"Kok bisa begini sih?" Jeno mendesah kesal. Alisnya menyatu dan rahangnya menegas.
"Aku juga gatau. Cherry ga bilang kalau mau lembur, kalau tau begitu pasti aku temenin." Jawab Haechan. Lelaki itu duduk dengan wajah serius, satu tangannya menyangga dagu dengan mata yang terfokus pada layar komputernya.
"Kenapa baru bilang sih?" Jeno mendengus, bisa-bisanya Haechan baru memberitau Jeno tentang masalah ini setelah 2 hari berlalu.
"Aku maunya ngasih tau kamu pas di rumah, tapi karena Cherry udah mulai tenang pas sampai rumah aku ga mau bikin dia takut lagi kalau keinget kejadian itu."
"Ada orang yang sengaja menguncinya saat Cherry masuk ke toilet. " Jelas Shotaro.
Lelaki itu mengarahkan cursor pada detik-detik dimana Cherry masuk ke toilet. Suasana lorong yang remang-remang membuat rekaman cctv itu tidak terlalu jelas. Namun Haechan masih bisa melihat seseorang dengan Hoodie hitam yang berdiri di depan pintu toilet.
"Menurutmu dia pegawai disini?" Jeno bergumam, matanya berakomodasi maksimal pada layar.
"Jelas. Ga ada orang luar yang bisa masuk ke kantor ini tanpa tanda pengenal. "
"Siapa laki-laki itu? Aku pikir Cherry ga punya musuh." Jeno melirik Haechan.
" Enggak, dia bukan laki-laki...." Telunjuk Haechan mengarah pada layar.
"... Lihat sepatunya, dia pakai high heels."
Shotaro menyipitkan matanya.
"Kayaknya aku pernah lihat sepatu itu, tapi dimana ya?? "
Haechan menekan tombol play lagi dan tiba saat Cherry berteriak. Lelaki itu menaikkan volumenya dan terdengar suara tawa melengking disana.
Haechan,Shotaro, dan Jeno langsung berpandangan. Bulu mereka meremang seketika.
"Cherry ga bohong, ada hantu di dalam." Gumam Haechan.
"Wah.. parah ini." Jeno menegakkan kepalanya dan menggeleng-geleng.
"Mmm.. Presdir.. apa kita perlu memanggil paranormal?" Shotaro mencoba memberi saran tapi Haechan tidak yakin dengan itu.
"Ahh.. ga perlu, ada salah satu karyawan di difisiku yang bisa melihat hantu, kita suruh dia aja." Kata Jeno.
Haechan menatapnya lalu mengangguk setuju."Oke."
Haechan, Jeno, Shotaro dan seorang pegawai divisi desain bernama Park Jisung terlihat seperti orang bodoh dengan saling dorong di depan pintu toilet wanita.
Keempat pria dewasa itu tak ada yang berani masuk kesana, pada akhirnya Jeno mendorong Jisung untuk maju paling depan.
"Kau kan yang bisa lihat hantu. Jadi kau di depan." Kata Jeno.
"Aku cuma bisa lihat tapi ga bisa ngusir hantu." Sergah Jisung.
"Ya bicara aja sama hantunya suruh dia pergi." Kata Haechan.
Jisung mendesah dia terdesak dan tidak diijinkan mundur. Lelaki itu mengambil ancang-ancang untuk membuka pintu dan tidak ada apapun di dalam saat pintunya terbuka. Semuanya kosong dan biasa saja.
"Ga ada apa-apa. " Katanya.
"Kau yakin? Periksa lagi." Kata Haechan.
"Iya, serius ga ada apa-apa bahkan aura-auranya aja ga ada." Jisung melangkah lebih dulu masuk ke dalam. Memeriksa setiap bilik dengan waspada tapi tidak menemukan apapun.
Shotaro dan Jeno juga tampak melihat-lihat. Sayangnya tidak ada kamera yang terpasang di dalam toilet jadi tidak ada yang bisa menguatkan alibi mereka jika suara itu adalah suara hantu.
"Presdir.." Shotaro memanggil. Lelaki itu menatap curiga pada tempat sabun di dalam salah satu bilik. Ada micro speaker yang tertempel di dalamnya.
"Speaker?" Haechan menatap Shotaro.
"Speaker yang seperti ini biasanya terhubung dengan bluetooth." Tambah Jeno.
"Aku akan meminta tim IT memeriksanya." Kata Shotaro.
"Okey jadi masalah hantu ini sudah terpecahkan ya. Tempat ini aman dari hantu." Haechan bernafas lega. Dia membenarkan letak kacamatanya.
"Belum... Memang bener masalah hantunya selesai. Tapi kita belum menemukan orang yang meneror Cherry."
Ahh... Haechan benci harus mengatakan ini tapi Jeno benar. Belum saatnya dia bernafas lega saat Cherry nya dalam bahaya.
"Selama pelakunya belum ketemu, jangan biarkan Cherry sendirian."
Sekelebat iklan...🤣🤣
Vote yaaa.... 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pre-Wedding | LEE HAECHAN
FanfictionTidak pernah saling kenal atau saling bertegur sapa tapi tiba-tiba di lamar boss sendiri? Segala sesuatu itu harusnya di mulai perlahan-lahan dan penuh perasaan. Tidak seperti Lee Haechan, CEO gila yang secara brutal melamarnya dan memaksa Cherry un...