18 Sebuah Kebetulan

687 127 18
                                    

18 Sebuah Kebetulan

"Kalian ngapain sih, masukin Kevin sekolah disini? Apa nggak ada tempat lain? Kenapa harus ganggu ketentraman anak aku?"

Freya mengoceh kepada Dipta dan Alissa yang nampak cuek dan ogah-ogahan menjawab pertanyaannya.

"Ada larangan buat anak aku daftar disini?" Jawab Alissa seraya menggandeng mesra Dipta. Bersikap sangat sombong

"Kenapa sih Dipta, kamu susah banget buat jaga perasaan Acha?"

"Kamu aja ngajarin dia buat manggil aku Uncle! Buat apa aku jaga perasaan kalian?"

"Ajari? Kamu masih nggak sadar juga ya?" Freya tertawa geli seraya mengusap pundak mantan suaminya. "Kamu masih nggak sadar, jika hal itu terjadi karena rasa sakit yang kamu berikan?"

"Anak kecil tidak akan berpikir.... "

"Acha selalu bertanya kenapa papanya menjadi ayah dari anak lain. Dia selalu bertanya kenapa papanya pergi dengan wanita lain, selain ibunya. Dan apa kamu pikir anak kecil itu robot yang tidak punya hati?"

"Kevin juga tertekan gara-gara anak kamu dan Zayn! Dia terus bertanya dimana ayahnya, karena ucapan menyakitkan yang anak kamu lontarkan. Ajari anakmu cara menghargai orang lain!"

"Kamu bercanda? Aku harus mengajari anakku menghargai orang gila seperti kalian?" Freya tertawa lagi dengan begitu geli. "Ya sudahlah, aku tidak peduli lagi. Tapi ingat, jangan ganggu Acha."

Setelah berbicara dengan mereka, Freya kembali menghampiri keluarga dan temannya. Ia menarik dan menghembuskan nafas panjangnya yang melelahkan.

"Sudah biarkan saja, jika dia memang ingin sekolahin Kevin disini. Lihat, Acha punya pelindung! Acha tidak sendirian!" Keenan menunjuk ke arah tempat bermain di preschool tersebut.

Freya menatap anaknya yang di apit tiga pria kecil sekaligus. Zayn yang sudah tentu sepupunya, ada juga Darrel dan Dalton yang merupakan anak teman-temannya. Mereka memang sudah janjian untuk menyekolahkan si kecil di tempat yang sama.

"Kamu mau move on kan, Sayang? Sudah biarkan saja mereka. Itu bukan lagi urusanmu!" Maria dan Bella memeluk Freya dengan erat. Mereka memberi energi positif, agar Freya tetap semangat walau keadaan begitu menekannya.

Liam dan Kiara ikut menguatkan. Mereka yang paham dengan alur kisah cinta mantan iparnya, tak bisa berkata apa-apa. Mereka berada di tengah-tengah dan berusaha untuk tidak memihak.

Berbeda dengan para orangtua yang saling berseteru, anak-anak mereka tak mau kalah. Sejak pagi Zayn memfilter para anak laki-laki yang ingin berkenalan dengan Acha. Dia seperti sosok kakak yang sangat posesif terhadap adiknya.

"Kenapa kamu melarang kami bermain dengan Acha?" Dalton bertanya sambil melipat tangannya di dada. Ia berdiri di depan Zayn yang saat ini menutupi Acha dengan tubuhnya.

"Iya, memangnya kamu siapa?" Darrel ikut bersuara.

"Acha adalah sepupuku, dan aku ditugaskan untuk melindunginya!" Zayn merentangkan tangan saat kedua anak itu ingin mendekat. "Kalian jangan ngeyel! Jika ingin berteman dengan Acha kalian harus lulus tes dariku!"

"Tes apa?"

"Tes supaya aku yakin kalian bukan anak nakal yang akan membuat Acha menangis! Seperti anak itu!" Zayn menunjuk ke arah Kevin yang sedang bermain seorang diri di tempat perosotan.

"Baiklah, ayo tes aku!" Dalton memasang wajah sombong.

"Jawab pertanyaanku! Kenapa kamu mau bermain dengan Acha?"

"Karena Acha cantik!" Dalton dan Darrel menjawab secara bersamaan.

"Apa kalian akan merebut mainannya?"

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang