Pengakuan dan pembuktian
-Arga Dirgantara-
Hari ini sudah memasuki hari ketiga Kaivan tidak masuk kerja dan selama itu pula dia terus menghindari Arga.
Syukurnya walaupun belum bisa ke kantor, keadaan Kaivan sudah jauh membaik, jadi dia tetap bisa mengejar semua pekerjaannya dari rumah.
Kaivan mendengar suara pagar dibuka. Tahu kalau itu Arga, dia buru-buru membereskan meja ruang tengah.
Untunglah Kaivan jauh lebih cepat membereskan peralatan kerjanya daripada Arga. Dia masuk ke kamar tepat sebelum pintu depan terbuka.
Kaivan duduk di meja sembari menghembuskan napas lega, namun baru saja dia akan lanjut bekerja, Kaivan tampak kebingungan.
"Loh mana ya???" Gumam Kaivan seraya mengangkat laptop dan beberapa benda lainnya di atas meja secara bergantian.
Kaivan sudah mencari ke semua sudut meja kerjanya tak terkecuali bagian kolong meja, namun hasilnya nihil. Kaivan tidak bisa menemukan pencil dari Drawing Board Tablet-nya.
"Aduh... Apa jatuh ya tadi???"
Dalam hati Kaivan tidak berhenti mengutuk dirinya. Kalau seperti ini artinya dia harus keluar kamar dan kemungkinan terburuknya dia bertemu dengan Arga yang selama tiga hari ini mati-matian dihindarinya.
Beberapa menit Kaivan bergulat dengan batinnya sampai pada akhirnya dia mengalah dan memilih keluar, karena dia benar-benar membutuhkan pencil tersebut untuk bekerja.
Kaivan hampir saja terjatuh sewaktu dia membuka pintu kamarnya karena mendapati Arga yang berdiri di sana.
"Ini..."
Tangan kanan Arga terangkat, dalam genggamannya ada sebuah benda yang dari tadi dicari-cari Kaivan.
Tangan kanan Kaivan terulur ingin mengambil pencil tablet-nya, namun tangan Arga menarik dan menahan tangan Kaivan.
"Lepasin Mas" Minta Kaivan dengan suara bergetar.
"Tolong Kai, kita harus bicara"
"Saya minta waktu buat jelasin kejadian kemarin"
"Gak perlu Mas, aku gak butuh penjelasan apa-apa"
"Siniin pencil-nya Mas"
"Gak Kai, tolong. Sebentar aja"
"Aku gak mau Mas!"
Kaivan berusaha menarik tangannya yang membuat Arga mengeratkan genggamannya.
"Mas, sakit..." Ringis Kaivan.
Arga langsung melepaskan genggamannya dan detik itu juga Kaivan menarik tangannya.
"Maaf Kai, maaf"
"Tolong Kai, kasih saya kesempatan buat jelasin sekali aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not GAY!
Romance"Aku bukan gay!" "Aku bilang, AKU BUKAN GAY!" -------------------- Tidak cukup dirundung karena fisik dan gaya hidupnya, Kaivan juga harus merasakan sakit ketika seksualitasnya dipertanyakan. Awalnya Kaivan berusaha untuk tak ambil pusing dan memili...