Nathan
"Kenapa sih Nat muka lo akhir-akhir ini sepet banget?" komentar Reigan saat gue baru aja masuk ke dalam kelas.
"Tau dah, kek orang nggak berak seminggu." Hema ikut nyeletuk.
"Gue tebak pasti karena Nata?" Jendra yang paling realistis ikut nimbrung.
Gue mendudukan pantat ke kursi dengan sedikit kasar. Pusing duluan dengerin omongan mereka.
Nata ya.. gue bukan pusing karena cewek gue. Lebih tepatnya karena papa.
"Kamu sama Nata baru pacaran kan? Nggak ada rencana untuk tunangan apalagi menikah. Kalau gitu coba temuin anak teman papa, siapa tau berubah pikiran Nat."
"Jangan salah paham. Papa nggak lagi jodoh-jodohin kamu."
Pret banget!
"Gue disuruh nikah sama bokap gue." kata gue jujur.
"NIKAH?!" ketiganya berucap barengan, sontak atensi seluruh kelas terarah ke gue.
Sialan!
Baru gue kasih tau soal nikah aja mereka kaget apalagi soal perjodohan. Yah meski bukan gue aja yang dijodoh-jododin kayak gini, si Reigan noh yang paling pro.
Untung dosennya belum masuk, baru anak-anak yang pada datang dan duduk nungguin. Kalau iya bisa-bisa disuruh keluar kita berempat. Tukang ribut.
Pembahasan soal nikah bukan hal yang baru buat kita. Yah bercanda soal nikah sesekali lah, gue paling anti biasanya. Gak ikut kepancing sama topik itu. Tapi kali ini gue duluan yang bilang.
"Ekhem!"
"Sorry-sorry!" Reigan berpose peace ke seluruh kelas. Minta maaf.
"Gimana ceritanya lo bisa disuruh nikah? Ketahuan bokap lo ya pas lagi ngeue?" tanya Jendra, frontal banget gila. Untung dia bisik-bisik.
"Anjir lo Jen! Itu kan dialog Hema!" Reigan menggeplak punggung Jendra, lumayan keras sampai cowok itu meringis.
Gue juga nggak nyangka kalau Jendra yang ngomong gitu. Lebih masuk akal kalau Hema yang ngomong. Mulutnya licin soalnya.
"Ck! Ya lagian! Nikahin aja Nata, udah ketahuan gitu. Makanya kalau pacaran tuh yang lurus-lurus aja Nat."
Sementara Jendra banyak berkomentar gue lihat Hema cuma diem aja, gatau ngalamunin apa. Sampai Reigan sengaja nepuk dahinya, cowok itu baru sadar dan kembali melirik gue.
"Terus gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana. Gue sama Nata, kita nggak kepikiran sampai ke sana."
"Itu artinya Nata nggak mau nikah sama lo," ceplos Hema membuat gue mendelik.
"Terus kalau nggak mau sama Nathan mau sama siapa lagi? Cewek bekasan kayak Nata pantesnya cuma sama—"
Bugh!
Bukan gue. Barusan yang nonjok Reigan bukan gue tapi Hema. Seketika kelas riuh, gue dan Jendra bantu Reigan buat berdiri.
"Lo gila ya Hem?" Reigan melotot tajam, cuma dibalas tatapan datar sama Hema.
"Lo kenapa sih anjing!" gue berusaha bikin Hema duduk kembali ke kursinya. "Ada masalah apa lo sama Reigan!"
"Dia bilang cewek lo bekasan, kenapa lo nggak marah?" tanyanya ke gue.
Gue diem. Mencerna ucapan Hema barusan. Dia barusan belain Nata? Seorang Hema?
"Marah? Omongan Reigan soal Nata nggak ada yang salah. Nata bekas gue, kalau nggak sama gue emang mau sama siapa lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 2; Salty and Sweet
Romance❝We fight, we fuck! But, what are we?❞ - by milkymiuw