12. Love is Feeling

407 50 6
                                    

"Pagi pah." Haechan pergi ke teras depan sesaat setelah dia terbangun.

Karena tidak bisa tidur semalam, Haechan jadi bangun kesiangan saat menginap di rumah Jeno.

"Hm.. iya." Jawab Donghae. Pria dengan lengan kekar itu sangat serius saat membaca koran di tangannya.

Haechan menghampirinya lalu duduk di kursi kosong disamping Donghae.
Satu tangan Donghae terulur kedepan, meraih secangkir kopi hitam yang tersaji di meja.

"Kamu serius sama Cherry?"

"Serius pah, kalau ga serius ngapain Haechan lamar."

Donghae mengangguk-angguk. Dia tau benar siapa dan bagaimana Haechan, Donghae juga mengenal keluarganya. Namun laki-laki tetap laki-laki kan... Donghae tetap akan menanyakan keseriusan lelaki itu.

"Cherry itu lugu, meskipun dia tinggal di kota besar New York yang bebas, dia ga pernah sekalipun dekat sama cowok selain Jeno."

Haechan bersandar, dia mendengarkan dengan baik penjelasan dari Donghae. Jika dipikir lagi Haechan memang belum mengenal Cherry dengan baik. Dia hanya tau kalau Cherry itu sepupu Jeno.

"Dia anak tunggal kesayangan orang tuanya, tapi sayangnya sebulan yang lalu orang tuanya meninggal karena kecelakaan."

Haechan menatap Donghae dengan serius. Garis di dahi nya tercetak sempurna dengan tatapan mata yang menajam.

"Cherry ga punya siapa-siapa sekarang. Aku harap kamu benar-benar serius mencintainya dan bukan cuma asal lamar."

Entah kenapa Haechan merasa tertampar dengan pernyataan Donghae barusan. Haechan memang terlihat seperti pria yang asal melamar wanitanya dan... Yah... Memang begitu kenyataannya kan.

Haechan belum mengenal Cherry dengan baik, dia melamarnya hanya karena Cherry mirip dengan orang dalam mimpinya. Entah itu cinta atau obsesi yang jelas Haechan belum bisa membaca perasaannya sendiri.

"Haechan serius mau nikahin Cherry pah. Tapi Cherry nya nolak."

"Ya jelas dia nolak, kenal kamu aja enggak tapi kamu langsung main lamar. "

Bibir Haechan terangkat sebelah, membentuk sebuah senyuman datar.

"Cherry itu orangnya sangat berhati-hati, dia jarang percaya sama orang lain terutama laki-laki. Buat dapetin dia kamu harus dapetin kepercayaannya dulu."

Ucapan Donghae memang logis, sejenak Haechan merasa bodoh karena terlalu gegabah melamar Cherry tanpa berkenalan lebih dulu.

Donghae mengambil kembali cangkir kopinya dan menyeruput cairan hitam pekat itu dengan hati-hati.

Bersamaan dengan itu Cherry dan Jeno pulang. Tadi pagi saat Haechan masih tidur, Cherry meminta Jeno mengantarnya potong rambut. Dan gadis itu akhirnya muncul dengan tampilan baru sekarang.

Cherry dengan rambut pendek benar-benar memukau. Terlihat dari bagaimana Haechan yang tak bersuara selain hanya menatap kagum padanya.

"Kedip woy." Tegur Jeno.

Haechan langsung berkedip dan mengalihkan tatapannya.

"Cherry aneh ya pah?" Cherry menyisir rambutnya dengan Jari. Sebenarnya dia ingin menanyakan pendapat Haechan tapi dia terlalu gengsi.

Donghae mengedikkan bahunya lalu melirik Haechan.

"Lah.. kok tanya papa sih? Tanya aja tuh sama si Haechan."

Dituding seperti itu membuat Haechan sedikit salah tingkah. Jujur Cherry sangat cantik dalam tampilan barunya hingga Haechan pun merasa tersipu ketika tatapan mereka bertemu. Lelaki itu berdehem untuk membersihkan tenggorokannya.

My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang