28 Cinta

365 53 8
                                    

28 Cinta

"Jika waktu bisa di putar, aku ingin sekali kembali ke masa lalu. Kembali ke momen awal-awal pernikahan kita. Aku ingin menjalaninya dengan baik. Dan menutup kesempatan untuk Alissa, agar dia tidak masuk dalam hubungan kita." Batin Dipta penuh penyesalan.

Dipta yang sedang terbaring di atas meja operasi, menatap kosong ke atap rumah sakit yang terlihat begitu menyeramkan dan dingin. Bahkan Dipta sampai mengigil dibuatnya. Ruang itu dipenuhi oleh aroma khas rumah sakit dan kebisingan mesin yang berdetak dengan ritme yang teratur.

Di sisi lain ruangan, Freya, terbaring dengan lemah di atas meja operasi yang sama. Wajahnya pucat dan tubuhnya terbungkus oleh alat-alat medis yang rumit.

Tim medis yang terampil bekerja dengan cekatan, mengatur alat-alat dan menyiapkan segala sesuatu untuk prosedur yang kompleks ini. Dipta merasakan sentuhan dingin dari sabun antiseptik saat tim membersihkan kulitnya dengan hati-hati. Detak jantungnya meningkat saat anestesi mulai bekerja, membius tubuhnya namun tetap mempertahankan kesadaran yang tipis.

"Apa anda tidak ingin memikirkannya lagi?" Seorang dokter bertanya, dan Dipta menggeleng pelan sebagai tanda jika dia tetap pada pendiriannya.

Dalam kesendirian pikirannya, Dipta merenung tentang pilihan besar yang telah dia buat. Memutuskan untuk mendonorkan jantungnya sendiri kepada Freya adalah keputusan yang tak terbayangkan. Namun, cinta dan penebusan rasa bersalah telah mendorongnya untuk melakukan hal ini. Dia siap mengambil risiko ini demi kesempatan memberikan Freya hidup baru.

Ketika pisau bedah menyentuh kulitnya, rasa sakit yang menusuk melintas sejenak, namun Dipta menahan diri untuk tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Dia fokus pada tujuan utamanya, mengarahkan pikirannya pada pemisahan yang akan datang, saat jantungnya akan dipindahkan ke dalam tubuh Freya.

Dalam kesadarannya yang kabur, Dipta bisa merasakan ketegangan dalam ruangan. Suara peralatan medis yang berdenyut dan desiran nafas para dokter memenuhi telinganya. Waktu berjalan lambat, detik demi detik berlalu dengan perasaan tegang dan antisipasi yang melanda.

Ketika momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, jantung Dipta diambil dengan hati-hati oleh tim medis. Rasanya seperti ada yang hilang di dalam dadanya, sebuah kekosongan yang tak tergantikan. Namun, di saat yang sama, kebahagiaan dan harapan memenuhi hatinya, karena ia tahu bahwa jantung ini akan memberikan hidup baru bagi orang yang paling ia cintai.

Pandangan Dipta memudar, dan ia terperanjat oleh kelemahan yang melanda tubuhnya. Ketika jantung barunya dimasukkan ke dalam tubuh Freya, ia merasakan getaran hidup yang begitu mendebarkan. Rasanya seperti memberikan sebagian dirinya sendiri, menyerahkan cinta dan kehidupan mereka yang tak terpisahkan.

Saat kesadaran Dipta memudar, ia merasakan kelegaan yang mendalam. Bahwa keputusannya benar, dan ia telah memberikan hadiah terbesar yang mungkin bagi cinta sejatinya. Meskipun ia merasa lemah dan tubuhnya terasa hampa, kebahagiaan dan kedamaian mengisi jiwanya.

Semoga setelah ini, Freya memaafkannya. Wanita itu tidak lagi marah. Semoga ini cukup untuk mengobati rasa sakit yang ia torehkan padanya.

*****

Freya berjalan melalui lembah yang indah. Di mana bunga warna-warni bermekaran dan angin sepoi-sepoi meniup lembut. Cahaya keemasan senja menerangi langit, menciptakan suasana yang magis dan tenang di sekitarnya. Dia merasa hatinya berdebar-debar, kebingungan, dan tak tahu akan kemana arah tujuannya.

Setelah melewati pepohonan yang rimbun, Freya tiba di tepi sebuah danau yang cermin, di mana airnya jernih dan tenang. Di tepi danau itu, ada sosok yang dikenalnya dengan baik. Dipta, mantan suaminya, berdiri di sana dengan tatapan yang lembut dan senyuman yang hangat.

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang