"Taro.." Haechan meletakkan ponsel di telinganya. Wajahnya terlihat serius dengan sesekali dia melirik ke kaca dashboard.
"Ya? Ah.. maaf Presdir tadi lagi mandi jadi ga bisa angkat telepon."
Haechan mendesis, baru teringat jika sekarang adalah hari Minggu. Dia jadi merasa bersalah telah mengganggu hari libur sekertarisnya.
"Ohh.. maaf, aku harusnya ga ganggu kamu di hari libur." Terdengar nada penyesalan di suara Haechan.
"Ga masalah Presdir. Ada apa ?"
"Itu... aku minta tolong berikan aku data siapa saja pegawai yang lembur kemarin dan tolong periksa cctv lantai 5 lorong paling ujung."
"Apa ada masalah?"
"Periksa aja dulu, aku kasih tau detailnya besok." Kata Haechan. Lelaki itu mematikan sambungan teleponnya.
Haechan tidak pulang ke apartemennya. Lelaki itu berkendara sedikit lebih jauh untuk mengunjungi rumah orang tuanya.
"Mah... Haechan pulang." Haechan langsung masuk tanpa menunggu ada yang menjawabnya.
Ibunya tengah berada di dapur, dan Haechan menghampirinya. Lelaki itu memeluk ibunya dari belakang dan memberikan ciuman manis di pipinya.
"Hey.. ngagetin aja kamu." Sora-mama Haechan- berbalik untuk memeluk putra tunggalnya.
"Aku udah manggil mama dari depan tapi mama ga denger." Kata Haechan.
"Duduk dulu, mama lagi bikin kue. Oh ya, tumben kesini?"
Pertanyaan itu membuat Haechan cemberut.
"Mama ga suka Haechan pulang?"
"Ya bukan gitu, biasanya kamu paling susah kalau di suruh pulang. "
Sora mengeluarkan 2 loyang cookies dari dalam oven. Haechan melihatnya dengan tertarik. Lelaki itu menghirup udara dalam-dalam untuk mencium aroma cookies yang baru matang.
"Mana katanya mau bawa calon menantu mama ? "
"Masih pdkt mah.. belum terlalu dekat." Kata Haechan. Lelaki itu mengambil salah satu cookies dan memakannya lalu dia menyesal karena lidahnya kepanasan.
"Jangan pdkt lama-lama. Mama udah ga sabar mau gendong cucu."
"Belum juga nikah mah, udah ngomongin cucu aja."
Haechan menatap bagaimana ibunya melepaskan cookies satu persatu dari loyang lalu menatanya di piring.
Lelaki itu sedikit melamun. Memikirkan kembali ucapan Donghae. Entah kenapa dia mulai meragukan perasaannya sendiri. Apakah dia benar-benar mencintai Cherry?
Seharusnya dia memikirkan itu terlebih dahulu sebelum dia bertindak gegabah dengan melamar Cherry. Dan sekarang saat Cherry terlihat sudah membuka hatinya untuk Haechan kenapa malah Haechan yang ragu?
"Mah.."
Sora yang sedang mencuci loyang bekas pakai langsung melirik putranya.
"Hmm??"
"Menurut mama, cinta itu seperti apa?"
Tatapan Haechan terlihat kosong saat menanyakannya. Sejujurnya kata 'cinta' adalah sesuatu yang asing untuknya karena Haechan tidak memiliki gambaran apapun tentang cinta. Dia juga tidak bisa mendefinisikan seperti apa perasaan itu.
Sora menghela nafas panjang. Senyuman tipisnya penuh dengan rasa bersalah. Wanita itu kemudian menghampiri Haechan dan mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan putranya.
Sora merasa bersalah, karena dia sejak awal adalah orang tua tunggal, Haechan jadi tidak tau hubungan antara manusia yang saling mencintai itu seperti apa. Lelaki itu tidak pernah memiliki contoh nyata dalam hidupnya.
"Cinta itu tidak bisa di definisikan, dia hanya bisa dirasakan." Sora mengulurkan tangannya dan menangkup tangan Haechan.
"Tanyakan pada jantungmu, bagaimana debarannya saat kamu dekat dengannya, tanyakan pada isi kepalamu apakah itu masih menjadi milikmu ataukah dia telah menginvasi seluruh jalur otakmu. "
Haechan mendengarkannya, dan dia berdiam diri seolah sedang menganalisa dirinya sendiri. Lelaki itu lalu mengulas sebuah senyuman tipis.
"Aku ngerti sekarang."
Jadi... Cinta itu seperti apa yeorobun...? 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pre-Wedding | LEE HAECHAN
FanficTidak pernah saling kenal atau saling bertegur sapa tapi tiba-tiba di lamar boss sendiri? Segala sesuatu itu harusnya di mulai perlahan-lahan dan penuh perasaan. Tidak seperti Lee Haechan, CEO gila yang secara brutal melamarnya dan memaksa Cherry un...