Chapter 8
"Darling..." Dennis mencium bibirku.
Aku membuka mataku dan melihat Dennis. Dia menungguku bangun. Dennis sudah mandi dan memakai baju.
"Apa?"tanyaku.
"Luke meminta kita ke rumah utama."jawab Dennis santai.
*************
[WINTER]
"Carmie?"tanyaku bingung.
Bagaimana si pirang ombre ini sampai kesini?
Ini bukan New York, Portland atau Cleveland. Ini Alaska, ber mil mil jaraknya dari tempat - tempat yang kusebutkan tadi."Kau kok bisa disini?"tanyaku.
"Pasti bisa. Cali mengajakku dan Carry kesini."jawab Carmie santai.
"Siapa itu Carry?"tanya Henry.
"Kalau mau tau, berciumanlah, mandi, berpakaian, lalu pergi ke rumah utama." Carmie menutup pintu kamar Henry dan segera pergi.
Aku melihat Henry yang menunduk. Berusaha menutupi kebohongan di wajahnya. Tunggu! Kebohongan apa?
"Aku kekamarku dulu, ya?"tanyaku. Walau berharap Henry berkata tidak.
"Okay."jawab Henry sambil mencium bibirku sekilas.
Aku segera keluar dari kamarnya dan pergi kekamarku. Lalu mengunci pintunya.
Aku memegangi bibirku.
Astaga!!!
Aku memikirkan-nya lagi!************
Tepat setelah mandi Henry menjemputku. Kami berjalan bersama. Kurasa yang lain sudah dirumah utama.
Sesampainya di rumah utama. Kulihat tempat itu. Kosong, tapi seperti biasa. Lampunya menyala.
Aku pergi ke dapur.
Tidak ada orang.Aku ke ruang tamu.
Sama. Tidak ada orang.Harapan terakhir adalah ruangan berkumpul diatas.
Lampunya redup. Hanya yang didekat tangga yang dinyalakan. Aku mencari tombol lampu. Henry yang bingung hanya mengikuti. Tapi jelas dia tidak takut.
Aku menemukannya.
"Surprise!!!"
Aku hampir terjatuh dari tangga karena terkejut. Tapi untunglah ada Henry yang menolongku.
Aku melihat mereka semua. Kecuali satu cewek seumuran Camaie dan cewek pirang yang wajahnya agak cuma agak mirip sama Taylor Swift. Walau begitu aku tersenyum senang.
Tapi yah...
Aku juga tidak tau ada apa."Ini pesta untukmu dan calon suamimu, Aurora!!!" Lily yang memegang sebuah kertas. Entah kertas apa. Dia menjulurkannya padaku.
Aku mengambilnya.
Itu undangan pernikahanku.
Dengan Henry?"Kami benar benar menikah?"tanya Henry yang ada disampingku dengan senang.
"Ya. Pasti."jawab kakakku.
Ya. Dia wanita yang paling tidak setuju kalau aku menikah. Aku tau alasannya.
Dia tidak mau hidupku sepertinya. Tapi aku sudah terlanjur menjadi seperti ini.
Henry melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku menoleh. Dia menciumku. Didepan semua orang?
Chapter 9
Aku benar benar malu sekarang.
Henry menciumku didepan semua orang yang tinggal di tempat ini. Kudengar suara tepuk tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wine Part 2 (SOHL #3)
RomansaHAPPILY EVER AFTER Hal yang kuinginkan selama ini.