Chapter 13
"Malley..." Dennis menciumi leherku.
"Dennis..."
"Winter sudah bangun."
Aku segera terbelalak. Dan baru mau pergi menemui Winter. Dennis menggendongku ke kamar mandi. "Kau harus mandi sayangku."
"Ugh..."
****************
[WINTER]
"Jadi dia yang namanya Winter?"
"Ya. Mungkin sebentar lagi akan baikan."
Aku membuka mataku karena suara suara itu. Aku melihat kakakku dan suaminya, Henry, Alizzi, dan dua orang lainnya yang tidak kukenal.
"She wake up!!"ucap seorang gadis yang tidak kuketahui namanya.
"Winter?"panggil kakakku.
"Ya."jawabku pelan. Walau itu lebih seperti bisikan.
Aku berusaha duduk. Tapi sulit sekali. Badanku seperti susah digerakkan. Aku merasa ada tangan yang membantuku duduk. Itu Henry.
"Kau akhirnya bangun juga."ucap Henry sambil mencium pipiku.
"Ada apa?"tanyaku.
"Kau sakit. Dan tidak bangun 2 hari ini."jawab Alizzi.
"Kami masih akan menikah, kan?"tanyaku kaget.
"Ya. Hanya diundur menjadi hari Senin depan." Dennis menjawab.
"Apa?"tanyaku bingung.
"Kau tidak bisa menikah dengan keadaan begini, Wint." Henry menenangkanku.
"Lalu keadaanya harus bagaimana?"aku mulai sedih.
Aku melihat Alizzi, kakakku dan suaminya, juga dua orang lainnya itu pergi dari kamarku.
"Kau sakit, Wint."ucap Henry sedih sambil duduk disampingku.
"Tiroid cancer?"
"Bukan. Kau salah makan. Ada sesuatu yang salah dan mereka harus mengoprasimu sesegera mungkin." Henry menjelaskan.
"Operasi apa?"tanyaku.
"Andai aku tau."jawab Henry sambil mencium kepalaku.
"Apa aku akan mati?"
"Apa?"tanya Henry sambil menoleh kearahku dan menolehkan wajahku kearahnya. "Kau tidak boleh mati."jawab Henry sambil memelukku.
"Lalu sebenarnya apa yang terjadi padaku?"tanyaku sedih.
"Aku akan cari tau untukmu."jawab Henry sambil mencium sekilas bibirku.
Aku memeluknya lagi. Tapi aku juga merasa lapar sekarang. Aku mendongak.
"I'm hungry."ucapku.
Henry melepaskan pelukannya dan mengambil makanan dari nampan di dekat meja. Bukan nasi goreng. Bubur. Salah satu makanan yang bisa membuatku muntah hanya dengan melihatnya. Tapi itu sepertinya satu satunya jalan keluar dari sakitku. Henry menyuapiku makanan itu.
Aku tidak merasa apa apa dengan tubuhku. Semuanya baik. "Apa maksudnya aku sakit?"tanyaku.
"Kau tidur selama 2 hari penuh. Tidak ada yang tau kau sakit apa. Tapi untung ada Lohan, dia dokter yang cukup bisa membuatmu bangun dengan cepat. Dan dia juga yang mengetahui sakitmu." Henry menjelaskan.
"2 hari penuh?"tanyaku.
"Ya."
"Lalu siapa gadis yang tadi?"tanyaku.
"Itu. Gwen."jawab Henry.
Aku berusaha mengingat wajah gadis itu. Rambutnya coklat kehitaman dan panjang, badannya hampir sama dengan Camaie. Dan kutebak cowok yang satunya itu Dominic Allette.
"Kau mikir apa?"tanya Henry.
"Bukan apa apa."jawabku sambil meminta disuapi lagi.
Henry menyuapiku sambil buburku habis. Setelah makan aku minum obat yang disiapkan. Entah obat apa tapi terserah aku juga tidak mau ribet ribet.
Henry menaruh piringku di nampan dekat meja dan memberiku minum. Henry membaringkanku.
"Tidur lagi?"tanyaku kesal. Tapi rasanya sulit karena aku sangat mengantuk.
"Ya. Biarkan obatnya bekerja."jawab Henry sambil mencium kepalaku.
"Good Night."ucapku.
"Good Night."jawab Henry.
"Okay."aku mengikuti TFIOS lagi.
"Okay."
"Okay."
"Ayolah, tidur saja." Henry mencium dahiku dan aku segera tidur. "Asal kau tau ini masih pagi."ucap Henry didekat telingaku saat aku sudah terlelap.
#ToBeCountinued
Date : Senin, 1 Juni 2015

KAMU SEDANG MEMBACA
Wine Part 2 (SOHL #3)
RomanceHAPPILY EVER AFTER Hal yang kuinginkan selama ini.