27. From cold to hot

528 43 1
                                    

Hujan salju sudah berhenti sebelum tengah malam, tapi angin dinginnya masih terlalu kencang. Cherry awalnya tidur sangat nyenyak di bawah selimut tebalnya, namun gadis itu tiba-tiba terjaga saat dini hari.

Hidungnya sedikit mampet dan tubuhnya kedinginan. Gadis itu akhirnya memilih untuk keluar kamar dan membuat minuman hangat di dapur.

Dalam langkahnya yang tak bersuara dia melewati ruang tamu, melihat Lee Haechan yang tidur di sofa dengan satu lapis selimut tipis.

Langkah kaki Cherry bergerak mendekat secara otomatis seolah Haechan memancarkan medan magnet kuat yang membuat Cherry tak bisa melewatinya begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah kaki Cherry bergerak mendekat secara otomatis seolah Haechan memancarkan medan magnet kuat yang membuat Cherry tak bisa melewatinya begitu saja.

Semakin dekat semakin Cherry melihat dengan jelas bagaimana tubuh lelaki itu bergetar dengan bibir sedikit biru.
Tidak ada pemanas ruangan di rumah Cherry karena tempat itu memang sudah cukup lama kosong. Wajar jika Haechan kedinginan.

"Chan..." Cherry menangkupkan telapak tangan hangatnya di kedua pipi Haechan. Merasakan betapa dinginnya wajah lelaki itu.

Kedua kelopak mata itu terbuka perlahan, menampakkan sepasang hazel yang menatapnya penuh rasa kantuk.

"Kenapa??" Suara rendah Haechan sedikit serak hingga hanya terdengar seperti bisikan yang keluar dari mulutnya.

"Tidur di atas aja. Disini dingin." Kata Cherry.

"Kamu yakin??"

Cherry mengangguk, tidak ada keraguan dalam dirinya selain perasaan iba dan belas kasihannya yang terpancar jelas.

"Naik aja, aku bikin minuman hangat dulu."

Haechan menurutinya, dengan langkah terseok dan tubuh tertunduk lelaki itu menaiki tangga. Kepalanya begitu pusing dan tubuhnya menggigil. Ini bahkan lebih parah dari saat dia terserang flu.

Lelaki itu berbaring di single bed Cherry. Menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut tebal gadis itu lalu menghirup dalam-dalam sisa aroma tubuh Cherry yang menempel disana.

Bibir biru Haechan membentuk sebuah senyuman tipis. Ini adalah aroma yang sangat dia rindukan. Bahkan hanya dengan menghirup baunya saja jantungnya sudah berdebar. Haechan pikir dia berlebihan, tapi sepertinya inilah definisi sebenarnya dari rasa cinta yang Haechan rasakan.

"Masih kedinginan?"
Cherry datang, dengan segelas teh chamomile hangat di tangannya.

"Iya."

"Minum dulu."
Lelaki itu kembali bangkit dengan susah payah. Cherry membantunya minum karena tangan Haechan yang bergetar membuat gelas nya ikut bergoyang.

Lamat-lamat Haechan menatap Cherry.  Jejak kemarahan sama sekali tak tersisa di sorot mata gadis itu. Rasanya sangat lega ketika dia sudah berbaikan dengan Cherry lagi.

"Ssh... Dingin. Rasanya winter di New York lebih ekstrim dari korea." Kata Haechan.

Cherry tak menanggapinya. Gadis itu meletakkan gelasnya di atas nakas lalu dia berdiri di hadapan Haechan.
Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu, tiba-tiba saja dia membuka piyamanya dan menyisakan sepotong bra yang menutupi tubuh atasnya.

My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang