Prolog

1.8K 147 26
                                    

Prolog

"Aku mau punya papa seperti uncle Liam! Aku tidak mau punya papa yang pergi terus!" Seorang anak perempuan berumur empat tahun menangis tersedu-sedu seraya membanting kue ulang tahunnya.

Semua orang terdiam dan hanya bisa memandangnya dengan rasa iba. Termasuk Freya, ibunya sendiri yang sudah merasa lelah untuk memeberi pengertian.

Ayahnya adalah seorang penyanyi yang tak memiliki waktu sebebas pekerjaan pamannya. Tahun ini saja, pria itu harus tour asia full 12 bulan.

"Acha, kamu boleh kok anggap papaku sebagai papamu juga!" Zayn kecil mencoba menghiburnya.

"Iya Sayang, uncle Liam adalah adik dari papamu. Kamu boleh anggap uncle sebagai papamu juga. Okey?" Liam mencoba untuk menggendongnya, namun Acha menolak. Anak itu justru menangis lebih kencang.

"Tidak mau! Uncle kan papanya Zayn! Tidak bisa menjadi papaku!" Serunya.

"Lagian kakakmu kenapa sih, susah banget buat nyisihin waktu!" Kiara mencibir dengan nada kesal. "Ini hari ulang tahun anaknya, apa tidak bisa dia kosongin jadwal sebulan?"

"Nanti aku coba nasehatin Kakak!" Ujar Liam dengan tegas.

Freya hanya bisa menarik nafas panjang. Ia tidak bisa berkata-kata. Apalagi saat Acha menangis dan mulai mengusir para iparnya.

"Maaf ya Liam, Kiara, sebaiknya kalian pulang. Jika sudah seperti ini, Acha tidak akan mau diam. Aku akan coba telfon Dipta." Freya tersenyum sendu, lalu menggendong anaknya menuju halaman belakang. Mencoba mendiamkannya.

Liam dan Kiara mengangguk mengerti. Mereka meninggalkan kado yang mereka bawa, lalu berpamitan. Padahal kejutan ulang tahun ini sudah mereka pikirkan dari seminggu yang lalu. Tapi mau bagaimana lagi?

Tak lama setelah para iparnya pulang, seorang pria datang berkunjung dengan langkah terburu-buru dan membawa boneka mermaid berukuran cukup besar. Dengan bantuan satpam, ia membawa boneka itu masuk ke dalam rumah.

"Lho kok sepi, Pak? Acaranya hari ini kan?"

"Dibatalkan Pak, Non Acha nangis nyariin papanya. Semua orang di usir!"

Mendengar suara tangisan Acha yang begitu keras, Keenan langsung tersenyum mengerti. Ia mengucapkan terimakasih kepada satpam tersebut, lalu menuju kepada sumber suara tangisan anak kecil yang sangat menyedihkan.

Keenan adalah sahabat dari Dipta dan Freya. Pria itu juga berteman baik dengan para iparnya. Bisa dibilang, Keenan sudah seperti keluarga.

"Acha!" Suara panggilan Keenan membuat bocah yang tadinya menangis teridam sebentar. Anak itu seolah memastikan siapa yang datang.

"Acha, uncle bawa apa yang kamu pesan. Boneka mermaid raksasa! Ayo kemari!" Keenan berteriak memanggilnya.

"Uncle Keenan!" Melihat Keenan datang membawa boneka pesanannya, anak itu langsung meminta turun dari gendongan ibunya dan berlari menghampirinya.

"Kenapa menangis princessku yang cantik? Hmmm?" Keenan menggendongnya. "Apa kamu yang membuang kue itu? Mengusir Zayn, uncle Liam, dan aunty Kiara?" Keenan menoel hidungnya.

"Aku marah!"

"Marah?"

"Kenapa papaku pergi terus? Aku pengen seperti Zayn yang selalu ditemani papanya!" Isaknya mengadu.

Freya mengusap airmatanya, lalu pergi mengalihkan pandangan. Freya lelah sekali. Ia tidak tega melihat anaknya terus menangis dan menanyakan dimana ayahnya.

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang