Jennie menangis hebat dibalik selimutnya, ia memeluk dirinya sendiri dalam kesunyian malam ini. Rasanya hidup memang slalu tidak adil padanya, sejak ia masih kecil ia slalu mendapat pukulan dari ayahnya, menginjak remaja kedua orang tuanya bercerai dan ketika ia cukup dewasa ia menyadari sejak lahirpun hidupnya sudah sulit apalagi dengan masalah-masalah keluarga yang slalu ia hadapi selama hidupnya ini.
Dulu sangat menyakitkan menghadapi ayahnya yang melakukan kekerasan fisik padanya namun kini ia mendapat luka batin dari ibunya.
Jennie merasa ia tidak bisa sepenuhnya bahagia, atau sedikitpun ia tidak dapat menggantungkan hidup pada orang lain. Nyatanya orang tua baginya bukanlah orang tua pada umumnya, namun seperti orang asing yang terus saja menyakitinya baik fisik dan batin.
Ia begitu sesak-terisak hingga dirinya meringkuk dengan segala pikiran tidak sehatnya sebelum sebuah bel berbunyi. Jennie sedikit terganggu, namun ia mengalah dan segera berjalan membuka pintu.
"Ah, Taehyung" ia tidak menduga jika Taehyung akan berdiri dihadapannya sekarang. Pria itu terdiam, memandangi puncak kepala hingga telapak kaki gadis itu, memastikan keadaan Jennie saat ini.
Tanpa sadar, Jennie meloloskan air yang tertahan dipelupuk matanya hingga ia membasahi pipinya lagi. Melihat itu, Taehyung segera memeluk Jennie dengan erat membiarkan gadis itu menumpahkan rasa sedihnya.
Tak selang berapa lama, mereka menyudahi pelukan itu kala Jennie mulai membaik.
"Kenap---" Taehyung berjalan melewati Jennie yang hendak melontarkan pertanyaan padanya.
Tak urung, Jennie hanya mengekor pada Taehyung, pria itu sudah menyecahkan dirinya dilantai kamar Jennie. Tak besar memang,hanya muat 1 kamar tidur, 1 kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur--hampir tidak ada ruang gerak lainnya kecuali balkon dibalik pintu kaca untuk menghirup udara segar.
"Kau kembali untukku? Kau tau unitku ini?" Gumam Jennie, ia sudah berhasil menyadarkan dirinya dan mencoba melupakan kesibukannya meratapi nasib. Taehyung mengangguk kecil sambil sibuk mengeluarkan kotak makanan yang ia bawa.
"Aku merasa bersalah, karna belum mengajakmu makan malam. Takut kau sakit nantinya" ia tersenyum, membuat Jenniepun membalas senyuman Taehyung.
"Taehyung, aku pikir ada baiknya kita makan diluar atau dimobilmu saja. Rasanya aneh, karna kau masuk ke kamar kecilku yang jauh dari kata mewah ini."
"Jangan berpikir macam-macam, Ayoo cepat makan, aku membawa pizza dan cola untukmu"
Mereka menikmati makan malam ini, berdiri berdampingan dipinggiran balkon sambil menghirup udara malam yang menerpa wajah keduanya. Jennie bersyukur bisa mengalihkan kesedihan karna pria disampingnya ini.
"Kau terpesona denganku ?" Jennie gelagapan, ia pasti berakhir membuang wajahnya agar tidak bersitemu dengan Taehyung.
Sedang Taehyung sudah menyelesaikan makannya, ia segera menarik Jennie untuk lebih dekat padanya. Memeluk erat gadis itu dari belakang, hingga ia bisa menyandarkan kepalanya pada ceruk leher Jennie.
"Tae, aku pikir kau dan aku, harusnya tidak berada dilingkaran yang sama." Ia bergumam sendiri, namun sorot matanya sedang menembus gelembung pikirannya.
"Jika kau sedang ada masalah, jangan sangkutkan masalah itu pada keberadaanku."
"Tapi aku tidak suka orang lain melihatku seperti ini" Jennie menarik dirinya untuk lepas dari pelukan Taehyung.
"Kau gadis aneh, mengapa memendam masalah sendirian? Kau bisa berbagi masalahmu dengan orang lain, apa sulitnya itu ?"
"Dengan orangtuaku saja aku tidak percaya apalagi dengan orang lain? Akupun juga tidak bisa menggantungkan hidup pada siapapun. Kau pikir aku bisa percaya dengan sembarang orang? Nyatanya, kehadiranmu saja sudah sulit diartikan. Kau datang padaku, seolah membutuhkan sentuhan sedangkan aku hanya menerima tanpa kau menungguku menyetujui apa yang kau lakukan padaku. Lantas siapa yang bisa ku percaya ? Sejak lahir hidupku memang sudah sulit dan semua keputusanku tidak pernah berarti apapun. Suaraku seakan menjadi nada sumbang dan kehadiranku bukanlah sesuatu yang dianggap penting bagi oranglain. Kau pikir aku senang bertemu denganmu ? Tidak sama sekali." Jennie meluapkan amarahnya lagi, ia kehilangan kendali atas akal sehatnya.
Mendengar itu Taehyung mengerutkan kening, kemudian mencengkram erat salah satu lengan Jennie.
"Kau bilang apa ? Kau tidak suka bertemu denganku ?"
"Sejak awal kau hanya menginginkanku menjadi pelacurmu, menyentuhku tanpa persetujuanku dan melakukan hal gila sesuai fantasimu. Ah, kau juga belum membayarku sepeserpun jika kau ingat?!"
Taehyung tak habis pikir dengan apa yang telah ia dengar, bagaimana seorang Jennie menarik kesimpulan tentang dirinya.
"Ah, aku luruskan disini. Aku pernah menyuruhmu melihatku dengan cara yang berbeda bukan?
Dan kau, aku tidak pernah menyetujui tentang bayaran yang harus kau terima. Jadi harga dirimu bisa dibeli dengan uang, Jennie Kim ?""Bajingan. Kau yang menjatuhkan harga diriku didepanmu. Kau adalah penjahat sejak awal, kau bajingan mesum dan gila. Aku membencimu Taehyung!"
Keduanya saling beradu mulut dan terbakar satu sama lain, hal itu berlangsung hingga keduanya merasakan kesesakan dalam ulu hati mereka. Taehyung memilih diam dalam pikirannya, ia segera meninggalkan Jennie yang menangis tersedu-sedu disana.
Tak ada seutas kalimat apapun ketika Taehyung berhasil menutup pintu rumah Jennie dengan suara debuman keras.
Jennie sendiri tidak menyangka, ia akan berakhir dengan tidak baik seperti ini. Padahal ketika melihat Taehyung berdiri didepan pintu rumahnya, ia cukup lega karna ada seseorang yang peduli padanya. Namun, ia begitu terbawa emosi dengan hal yang sudah mengisi otaknya dengan penuh ratapan kesedihan.
-
Ini semua berawal dari sambungan telepon dari Ibunya. Jennie mendengar bahwa orangtua yang disebutnya ibu sedang menangis begitu kencang disebrang panggilan.
"Ibu ada apa?"
"Hya, anak sialan. Ibumu tidur dengan suamiku, pelacur sepertinya pantas dihukum bukan? Kau tidak malu menyebutnya ibu? Kau anak jalang sialan ini? Kalian harus mati, kalian tidak pantas hidup. Cepat jemput ibumu" Jennie mengepalkan tangannya untuk memendam emosinya. Lalu samar-samar ia mendengar suara milik ibunya.
"Jennie, maafkan ibu nak. Kau tidak perlu kesini.. aku bisa mengatasi masalahku sendiri nak"
"Aku tidak peduli denganmu, kau memang slalu sama seperti dulu! Aku membencimu!" Teriaknya sambil memutuskan sambungan telepon.
Kini ibunya harus kembali ke kampung nelayan, menetap disana dengan rumah seadanya peninggalan sang nenek dan mengirim pesan pada Jennie untuk mengirimkan uang padanya padahal jika diingat, belum ada 1 minggu ia sudah mengirim uang untuk membayar cicilan bank.
Kira-kira kek gitu ya wajah Taehyung kalau emosi 😁🎇
Jangan lupa voment guys...
Naa bakalan update sesuai mood dan tidak janji wkw 🎇🎇
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE [TAENNIE] TAMAT
FanfictionGadis manis bermata kucing dan memiliki gummy smile yang menawan itu tiba untuk pertama kalinya dibawah langit Seoul. Udara yang terasa asing mulai masuk kerongga dadanya, ia sendiri sudah berpikiran matang ketika berhasil mengirimkan dokumen lamara...