#Sembilanbelas

33 4 0
                                    

Mengisi lembar demi lembar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengisi lembar demi lembar

-Arga Dirgantara-

Fokus Arga pada layar televisi terdistraksi mendengar Kaivan keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tengah.

Arga yang sebelumnya tiduran di sofa segera mengubah posisinya menjadi duduk. Tangan kirinya terangkat sebagai tanda mempersilakan Kaivan untuk bersandar padanya.

Kaivan tak menolak. Dia langsung duduk di sebelah Arga dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri Arga.

Tidak ada pembicaraan setelahnya. Arga kembali fokus pada tontonannya dengan tangan kirinya membelai-belai pelan rambut Kaivan.

Gerakan tangan Arga pada rambutnya membuat kedua mata Kaivan mengantuk. Kaivan menurunkan badannya dan Arga langsung mengambil sebuah bantal agar Kaivan lebih nyaman.

Tangan kiri Arga yang sebelumnya membelai kepala Kaivan berganti jadi menepuk-nepuk pelan dada Kaivan.

"Tadi kerjaan kamu banyak ya?"

Arga membuka obrolan, merasa acara di hadapannya sudah tidak seseru itu.

Kaivan mengangguk pelan dengan pandangan masih pada televisi.

"Biasalah klien rewel, gak ngerti entah gimana maunya Mas"

"Aku udah puluhan kali revisi masih aja salah"

Tepukan Arga di dada Kaivan berubah menjadi usapan, seakan ingin menenangkan Kaivan.

"Memang selalu ada orang yang kayak gitu Kai, nyebelin tapi gimana ya"

Kaivan menganggukkan kepalanya.

"Aku gak masalah Mas kalau dia masih belum sreg sama desainnya, nah masalahnya dia pun gak ngerti maunya gimana"

"Jadinya aku yang harus nyari-nyari sendiri ini si klien maunya gimana, kan repot, apalagi bukan cuma punya dia yang aku pegang"

"Iya, saya ngerti Kai"

"Selagi kamu masih sanggup kerjain ya dikerjain aja, nanti pasti lewat kok"

"Tapi kalau kamu udah gak sanggup bilang aja ke Leader Team kamu, jangan dipaksa stres sendirian. Ya?"

Kaivan menatap Arga sebelum menganggukkan kepalanya.

Arga tersenyum. Sekarang tangan kanannya yang bergerak mengusap-usap kepala Kaivan.

Selama beberapa detik keduanya saling tatap dalam diam, sampai Arga-lah yang bergerak lebih dulu.

Arga perlahan menunduk membuat wajahnya semakin dekat dengan wajah Kaivan.

Kaivan tetap memilih diam dan tidak menghentikan Arga. Sampai mata Arga mulai menutup kemudian bibir mereka saling menyentuh.

Bibir Arga yang semula diam, mulai bergerak pelan, di saat itulah Kaivan juga menutup kedua matanya.

I'm Not GAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang