17. Acuh

358 49 7
                                    

"Kenapa lagi?" Jeno bertanya dalam nada dingin. Tatapan datarnya menjelaskan jika dia benar-benar tidak suka dengan interaksi mereka.

Jeno mangkir dari jam kerja pertamanya demi melayani keegoisan Hwang Yeji. Mereka berdua memilih bertatap muka di gudang arsip alih-alih harus ribut dan menjadi pusat perhatian di lobby.

"Aku cuma minta break, bukan putus."

"Apa bedanya?" Jeno tertawa remeh. Semuak itu dia dengan gadis di depannya hingga dia tak peduli lagi jika nantinya mereka akan berakhir saling membenci.

"Ya kamu jaga diri dong, jangan deketin cewek lain." Yeji tersulut emosinya. Gadis itu buru-buru menarik nafas dalam untuk mengendalikan diri.

"Cewek lain? Maksudnya Cherry ? Asal kamu tau aja dia sepupuku."

"Iya aku tau tapi kamu selalu memprioritaskannya di banding aku."

Ya benar, awalnya Yeji memang tak mempermasalahkannya, tapi kemudian saat Jeno mulai menolak menjemputnya dan memilih pergi dengan Cherry itu benar-benar membuat kesabaran Yeji terkikis. Gadis itu marah, dia jelas cemburu.

"Oh jadi itu alasanmu ngunciin Cherry di toilet?"

Yeji melotot. Dia menatap Jeno terkejut lalu matanya beralih, menghindari obsidian Jeno yang semakin menajam.

Tak ada senyuman lembut yang biasa Jeno tunjukkan, atau bahkan senyuman palsunya saat lelaki itu sedang kesal sekalipun. Baginya Cherry  bukan sekedar seorang sepupu belaka, tapi seorang adik yang harus dia lindungi bahkan dengan segenap nyawanya.

Begitu Jeno tau siapa tersangka di balik penyekapan Cherry, itu benar-benar membuat Jeno marah. Jika saja Yeji bukan seorang wanita mungkin Jeno sudah menghajarnya habis-habisan.

"Ja-jangan sembarangan bicara. Aku ga tau apa yang kamu bicarakan..."

"Kamu bodoh atau apa? Ada cctv di setiap sudut tempat ini. Dan juga..." Jeno menunduk, dia tertawa sinis menatap heels Yeji yang mencolok. Sepatu itu adalah sepatu yang sama yang di pakai pelaku di tempat kejadian.

"... Setidaknya buang segala barang bukti yang melekat di tubuhmu setelah melakukan kejahatan."

"J-Jen.. aku bisa jelasin??"

"Jelasin kalau kamu temen yang buruk maksudnya ? Setega itu kamu sama Cherry padahal dia menganggap mu sebagai temannya."

Jeno benar-benar muak. Lelaki itu akhirnya berbalik dan hendak pergi tapi Yeji menahan lengannya.

"Jen.. tunggu. Jeno.."

Jeno hanya sedikit menoleh tanpa membalikkan tubuhnya.

"Minta maaf sama Cherry. Atau aku bakal laporin kamu ke polisi."

Hari ini mendung, Cherry tidak ingat kenapa hatinya begitu sendu hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini mendung, Cherry tidak ingat kenapa hatinya begitu sendu hari ini. Dia menatap dinding  lift yang membawanya naik ke atas, melihat pantulan dirinya sendiri yang memaksakan senyumannya.

Hari ini Tiffany kembali menitipkan bekal Haechan padanya. Ini sedikit tidak adil karena Jeno putranya sendiri tidak pernah mendapat bekal darinya.
Namun Lee Jeno tidak pernah protes.

Hal yang paling tidak Cherry suka saat dia mengunjungi ruangan Haechan adalah ketika dia melewati meja Bae Sumin. Cherry harus melapor dulu padanya sebelum bisa menemui Haechan.

Sumin menatap remeh seperti biasanya. Lirikan matanya naik dan turun lalu berakhir pada bento box di tangan Cherry.

"Cih.." gadis itu tersenyum miring.

"Masih mau ngerayu Presdir ya pakai bawa-bawa bekal segala?"

Cherry bukan tipe orang yang suka dengan keributan. Gadis itu sebisa mungkin menghindar karena berdebat dengan orang lain hanya akan menguras energinya saja.

"Dia di dalam?"  

"Dia.. dia... Kamu pikir dia temanmu? Dia itu atasanmu. Panggil yang sopan!"

Dan Cherry tidak mengerti kenapa setiap bertemu Bae Sumin gadis itu akan memakai nada tinggi padanya. Apa dia selalu seperti ini pada tamu-tamu Haechan yang lain?
Benar-benar tidak ramah.

Cherry menarik nafas dalam. Mencoba mengembangkan rasa sabarnya yang beradaa di ujung syaraf otaknya.

"Apa pak Haechan ada di dalam?"

"Ada tapi dia mau keluar, mending bawa balik aja tuh makananmu."

Tepat seperti apa yang Sumin katakan. Haechan keluar dari ruangannya bersama Shotaro yang senantiasa membuntutinya.

"Hae... "Cherry menutup mulutnya. Hampir saja dia menyebut nama Haechan tanpa embel-embel.

"Pak Haechan..."

Haechan tidak menoleh, dia hanya sedikit meliriknya lalu membuang tatapan ke arah lain dan terus berjalan melalui tubuh Cherry yang mematung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan tidak menoleh, dia hanya sedikit meliriknya lalu membuang tatapan ke arah lain dan terus berjalan melalui tubuh Cherry yang mematung.

Alis Cherry bertemu, membentuk sebuah garis vertikal tepat di tengah. Apa dia baru saja di acuhkan ?

"Ck...ck.. kasihan ga di gubris." Mulut Sumin benar-benar menyebalkan. Rasanya Cherry ingin menyumpalnya dengan kaos kaki basah milik Jeno.

Cherry kembali menatap Haechan. Melihat tubuh tegapnya yang perlahan menghilang di balik pintu lift. Ada apa dengannya ? Kenapa sikapnya tiba-tiba seperti itu ?

Gadis itu bingung dan mulai berpikir apakah dia telah membuat kesalahan ? Tapi kapan dan dimana?
Cherry ingat hubungan mereka baik-baik saja kemarin. Bahkan mereka berciuman di ruang rapat, tapi kenapa hari ini dia berubah?

'apa karena aku bau mulut pas ciuman ya??' pikirnya. Lalu Cherry menyangkalnya sendiri.

'ah.. ga mungkin.'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang