27. Kesempatan Kedua ?

333 45 1
                                    

Cherry gundah, perasaannya hampir saja goyah. Ini sudah lebih dari 3 jam Haechan berdiri di depan rumahnya. Hujan salju sudah semakin lebat dengan angin dingin yang berhembus kencang.

Sementara itu Haechan hanya mengenakan satu lapis jaket dan kaos tipis. Cherry bahkan sempat mendengar lelaki itu terbatuk beberapa kali.

Pada akhirnya dia harus di paksa luluh. Hati nuraninya tak bisa lagi bertahan dan berpura-pura buta. Cherry menarik nafas panjang sebelum dia membuka pintu rumahnya. Menatap tubuh Haechan yang bergetar di depan pintunya

Haechan sendiri terkejut ketika melihat pintu dihadapannya terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan sendiri terkejut ketika melihat pintu dihadapannya terbuka. Lelaki itu langsung menatap Cherry dengan matanya yang basah.

"Cher

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cher.."

"Masuk!" Tidak ada nada lembut dari satu kata yang Cherry ucapkan. Sejujurnya gadis itu masih kesal namun dia tidak tega membiarkan Haechan membeku di luar.

Cherry berjalan masuk lebih dulu, diikuti Haechan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Aku minta maaf. Aku mohon, tetaplah bersamaku. "

Cherry membeku dengan kedua kelopak mata yang terpejam. Gadis itu kemudian bergerak untuk memberontak dan Haechan melepaskan pelukannya.

"Aku ngijinin kamu masuk biar kamu ga mati beku di luar. Jangan salah paham." Kata Cherry.

"Cher, dengerin aku dulu."

Gadis itu membuang mukanya. Enggan sekali menatap wajah memelas Haechan.

"Ryujin bohongin kamu, aku sama dia ga ada hubungan apa-apa."

"Oh." Cherry merespon dengan wajah datar.

"Dan untuk kesalahanku yang waktu itu, aku minta maaf, kamu benar harusnya aku ga ngijinin Ryujin menginap di apartemenku."

Cherry menghela nafas, merasa lelah dengan masalah ini.

"Sudahlah, aku juga sudah ga peduli apakah kalian punya hubungan atau ga. Semua tentangmu sudah ga ada hubungannya denganku."

"Ada." Haechan langsung menyahuti.

"Kamu calon istriku."

"Bukan." Cherry menyangkal.

Haechan langsung mendesah frustasi. Lelaki itu berjalan mendekati Cherry dan memeluk gadis itu lagi.

"Jangan pergi. Jangan tinggalin aku, aku serius sama kamu."

Gadis itu kembali membuang mukanya. Tubuhnya hanya diam ketika tubuh dingin Haechan memeluknya. Membiarkan lelaki itu mendapat sedikit kehangatan dari tubuhnya.

"Cherry.. kita nikah besok yah."

"Aku ga mau. Nikah aja sama cewek lain."

"Ayolah.. aku ga bisa kalau itu bukan kamu Cher."

"Pembohong." Ketus Cherry.

"Aku ga bohong Cherry... Aku harus apa lagi biar kamu percaya?" Haechan menatap Cherry dengan wajah frustasi.  Lelaki itu juga bernafas gusar.

"Telanjang di tengah badai salju. "

"Hah???" Haechan memandang gadis itu dengan mulut menganga. Apa dia sedang bercanda?

Gadis itu tidak memperjelas kalimatnya. Dia melepaskan pelukan Haechan dan hendak pergi begitu saja.

"Oke-oke aku lakukan sekarang."

Tidak disangka Haechan benar-benar berniat melakukannya. Lelaki itu melepaskan jaket dan juga kaosnya, dia juga berusaha melepaskan celananya.

"Hey tunggu. Aku ga serius. " Cherry menahan tangan Haechan untuk menghentikan lelaki itu.

"Akan aku lakukan semuanya biar kamu maafin aku."

"Haechan... Tunggu."

Haechan masih bersikeras. Dia menarik lepas ikat pinggangnya dan bersusah payah melepas kancing celananya sampai tangan Cherry menahannya.

"Aku maafin. Jangan lakukan itu."

Haechan akhirnya berhenti. Hazelnya bertemu pandang dengan milik Cherry dan lelaki itu langsung menghambur memeluknya.

"Kita jadi dinikah kan??"

Gadis itu diam tidak menjawab.

"Cher.. "

"Iya." Haechan tersenyum lega. Pelukannya pada tubuh mungil Cherry semakin mengerat sekarang.

"Terima kasih sudah memberiku kesempatan kedua. Aku janji ga akan ngecewain kamu lagi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang