20 Kata Perpisahan

741 141 23
                                    

20 Kata Perpisahan

Di dalam malam yang gelap, rintik hujan turun dengan deras, membasahi jalan-jalan yang lengang. Tiap tetes hujan seakan menciptakan nada sedih yang terdengar dalam keheningan. Suara derai hujan yang menghantam atap dan jendela, menjadi musik sedih yang melingkupi atmosfer.

Dalam kegelapan yang diterangi oleh cahaya gemerlap lampu jalan yang temaram, suasana melankolis terasa begitu kentara. Air hujan mengalir deras, mengisi kehampaan jalanan yang biasanya ramai dengan suara langkah dan tawa.

Kini, suara itu justru menyapa jiwa yang hampa. Membuatnya semakin terpuruk dan rapuh.

Setelah pernyataan palsu yang dilakukan Alissa tentang keguguran, Dipta membawa Freya menjauh dari semua orang. Mengajaknya bicara di atas rooftop rumah sakit dengan tatapan yang penuh kekecewaaan.

"Kamu tahu karena perbuatanmu, Alissa keguguran?" Dipta bertanya dengan nada suara bergetar. Matanya masih sembab akibat rasa sedih yang ia alami bertubi-tubi hari ini.

"Lalu apa maumu? Melaporkanku ke polisi? Silahkan saja. Cek cctv, apa aku menendangnya sekeras itu sampai dia keguguran?"

"Kamu benar-benar tidak punya empati!"

"Lalu saat kalian selingkuh, apa kalian punya empati terhadapku?" Freya menarik kerah Dipta dengan kasar. "Apa kamu memiliki empati terhadap anakku? Tidak kan? Kamu yang mengajariku menjadi monster!"

"Jika kamu mau dendam, balaskan padaku. Jangan kepada Alissa!"

"Aku memang akan segera membalaskannya, lihat dan tunggu." Freya tersenyum dengan airmata yang bercucuran. "Sudah aku katakan jika rasa sakit ini tidak gratis Dipta!"

"Bukankah ini impas? Kamu membuatku kehilangan anakku malam ini. Aku rasa itu sepadan." Dipta berkata dengan dingin. "Aku tidak menyangka jika setelah membunuh janin yang tidak berdosa, kamu masih merasa bersih dan benar. Aku menyesal pernah mencintaimu."

"Akupun begitu Dipta. Satu-satunya penyesalan dalam hidupku adalah mencintaimu. Menerimamu kembali setelah semua petunjuk dari Tuhan yang begitu banyak." Freya tertawa geli.

"Jangan bilang tentang mencintai Dipta, kamu tidak pernah mencintaiku. Itu hanya obsesi dan rasa bersalah. Jika benar kamu mencintai, kamu tidak akan menyakitiku seperti ini. Walau aku tidak mau lagi menangis, jangan kira aku tidak merasakan apa-apa. Ini sangat sakit! Jika bukan karena Acha, aku tidak tahu apa aku sanggup untuk bernafas hari ini."

Dipta masih diam ditempatnya. Matanya memerah saat Freya mengatakan hal itu.

"Kamu dengan bangga mengakui perselingkuhanmu, dan kehamilan Alissa. Kamu pikir itu tidak menyakitkan?"

"Lalu dengan alasan itu, kamu berhak membunuh?" Dipta menyela perkataanya.

"Suatu saat sebuah fakta akan menamparmu." Freya menepuk pundak mantan suaminya dengan lembut. "Jangan harap di hari itu aku akan membuka pintu maaf."

Sebelum Freya meninggalkan Dipta, ia memberi pria itu tatapan yang sangat tajam. "Kisah tentang kita sudah berakhir. Aku sangat bersyukur bisa mengenal Keenan, kau tahu? Dia membuatku merasa berharga dan pantas dicintai. Dia membuatku berani bangkit, setelah dijatuhkan oleh cinta pertamaku sendiri."

"Kamu juga barusaja bangga dan mengakui indahnya perselingkuhan."

"Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan Keenan selama kita menikah. Perasaan aku goyah setelah mengetahui perselingkuhanmu. Aku tidak pernah berselingkuh seperti yang kamu tuduhkan. Hubunganku dengannya terjadi setelah kita bercerai."

"Kamu pikir aku percaya?"

"Ya itu hak kamu. Toh kita udah pisah, tidak ada lagi yang perlu dibahas. Mau salah atau benar yang aku katakan, faktanya kita sudah berpisah. Denganmu, aku sudah mati rasa Dipta. Kamu akan menjadi orang pertama yang aku beritahu, jika aku mulai mencintai Keenan saat ini. Semoga kita bisa bahagia dengan pilihan kita. Selamat tinggal."

You Are My Heartbeat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang