2 Selalu Ada

655 104 38
                                    

2 Selalu Ada

"Kamu ngapain aja sih, Dipta? Apa susahnya angkat telfon? Apa susahnya sempetin telfon Acha semenit aja?" Freya memarahi suaminya yang ada di sebrang sana, sembari mengompres kening putrinya yang terserang demam.

"Maaf aku..."

"Aku dengar kamu batalin konser di Taiwan. Kamu break seminggu, sebelum tour selanjutnya. Kamu ngapain? Sedangkan untuk ulang tahun Acha aja, kamu ngotot bilang nggak bisa. Coba jelaskan padaku!"

"Ada masalah internal. Pemain musik juga banyak yang sakit, jadi aku batalkan." Jawab Dipta dari sebrang sana. Tentunya sebuah kebohongan yang ia buat. Dipta memang sengaja menyisihkan waktu khusus untuk Kevin.

Mereka baru bertemu setelah terpisah dari sejak anak itu lahir. Jadi Dipta ingin menghabiskan waktunya untuk mengajak Kevin jalan-jalan. Membatalkan salah satu konsernya dan membayar kerugian semua orang, itu sepadan. Pertemuannya bersama Kevin sangatlah berharga.

"Acha juga sakit, dia terus nanyain kamu sampai demam. Seharian nomor kamu nggak aktif. Sebenarnya keluarga kamu penting nggak sih? Jangan hanya meminta dimengerti, kamu juga harus belajar mengerti keluargamu!"

"Maaf Sayang, aku tahu aku salah. Tahun depan, aku janji akan kosongkan waktu lebih banyak. Aku tidak akan mengambil job di luar negri."

"Kamu nggak ada wanita lain, kan? Awas kalau kamu mengulangi kesalahan di masa lalu. Aku tidak akan pernah sudi melihat wajahmu jika itu sampai terjadi."

"Kamu bicara apa sih? Masa lalu adalah masa lalu. Aku tidak akan berbuat hal yang sama lagi."

"Aku pegang omonganmu Dipta!"

"Sayang, aku tidak akan mengulanginya. Kamu telah memberiku kesempatan terakhir, aku tidak akan menyia-nyiakannya."

Freya menarik nafas panjang, dan mencoba untuk mengatur emosinya. Otaknya ingin meledak sekarang juga. Freya lelah sekali dengan pernikahannya.

"Aku udah minta Keenan untuk mengawasi kalian. Jangan marah ya?" Dipta kembali berbicara dengan hati-hati.

"Kenapa nggak sekalian kamu minta Keenan menjadi ayahnya?" Bentak Freya dengan nada tinggi, lalu mematikan panggilan.

Alissa memandangi Dipta yang kini meletakkan ponsel dengan tubuh lemasnya. Ia yakin, itu pasti panggilan telefon dari Freya.

"Papa ayo tidur! Aku pengen banget tidur bareng Papa! Besok kita pergi jalan-jalan bareng lagi, kan?" Kevin kecil menghampiri Dipta dan bergelayutan dengan manja. Kevin sangat bahagia karena akhirnya, penantian panjangnya untuk bertemu sang ayah terbayar.

"Pasti!"

"Papa jangan pergi lagi ya?" Ujar anak itu dengan raut sedih. "Kevin sangat senang memiliki Papa!"

Dipta lagi-lagi hanya tersenyum. Ia menggendong anak itu menuju ranjang, melewati Alissa yang tanpa menyapa atau mengatakan sepatah katapun. Kehadiran Dipta memang hanya untuk Kevin. Dipta hanya peduli dengan anaknya, bukan Alissa.

"Mama kenapa tidur di sofa?" Kevin bertanya saat ibunya baru saja akan merebahkan tubuhnya di sofa. Mereka masih di hotel saat ini. Dan ranjang di kamar itu hanya ada satu. Tidak mungkin Alissa tidur bersama mereka kan?

"Mama harus tidur di sofa, Sayang!"

"Kenapa? Bukankah Mama sama Papa itu biasanya tidur disamping anaknya? Di film-film seperti itu!" Kevin menatap ayah dan ibunya secara bergantian.

Dipta memberi kode kepada Alissa untuk tidur disampingnya. Toh ada Kevin di tengah. Nanti setelah anak itu tidur, Dipta akan pindah ke kamarnya sendiri.

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang