25 Pengorbanan

387 70 17
                                    

25 Pengorbanan

"Keenan kamu tenang dulu!" Farah mencoba menenangkan Keenan yang terus uring-uringan dan cemas dikala Freya masih ditangani oleh dokter di dalam sana.

Keenan juga langsung meminta anak buahnya mencari Alissa setelah rekaman cctv menunjukkan jika pelaku penembakan itu adalah dirinya. Keenan tidak akan mengampuninya jika terjadi sesuatu.

"Bagaimana aku bisa tenang Ma? Freya sedang berjuang di dalam sana, sudah berjam-jam kita menunggu. Tapi para dokter belum juga keluar!" Keenan menjambak rambutnya dengan airmata bercucuran.

"Kalau sampai Freya kenapa-napa, bagaimana aku bisa jelasin ke Acha? Dia sangat percaya jika aku akan menjaganya dan juga ibunya. Tapi sekarang aku gagal!" Keenan berteriak.

Semua orang terdiam setelah ucapannya. Terlebih orangtua Freya yang sejak tadi tak berhenti meneteskan airmata.

Hingga setelah beberapa saat, kabar yang mereka nantikan sejak berjam-jam lalu datang juga. Pintu ruangan gawat darurat itu akhirnya terbuka.

"Bagaimana keadaanya Dok?"

"Peluru menancap tepat di jantungnya, hingga membuatnya mengalami kerusakan. Pasien kritis dan membutuhkan donor jantung secepatnya. Jika tidak, pasien tidak akan selamat." Ucap dokter itu menjelaskan panjang lebar.

Semua orang menganga mendengar penjelasan dokter tersebut. Tangisan orangtua Freya juga semakin kencang. Mereka masih tidak menyangka jika sekali lagi, putrinya akan mengalami hal semacam ini. Dulu Freya juga pernah melawan maut dan koma karena penusukan. Sekarang hal yang sama terjadi, bahkan lebih parah.

Keenan langsung pergi meninggalkan semua orang dengan langkah lemas dan tak berdaya. Keenan tidak rela jika Freya pergi. Dia telah menunggu selama lima tahun agar perasaannya berbalas. Hubungan mereka tinggal selangkah lagi! Kenapa hal seperti ini harus terjadi?

Keenan kini berjalan menuju ruangan Acha, dan memandangi bocah yang sudah kembali sehat dan cerita itu lewat kaca kecil yang ada di pintu masuk. Anak itu tengah di jaga oleh seorang suster khusus yang mereka percaya.

"Maaf Acha, Papa gagal menjaga Mama." Keenan bergumam pelan. "Tapi kamu tenang aja, Papa akan bertanggung jawab."

Keenan mendekap jantungnya dengan erat. Merasakan detak jantungnya yang terasa gelisah.

"Hiduplah untuk orang yang sangat aku cintai." Lirihnya seraya mengusap dada tegap itu dengan lembut. "Mungkin, kita memang tidak ditakdirkan bersama."

Diam-diam, Keenan berencana untuk mendaftarkan diri untuk menjadi pendonor malam ini. Keenan berharap dirinya cocok. Ia akan melakukan semua cara agar Freya kembali.

"Aku sangat mencintaimu Freya. Sungguh! Bahkan aku tidak bisa menemukan kata-kata yang pas untuk menjabarkan betapa besarnya. Saat kamu memiliki jantungku nanti, kamu akan mengetahuinya sendiri."

*****

Dipta terbangun dari tidurnya saat bell rumahnya terus berbunyi. Matanya menyipit, dan menebak-nebak siapa yang berkunjung.

Freya? Itu tidak mungkin. Sekarang satu-satunya kerabat yang ia miliki hanya Liam, adiknya. Dan anak itu tidak akan mungkin serajin ini untuk mengunjunginya.

Setelah Dipta membuka pintu, dirinya justru dikejutkan dengan pelukan Alissa yang begitu tiba-tiba. Tangisan ketakutan bisa Dipta rasakan dari getaran tubuhnya. Apa yang terjadi padanya?

"Dipta... " Alissa tersedu seraya menoleh kesana-kemari untuk memastikan sesuatu.

"Masuk dulu!" Dipta membawanya, lalu mengunci pintunya.

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang