21 Konflik

794 122 17
                                    

21 Konflik

"Sayang, makan dulu ya?" Freya menyodorkan sesendok bubur kepada putrinya yang telah membuka mulutnya lebar-lebar.

"Pinternya!" Freya mengusap wajah pucat Acha yang tengah mengunyah. "Tangannya masih sakit?" Lanjut Freya bertanya dengan perhatian.

"Masih sakit sedikit." Jawab bocah itu dengan melas.

"Sebentar lagi dokter datang untuk memeriksamu. Sekarang Acha makan dulu!"

"Mama, Papa mana?" Jawab Acha melenceng dari pembicaraan utama.

"Papa siapa?" Freya bertanya dengan ragu. Sebenarnya siapa yang Acha maksud saat ini? Apakah Keenan, ataukah Dipta?

Kalau memang Acha merindukan Dipta, Freya tidak akan egois. Apalagi keadaan Acha seperti ini. Freya tidak akan melarang mereka untuk bertemu.

"Papa Keenan! Memangnya siapa lagi?"

"Acha tidak kangen dengan Papa Dipta?"

"Uncle Dipta, Mama! Semua anak hanya memiliki satu Papa! Dia bukan papaku lagi!" Beritahunya dengan bibir memanyun, dan tangan yang terlipat di dada.

"Yakin, Acha tidak kangen? Kalau kangen bilang ya, Mama akan telfon."

"Uncle Dipta saja tidak menolongku, Papa Keenan yang menolongku saat ada orang jahat kemarin. Pokoknya aku mau Papa Keenan! Aku tidak mau diganti lagi!"

Freya menatap putrinya dengan sendu. Ia menahan airmata sebisa mungkin. Ucapan itu sungguh menyakitkan. Anak sekecil dia, harus menjadi broken home dan memahami hal yang tidak seharusnya.

"Semalam Papa berjanji akan membelikan balon dan ice cream. Mana?" Tagihnya. "Mama jangan diam saja! Ayo telfon Papa Keenan! Ayo!"

"Papa disini!" Keenan memasuki rungan dengan membawa satu ikat balon, dan satu kotak ice cream rasa strawberry kesukaan Acha.

"Papa!" Acha berteriak seraya merentangkan tangan. Saat Keenan tepat disampingnya, Acha langsung memeluk dan mengadu apa yang ia bicarakan bersama Freya beberapa detik lalu.

"Papa, Papa tidak akan diganti lagi dengan Uncle Dipta kan? Papa sudah menjadi Papaku?"

Keenan melirik Freya yang terlihat sedih, lalu kembali berfokus ke anak yang masih menatapnya dengan rasa penasaran. Anak itu masih setia menunggu jawabannya.

"Tentu saja tidak!" Jawabnya singkat. Keenan sangat bingung harus menjawab dan menjelaskan dengan seperti apa. Tapi nanti seiring berjalannya waktu, Keenan akan berusaha menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

"Janji? Papa tidak akan pergi?"

"Janji Sayang!"

"Acha sayang sekali sama Papa! Pokoknya Acha tidak mau Papa ditukar lagi!" Anak itu berseru dengan penuh penekanan.

"Anak Papa manja banget!" Keenan menarik hidungnya. "Ayo lanjutkan makan!"

Freya tersenyum saja seraya mulai menyuapi Acha kembali. Ia cukup lega melihat Acha kembali ceria dan tampak sehat. Freya ingin putrinya cepat pulih seperti sedia kala.

Suasana yang awalnya begitu hangat dan ceria, tiba-tiba berubah mencekam saat beberapa polisi datang dan masuk ke ruangan Acha. Mereka menunjukkan surat perintah penahanan kepada Freya yang seketika membeku ditempat.

"Itu pelakunya Pak, dia yang membuat Alissa keguguran." Dipta menunjuk wajah Freya dengan penuh kebencian. "Saya sudah serahkan semua bukti. Silahkan tangkap!"

"Jangan marahi Mama! Jangan sakiti Mama!" Acha menjerit seraya melempar barang random ke arah Dipta, dan pria asing yang membawa sebuah borgol.

"Acha... " Freya tersedu.

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang