#Sembilan

42 4 1
                                    

Bukan halusinasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan halusinasi

-Kaivan Arnawama-

Kaivan menggeleng frustasi seraya berdiri dari kursinya dan berjalan menuju sofa.

Dirinya sudah tidak kuat, kalau Kaivan berada di mejanya lima menit lagi saja, mungkin dia bisa gila.

"Anjinglah..." Bisik Kaivan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Kaivan duduk di sofa sambil menutup matanya dengan lengan kanannya.

Bagaimana Kaivan tidak hampir gila sampai-sampai dirinya mengumpat, dia sudah merevisi puluhan kali permintaan salah satu klien perusahaan mereka, tapi selalu ada saja bagian yang salah atau kurang.

Maksud Kaivan. Kalau memang masih ada yang tidak sesuai dengan permintaan mereka, kenapa tidak mengatakannya sekaligus.

Kenapa setelah Kaivan selesai dengan revisinya, baru muncul permintaan yang lainnya?

Tidakkah kliennya ini tahu kalau bukan desain mereka saja yang harus dikerjakan oleh Kaivan?

Pekerjaan Kaivan menumpuk, sangat menumpuk malah. Terlebih ini sudah semakin mendekati penghujung tahun.

Rasanya Kaivan ingin berteriak, menangis, atau sekadar mengeluh, tetapi hal itu tidak mungkin dilakukannya mengingat bukan dia seorang yang dikejar-kejar deadline.

Tidak ada yang luput dari kejamnya tenggat waktu akhir tahun.

Saat dia sedang mengistirahatkan pikirannya sejenak, Kaivan merasakan tepukan pelan di tangan kirinya.

Mata Kaivan terbuka dan dia menemukan Rumi mendudukkan dirinya di sebelah Kaivan.

Rumi menepuk pelan tangan kiri Kaivan sekali lagi. Tanpa perlu Rumi bersuara, Kaivan mengangkat tangan kirinya dan Rumi langsung mengistirahatkan kepalanya di paha Kaivan.

"Capek banget njir..." Terdengar Rumi mengeluh.

"Sama, aku juga udah mau gila rasanya" Sahut Kaivan.

"Kamu nanti kalau udah libur mau ke mana Kai?"

"Hm... Belum tau sih Rumi, aku rasanya sampai gak sanggup mau mikirin libur"

Bisa dirasakan Kaivan, Rumi tertawa di bawah sana.

"Hah... Iya sih... Boro-boro mikirin agenda buat liburan, bisa bertahan sampai libur nanti aja udah syukur"

Kaivan melirik ke arah Rumi yang sudah memejamkan matanya.

"Kamu emangnya gak ada rencana mau ke mana gitu?"

Rumi menggelengkan kepalanya sebelum menjawab.

"Gak Kai, tahun ini keluarga aku katanya mau ngumpul di rumah Oma yang di sini"

I'm Not GAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang