu belum datang mereka malah berselisih, tapi untunglah Rumi tetap mau menggunakan tumbler tersebut.
"Hai... Rumi...?" Sapa Kaivan canggung.
Rumi hanya tersenyum sekilas seraya menganggukkan kepalanya.
"Rumi—"
Kaivan memegang tangan Rumi yang sudah selesai mencuci tumbler-nya.
Rumi masih tidak bersuara. Dia diam sambil memandangi Kaivan dan tangan Kaivan yang memegang tangannya bergantian.
"Ah, maaf..." Kaivan melepaskan pegangannya pada tangan Rumi.
"Hm itu..." Kaivan tampak ragu, diusapnya tengkuknya.
"Pas pulang mau makan malem bareng?"
Kaivan terdiam karena pertanyaan barusan bukan keluar dari mulutnya, melainkan mulut Rumi.
"Hah...?"
Kaivan memastikan kalau dia barusan tidak halusinasi mendengar Rumi bertanya demikian.
Rumi mendengus pelan.
"Kamu mau makan malem bareng gak nanti?" Ulang Rumi lagi lebih jelas dengan nada sedikit kesal.
Seuntai senyum terbit di bibir Kaivan, sementara kepalanya mengangguk beberapa kali.
"Mau-mau...!" Jawab Kaivan semangat.
Rumi juga ikut tersenyum dan mengangguk.
"Oke, see you nanti malem" Ucap Rumi sebelum dia pergi meninggalkan pantry.
***
"Oh... Kamu mau makan dulu sama Rumi?" Terdengar suara Arga dari seberang panggilan.
"Iya Mas, jadi Mas hari ini gak usah jemput aku ya. Aku nanti pulangnya sendiri aja"
"Oke, tapi nanti tetap kabari saya kalau kamu udah mau pulang"
"Eh, ngapain Mas? Mas gak usah nunggu aku, aku bawa kunci kok"
Mendengar permintaan Arga membuat Kaivan memeriksa tasnya, memastikan kalau dia memang membawa kunci rumah sehingga teman serumahnya itu tidak perlu menunggunya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not GAY!
Romance"Aku bukan gay!" "Aku bilang, AKU BUKAN GAY!" -------------------- Tidak cukup dirundung karena fisik dan gaya hidupnya, Kaivan juga harus merasakan sakit ketika seksualitasnya dipertanyakan. Awalnya Kaivan berusaha untuk tak ambil pusing dan memili...