23. Batal Nikah

370 47 4
                                    

Cherry tau cepat atau lambat dia pasti akan bertemu Lee Haechan. Lebih tepatnya Haechanlah yang berusaha menemuinya.

Lee Haechan datang ke rumah Cherry pagi-pagi sekali, sepertinya dia juga masih sakit. Terlihat dari seberapa pucat wajahnya.

Cherry tidak bisa menghindar, lebih tepatnya dia tidak ingin Tiffany tau kalau hubungan mereka sedang ada masalah.

Gadis itu keluar dengan wajah datar. Tatapannya sempat bertemu dengan manik tajam milik Jeno sebelum dia keluar dengan Haechan. Jeno sepertinya juga khawatir saat Cherry memilih berangkat ke kantor dengan Haechan. Tapi toh Jeno tidak bisa melakukan apapun selama Cherry nya tidak menolak.

Gadis itu masuk ke mobil Haechan, duduk diam dengan tatapan lurus kedepan. Haechan tau kalau Cherry enggan bertatapan dengannya, sejujurnya ini sedikit membuat hatinya terasa nyeri.

"Kamu salah paham." Lelaki itu memulai, dengan injakan pelan pada pedal gasnya dia melirik Cherry dari kaca dashboard.

"Aku dan Ryujin cuma teman."

Cherry tertawa remeh, gadis itu masih menatap lurus kedepan dengan mata berkilat sinis.

"Teman yang tinggal di satu atap?"

Pertanyaan itu lebih terdengar seperti sindiran di telinga Haechan. Lelaki itu terlihat mengambil nafas sebelum membantah.

"Kita ga tinggal bersama, itu cuma satu malam karena dia belum dapat hotel."

"Belum dapat hotel ya? Di kota sebesar Seoul ga ada hotel kosong? Waah.. pasti banyak sekali manusia disini." Lagi-lagi Cherry bicara dengan nada sindiran.

Haechan mendesah, lelaki itu akhirnya memilih menepikan mobilnya di tepi jalan. Akan sulit baginya mengemudi tanpa konsentrasi seperti ini.

"Cherry..."

"Dan meskipun cuma satu malam, itu tetap di sebut tinggal 1 atap."

Haechan mengunci mulutnya, lelaki itu lebih memilih mengalah daripada beradu argumen. Dia mengangguk-angguk, dengan penuh kesabaran dia mengakui kesalahannya.

"Iya.. okey.. aku salah. Maaf."

Permintaan maaf Haechan terdengar terpaksa di telinga Cherry. Kedua tangan gadis itu masih mengepal, meremas handle tas nya hingga kulitnya memucat.

Intinya dia kecewa. Bukan satu kali tapi dua kali. Pertama Haechan membatalkan acara pertunangan dengan alasan sakit, dan yang kedua karena dia berduaan dengan wanita lain di apartemennya. Mungkin Cherry bisa memaklumi pembatalan pertunangannya tapi untuk alasan kedua Cherry sudah benar-benar kesal.

Terserah jika orang lain menganggap Cherry berlebihan, tapi gadis itu tidak bisa lagi percaya pada Haechan.

"Aku mau naik taksi aja." Kata Cherry. Dia bergegas membuka pintu mobil namun Haechan buru-buru menguncinya.

"Cherry.. " tatapan lelaki itu terkesan memohon tapi itu tidak mampu meruntuhkan gunung kemarahan di hati Cherry.

"Aku akan telat masuk kantor."

Haechan berdecak. Lelaki itu akhirnya kembali menjalankan mobilnya tanpa bicara apapun lagi.
Namun setelah mereka sampai di pelataran kantor, Haechan belum mau membukakan pintunya untuk gadis itu.

"Maaf ya, jangan marah hmm?" Rayunya. Cherry tak bergeming.

"Okey, aku maafin..." Haechan bernafas lega tapi Cherry belum selesai bicara. Gadis itu melanjutkan,

"Tapi aku pikir sudah ga ada alasan buat aku lanjutin hubungan ini. "

"Apa maksud kamu?"

Cherry menunduk, menatap benda berkilau yang melingkar di jari manisnya. Cherry melepaskan cincin pemberian Haechan lalu meraih tangan Haechan untuk menyerahkan cincin itu.

My Pre-Wedding | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang