24. Who's the villain?

338 42 0
                                    

"Ryujin, apa urusanmu di Korea belum selesai?"

Haechan baru saja pulang dari kantornya ketika dia mendapati Ryujin masih di apartemennya. Gadis itu tengah menonton tv dengan pakaian santai seolah ini adalah rumahnya sendiri.

"Belum.. aku masih ada pemotretan besok dan lusa." Kata Ryujin.

"Kalau gitu cari hotel aja." Haechan berjalan ke dapur dan berdiri sesaat di depan lemari es. Lelaki itu bisa melihat Ryujin yang menoleh ke arahnya dengan tatapan tidak setuju.

"Kamu ga suka aku disini? "

"Bukan gitu.. aku udah punya pacar, dan dia cemburu kamu disini."

"Apa cewek yang datang waktu itu?" Ryujin bersedekap, tatapannya terlihat tidak suka.

"Iya. Gara-gara kamu dia marah."

"Tapi kan kita berteman lama, masa kamu tega sih ngusir aku?"

Haechan mendesah, harusnya dia sudah memprediksi ini mengingat Ryujin adalah pribadi yang sangat sensitif. Lelaki itu mengambil sebotol air mineral sebelum berjalan menghampiri Ryujin.

"Bukan gitu Ryu, aku tau kita ini teman baik tapi ada hati yang harus aku jaga. Untuk itu aku mohon pengertiannya."

Ryujin mendengus. Dia duduk bersandar dengan wajah di tekuk. Otaknya masih berputar memikirkan segala macam alasan yang kiranya bisa dia pakai untuk merayu Lee Haechan.

"Tapi Chan, aku trauma tinggal di hotel sendirian. Kalau pacarmu ga mau aku disini okey aku bisa pindah ke hotel tapi kamu harus temenin aku disana."

Haechan menghela nafasnya. Bukankah itu sama saja dengan cari mati? Jika Cherry sampai tau pasti gadis itu berpikir macam-macam lagi.

"Aku ga bisa."

Haechan membuka botol air mineralnya dan meminum habis isinya. Lelaki itu kemudian mengambil tempat di samping Ryujin dan terlihat berpikir.

"Okelah, cuma sampai lusa kan? Setelah itu kamu balik ke London?"

"Perkiraannya sih begitu."

Haechan mengangguk-angguk. Sebenarnya karena Cherry marah dia jadi merasa tidak nyaman Ryujin tinggal di rumahnya. Tapi karena mereka adalah teman baik, dia juga tidak tega mengusir Ryujin.

Tapi Haechan pikir jika Ryujin menginap 2 hari lagi itu tidak akan jadi masalah besar. Ya, benar. Haechan rasa dia bisa membiarkan Ryujin menginap sampai lusa dan dia akan membujuk Cherry lagi.

Entah ada apa dengan Desember, kenapa semua hal tidak berjalan dengan baik akhir-akhir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah ada apa dengan Desember, kenapa semua hal tidak berjalan dengan baik akhir-akhir ini. Dimulai dengan permasalahannya dengan Lee Haechan sampai keanehan Huang Yeji.

Hari ini bangku Yeji kosong, benar-benar kosong sampai tidak ada satupun barang gadis itu yang tersisa disana. Dita bilang Yeji di pecat tapi tidak ada yang tau apa alasannya.

Dipecatnya Yeji membuat Cherry merasa tidak enak. Pasalnya terakhir kali mereka bertemu, Yeji memandangnya dengan aneh. Entah apa maksudnya tapi Cherry merasa kalau dirinya berhubungan dengan di pecatnya gadis itu.

Cherry menghela nafasnya. Dia keluar seorang diri di jam istirahat untuk mencari makanan. Dan salah satu kedai ayam goreng di depan kantor akan menjadi tujuannya.

Awalnya dia berencana untuk makan sebentar dan langsung kembali tapi ternyata ada orang lain yang mengganggu hari tenangnya.

Seorang gadis berambut pendek duduk di hadapannya, wajahnya yang tak asing itu tersenyum dengan cara yang aneh.

"Hai." Sapanya, Cherry memberinya tatapan datar.

"Kita sudah pernah bertemu tempo hari..." Gadis itu sedikit mencondongkan tubuhnya dan menekankan kalimat selanjutnya.

"... Di rumah Haechan."

Tampaknya dia tau apa yang menjadi topik sensitif bagi Cherry hingga gadis itu sengaja menyinggungnya.

"Ah.. ya aku ingat." Cherry berusaha tidak terlihat kesal meskipun tatapannya sudah berkilat marah.

"Namaku Ryujin, aku pacar Lee Haechan."

2 alis Cherry terangkat dengan kepala yang mengangguk lambat. Sejujurnya dia terkejut dengan pengakuan Ryujin, tapi kemudian dia meragukan pengakuan itu.

"Aah.. okey."

Ryujin tersenyum miring ke arahnya lalu dia menyilangkan kaki dengan tatapan seperti menilai. Dan Cherry benci tatapannya itu.

"Aku dengar kamu dekat dengan Haechan yah sampai-sampai pagi-pagi berani bertamu ke apartemennya. Sebenarnya aku sedikit ga nyaman dengan itu, jadi bisakah sebagai sesama perempuan kita saling menghargai??" Senyuman palsu Ryujin benar-benar membuat Cherry muak.
Gadis itu tersenyum sarkastik dan mengalihkan tatapannya.

"Tolong jangan dekati pacarku. Okey?"

Cherry kembali menjatuhkan tatapannya pada Ryujin, kali ini lebih tajam dari sebelumnya. Dia mengangguk dengan sinis.

"Oke, sesuai permintaanmu." Kata Cherry.

Ryujin lagi-lagi menunjukkan senyumannya yang seperti siluman serigala. Gadis itu kemudian berdiri.

" Bagus, aku tau kamu perempuan baik-baik. Gadis polos sepertimu ga seharusnya jadi simpanan orang."

Ryujin melambai ke arahnya sebagai tanda perpisahan dan dia berjalan melenggak-lenggok keluar kedai seperti seorang model.

"Menyebalkan!!" Cherry membanting sendok di tangannya. Dia juga menyambar sebotol air mineral dingin di hadapannya.

Nafsu makannya seketika menghilang bahkan sebelum dia menyentuh makanannya.

Hanya ada 2 kemungkinan disini. Haechan yang berbohong ataukah Ryujin yang berbohong. Entah mana yang benar tapi keduanya sama-sama membuat Cherry kesal.

Gadis itu tidak ingin lagi berhubungan dengan Lee Haechan. Dia sudah kehilangan kepercayaannya dan enggan kembali pada lelaki itu.

Cherry mengeluarkan ponselnya, mencari nama Lee Jeno dalam kontaknya lalu meneleponnya.

"Jeno.. aku mau kembali ke New York, tolong bantu aku mengurus surat pengunduran diriku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang