13 Sentuhan

880 122 18
                                    

13 Sentuhan

"Jadi kamu sengaja mempertemukan mereka di mall?"

Setelah Acha tertidur, Freya mengajak Keenan bicara di ruang tengah sambil menikmati secangkir kopi. Freya menceritakan semua hal yang terjadi hari ini.

"Aku sudah tidak tahan berlama-lama disisi Dipta. Makasih Keenan, lagi-lagi kamu membantuku disaat seperti ini."

"Aku akan membantumu sampai akhir." Keenan mengusap puncak kepala Freya.

Keenan tersenyum saat Freya bersandar pada pundaknya. Wanita itu mendadak memeluk tubuhnya, dan bersandar penuh di dadanya.

"Keenan... " Freya memanggilnya dengan lirih.

Apa?"

"Kenapa kamu cuek banget?"

Keenan terkekeh mendengar perkataan itu. Ia menarik wajah Freya untuk ditatapnya, lalu berkata-kata dengan pelan.

"Cuek?"

"Kamu bilang kamu cinta sama aku. Tapi rasanya setelah mengungkapkan perasaan, kamu berubah dingin."

"Jadi kamu mau aku seperti apa?"

Freya langsung melepas pelukan dan bangkit berdiri karena Keenan tidak peka. Namun dengan sigap, Keenan menariknya kembali. "Kamu ingin aku bersikap mesra? Kamu tidak menyesal memintaku seperti itu?" Keenan memojokkan Freya hingga merebah di sofa.

"Iya, tapi tidak seperti ini!" Jawabnya tergagap.

"Kamu tahu betapa susahnya aku menahan diri selama ini?" Bisiknya seraya mengusap bibir Freya dengan lembut.

"Kenapa kamu mencintaiku?" Tanya Freya sendu. "Hanya nafsu?"

"Inilah alasan kenapa aku tidak mau lancang menyentuhmu. Aku ingin membuktikan ketulusanku. Aku mencintaimu karena itu kamu. Bukan kerena yang lainnya."

Freya menyeka airmatanya yang terjatuh. Ia tidak tahu kenapa hatinya tiba-tiba mellow. Freya tersentuh dengan perlakuan Keenan. Setelah bertahun-tahun dia menghabiskan waktu untuk mencintai seseorang yang tidak pernah menghargainya, akhirnya Freya menemukan seseorang yang membuatnya merasa begitu dicintai.

"Jangan menangis lagi, sebaiknya kamu istirahat." Keenan membelai wajahnya dengan lembut. "Tidak semua pria seperti Dipta. Tidak semua pria melihat wanita karena fisik atau nafsu. Aku akan membuktikan itu."

"Kamu tidak menyesal mencintai seorang janda anak satu?" Tanya Freya sebelum Keenan bangkit. Wanita itu menduduk seraya meremas jari-jarinya.

"Jika aku mau mencari wanita lajang, sudah kulakukan sejak dulu."

Lagi-lagi sebelum Keenan bangkit, Freya menggagalkannya. Ia menarik lengan pria itu, lalu dengan spontan menempelkan bibir mereka untuk yang pertama kali. Menikmati kelembutan benda lunak itu untuk sejenak.

"Andai waktu bisa diulang, aku tidak akan memberi Dipta kesempatan." Freya terisak pelan.

"Andai aku tahu kamu mencintaiku, aku tidak akan seputus asa itu menerima Dipta kembali. Aku pikir, tidak akan ada pria yang mau menerima wanita tak berguna sepertiku." Freya kini menatap Keenan dengan mata yang terus berair.

"Aku pikir, semua pria akan berpikiran sama seperti Dipta. Aku tidak bisa memasak, aku tidak bisa di harapkan, aku tidak memiliki keahlian apa-apa. Saat itu Dipta selalu bilang, hanya bercinta yang aku bisa. Aku seperti pelacur yang memiliki status seorang istri."

Keenan memeluk Freya yang kini terisak. Ternyata luka lama yang Dipta berikan padanya begitu membekas. Pasti selama ini Freya menyimpan kesakitan itu seorang diri.

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang