22. Turns out he's a liar

423 45 8
                                    

Cherry memutuskan untuk mengunjungi apartemen Haechan pagi-pagi sekali. Karena kemarin dia bilang sedang sakit, Cherry khawatir lelaki itu tidak punya makanan untuk dimakan.

Sebelum pergi ke kantor Cherry meminta Jeno mengantarnya ke apartemen Haechan. Gadis itu keluar dari lift dengan bento box besar di tangannya.

Gadis itu berdiri tenang di depan pintu setelah menekan bel rumah Haechan 1 kali. Lalu mulai menekannya lagi setelah 1 menit tidak ada respon.

Seseorang kemudian membuka pintunya namun bukan Haechan yang berada di balik pintu itu melainkan seorang gadis dengan bathrobe dan handuk di kepalanya.

Mata Cherry bergerak kesamping, melirik nomor unit di sebelah pintu untuk memastikan kalau dia tidak salah bertamu ke rumah orang. Dan dia memang tidak salah. Lalu siapa wanita di depannya ini?

"Siapa??"  Suara Haechan terdengar dari dalam.

Wanita itu menoleh kebelakang, diikuti tatapan mata Cherry yang ikut melongok ke dalam. Haechan baru saja turun tangga dengan bertelanjang dada, tubuh bagian bawahnya hanya dia tutupi dengan handuk. 

Haechan melotot ketika tatapan matanya bertemu dengan manik hitam milik Cherry. Lelaki itu terlihat sedikit panik kemudian.

"Che-Cherry.."

Tatapan Cherry sulit di artikan. Mulutnya terkatup ketika dia menatap Haechan dan wanita di depannya secara bergantian.

"Ah.. ma-maaf sepertinya aku mengganggu. Maaf... " Cherry langsung berbalik. Dia berjalan cepat ke arah lift dengan tangan yang meremas bungkusan di tangannya.

"Cherry, tunggu... Cher.."

Haechan mengejarnya tapi Cherry menekan pintu lift dengan cepat agar segera tertutup. Gadis itu enggan menatap Haechan.

Jeno yang menunggu di halaman apartemen tampak kebingungan ketika Cherry kembali dengan bungkusan yang masih ada di tangannya. Selain itu dia juga menyadari kalau ekspresi Cherry sedikit aneh.

"Kenapa? Haechan ga bukain pintu?" Tanya Jeno.

Cherry tidak mendengarkannya. Dia memakai kembali helmnya dan langsung naik tanpa aba-aba.

"Ayo pergi." Katanya

"Cher...."

"Cepat jalan!!" Dia sedikit membentak.

Jeno langsung diam dan menjalankan motornya keluar area apartemen.
Meninggalkan sederet pertanyaan panjang di kepala Jeno.

"Cher.."

"Diem !!"

Mulut Jeno langsung terkatup lagi. Baru pertama kali dia melihat Cherry semarah ini.
Jeno kemudian merasakan pelukan Cherry di punggungnya semakin mengerat, diiringi suara isakan yang samar-samar bercampur dengan deru angin.

"Kamu nangis ya?" Hanya pertanyaan sederhana tapi emosi Cherry langsung tersulut.

"Kenapa? Mau ngatain aku cengeng?"

Jeno langsung gelagapan.

"E-enggak bukan gitu maksudnya..." Lelaki itu menghela nafas. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Cherry seperti ini?

" Kalau mau nangis ya nangis aja, tapi ingusnya jangan di lapin ke jaketku dong."

Cherry tidak menjawab, Jeno bisa mendengar isakan gadis itu lebih keras. Lelaki itu akhirnya menepikan kendaraannya di bahu Jalan. Jeno turun dari motornya dan membiarkan Cherry tetap di atas. Lelaki itu tidak mengatakan apapun saat dia meraih tubuh mungil Cherry dan memeluknya.

My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang