Epilog : Happily Ever After (Winter's Version)
"Dont ask, When i see you again? But, say I See You Again. Because if you make it be a question, that not happily ever after."
- Winter
2 TAHUN KEMUDIAN
ALASKA
"Winter..."panggil kakakku yang duduk dibalkon rumah utama.
"Ya, kak."jawabku dari dapur sambil berjalan menemui kakakku di balkon.
Aku melihat di balkon. Semuanya berkumpul. Aku bisa sebutkan semuanya. Hanya saja terlalu banyak.
Ini daftarnya :
Henry, kakakku, Dennis, Lily, Dom, Gwen, Camaie, Alba, Adam, Alma, Dane, Bree, Danny, Mundane, Geggie, Anna, Cole, Zack, Elsa, Lohan, Cindy, Clay, Alizzi, dan Luke yang sendiri. Dia memilih tetap begitu.
"Ada apa?"tanyaku.
"Kau mau melihat matahari terbenam?"tanya Luke.
"Ya."jawabku penuh semangat.
Henry berjalan kearahku dan membawaku keluar balkon yang arahnya ke barat. Aku melihat matahari yang terbenam. Aku tidak pernah melihat itu sebelumnya.
Matahari di alaska mungkin tidak seterang di portland. Tapi aku senang melihat satu yang seperti ini sekarang.
"Kau suka?"tanya Clay yang duduk di sofa disebelah Alizzi.
"Sangat."jawabku.
Aku berdiri di belakang pagar balkon yang tingginya sekarang sepinggangku. Aku sudah 17 tahun sekarang. Dan kakakku 19 tahun. Banyak hal yang terjadi mungkin membuatku ragu atas hidup yang kuterima.
Tapi sekarang aku tidak ragu lagi.
Suara tuts piano ditekan membuatku terbangun dari hayalanku. Aku menoleh ke arah suara. Dennis dan Lily memainkan piano. Lagu See You Again - Wiz Khalifa. Dan Gwen, Bree, kakakku, dan Si kembar pirang yang menyanyi.
"Kau suka lagu ini?"tanya Adam padaku.
"Tidak terlalu."jawabku. "Aku baru mendengarnya setelah Camaie meminjamkan kaset film Furious 7 pada Henry."jelasku.
"Tapi baguskan lagunya?"tanya Dane lagi.
"Sangat."jawabku.
Aku mendengarkan mereka bernyanyi. Liriknya membuat sebuah kalimat berbentuk monolog di otakku.
"Dont ask!!! When i see you again? But, say I See You Again. Because if you make it be a question, that not happily ever after."
"Itu kalimat yang bagus. Atau harus kubilang kutipan."ucap Henry pada kakakku.
"Itu buatanku, Hainrich!!!"balas kakakku.
"Kalimat apa?"tanyaku bingung.
"Dont ask, when i see you again? But, say I See You Again. Because if you make it be a question, that not happily ever after." Elsa dan Anna berbicara bersamaan.
"Itu yang baru saja kupikirkan."ucapku.
"Really?"tanya kakakku.
"Kau juga memikirkan itu?"aku balas bertanya.
"Ya."jawab kakakku.
"Dan itulah yang disebut hubungan kakak beradik."ucap Cindy.
"Seperti Anna dan Elsa."ucap Bree.
Si kembar rambut merah menoleh pada Bree dengan bergayanya. "Di film Frozen."lanjut Bree.
Kami tertawa bersama. Ini seperti yang terjadi 2 tahun lalu. Di pernikahan. Aku teringat Kennedy yang baru menikah kemarin dengan James.
"Dan kenapa kau melamun, Writer!!!" Camaie melempar kertas yang sudah diremas ke lenganku. Henry memeluk pinggangku seketika.
"Aku tidak melamun. Aku mengingat masa lalu."jawabku pada Camaie.
"Masa lalu?"tanya Luke.
"Sewaktu aku masih dirumah sakit. Itu rasanya baru kemarin terjadi. Padahal sudah 2 tahun."jelasku.
"Semuanya memang cepat berlalu."ucap Lohan.
"Apa kau punya quote lagi untuk menggambarkan situasi ini, Geg?"tanya Danny pada Geggie.
Geggie menoleh. Lalu menoleh pada Dom yang mengetik sesuatu di laptopnya. Dom sekarang adalah penulis. Dia hanya menulis cerita cerita orang lain. Dom pernah menanyakan segalanya tentang hidupku dia juga pernah menanyakan kakakku. Dom yang dulu sudah berubah. Dia bukan Dominic yang tukang cuek. Dia lebih baik sekarang.
Dom menulis sebuah serial bernama STORY OF HER LIFE. Tapi dia baru menyelesaikan cerita kakakku. Dia pernah bertanya apa boleh mengarang cerita tentang hidup ibuku, Maddie Hat. Aku dan kakakku memperbolehkannya.
"Aku punya satu."ucap Dom sambil melihat pada kami semua. "Sometimes you have to just LET GO and SEE what happens."
"Itu dari mana?"tanya Dane.
"Tidak ada tulisannya."jawab Dom sambil mengangkat bahu. Lily langsung menghampiri suaminya dan mencium pipinya.
"Ya. Tidak ada." Lily membenarkan.
"Kau akan membuat cerita tentang itu?"tanya Zack.
"Ya. Pasti."jawab Dom penuh percaya diri dan segera memfokuskan perhatiannya pada laptop didepannya. Lily mencium pipi Dom. Dom menoleh dan mencium bibir istrinya itu sampai tidak bisa bernafas.
Kakakku tertawa dipangkuan suaminya yang sudah 31 tahun. Mereka lebih seperti ayah dan anak dibanding suami istri. Begitu pula Lily dan Dom. Perbedaan umur mereka membuat mereka jauh berbeda. Tapi itu tidak membuat segalanya berantakan.
"Kau melamun, darling." Henry menciumku.
"Henry..."ucapku pada Henry yang sudah bertumbuh tinggi besar. Henry mengangkatku duduk disofa sebelah Adam dan Dane.
Henry melepaskan ciumannya. "Itu benar."ucap Dennis.
"Apa?"tanya Mundane.
"Kita tidak pernah tertawa bersama lagi seperti ini sejak kejadian itu."jawab Dennis.
"Mungkin kejadian itu akan mengingatkan kita selamanya."ucap kakakku.
"Akan apa?"tanya Alizzi.
"Family."jawab Camaie yang membuat Clay, ayahnya, tertawa melihat putranya yang menjadi sedikit klise.
Camaie duduk disebelah Gwen. Dia tidak bermain iPad lagi. Dia sudah tidak begitu sejak menikah dengan Gwen.
"Sepertinya ini akan menjadi klise."ucap Alba.
"Ya. Benar benar klise."lanjut Alma.
Aku tertawa pelan dalam pelukan Henry. Lalu aku mendengar yang lainnya tertawa.
Aku tidak menyangka setelah kejadian yang terjadi akan ada hal seperti ini. Semua ini terjadi seperti dalam film drama jaman dahulu. Happily Ever After.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Tapi seperti kutipan yang dibaca Dom tadi Sometimes you have to just LET GO and SEE what happens.
Aku akan membiarkan semuanya terjadi. Dan melihat apa yang terjadi. Tapi semoga itu hal baik.
Aku tidak tau bagaimana membuat akhir dari sebuah kisah tapi aku tau bagaimana akhir cerita Happily Ever After. Yang ku kutip dari novel Gretchen Craig.
Aku berada di jalan hidupku. Dan dengan bahagia aku akan melanjutkan hidupku bersama orang orang yang kusayangi.
HAPPILY EVER AFTER
BY : WINTERTHIS IS MY STORY
######### THE END ########
OF STORY OF HER LIFE
KAMU SEDANG MEMBACA
Wine Part 2 (SOHL #3)
RomanceHAPPILY EVER AFTER Hal yang kuinginkan selama ini.