Nathan
"Adek makin berat aja sih.." gue gendong Navara di depan sambil naik turunin badannya yang gemukan.
"Pipinya tumpah-tumpah jadi pengen papa gigit. Aaaaa!"
Baru juga bibir gue nyentuh pipi Navara, suara Nata dibelakang ngebuat gue reflek menoleh.
Nata datang dengan semangkuk bubur di tanganya.
"Nathan!"
"Iya sayang iya, nggak digigit kok."
"Bukan itu! Pipinya Navara lagi sensitif jangan dimainin," dia ngusap bekas bibir gue dengan tisu bersih.
Gue cemberut. Berasa jadi kuman gue. Tapi emang bukan pipinya Navara tapi juga wajahnya yang sensitif.
Karena kebiasaan pada megangin Navara sesuka hati sih. Untung gak parah ampe merah-merah semuka.
Jadi kalau ada orang yang ngide buat megang wajah Navara pasti Nata larang. Gak boleh dimainin, gue pun juga kena.
"Dudukin Navara di kursi Nat, biar aku suapin."
"Sambil aku gendong gini aja yang biar nggak nangis lagi."
"Bukannya kamu mau keluar sama Jendra nyari kamera baru?"
"Mundur, masih ada satu jam," gue melirik ke arah jam tangan. Hm pas kan lagi jam empat sore.
Jendra bilang mundur jadi jam lima karena ada urusan sama keluarga katanya.
"Yaudah sambil duduk tapi Nat."
Gue duduk di kursi meja makan megang Navara. Sementara Nata duduk di samping gue, berusaha nyendokin makanan ke mulut Navara.
"Aaa sayang buka mulutnya.."
Bukannya buka mulut yang ada Navara malah nangis lagi. Padahal udah gue tenangin tadi.
"Kita pergi ke dokter lagi yuk Nat. Takut merah-merah di wajah Navara bikin dia kesakitan. " Nata berucap khawatir.
"Iya, habis ini ya. Sekarang biarin Nana makan dulu. Aku gendong gini aja. Kamu suapin, ayo adek mau diem kalau sambil berdiri gini."
"Aaaaa sayang, buka mulutnya!"
Dan hap. Mulut kecil Navara akhirnya mau terbuka.
Gue gendong Navara sambil berdiri, dia mau makan juga. Gak sampai habis karena endingnya Navara nangis lagi.
"Rewel banget anak papa mama."
"Gendong dulu yang, aku hubungin Jendra. Mau pending rencana nyari kamera."
"Tapi Nat, katanya kameranya mau dipakek buat besok?"
Gue ngusap kepala Nata dengan lembut. "Bisa pakai yang lama dulu meski hasilnya nggak sempurna. Yang penting kita ke rumah sakit dulu bawa Navara."
Nata ngangguk-angguk. Matanya selalu menyorotkan kekhawatiran tiap kali Navara sakit.
Mana bisa gue biarin Nata resah di rumah sementara gue tinggal pergi jauh.
Suami idaman gak sih gue?!
Sweet banget kan?
Gue gini gini cuma buat Nata. Lo pada jangan ngarep haha!
••••
Empat Tahun Kemudian...
"Adek mau nikah sama papa!"
"Gabisa sayang.."
"Kenapa nggak bisa? Adek sayang banget sama papa!"
"Kan papa suaminya mama.. papa punya mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 2; Salty and Sweet
Romance❝We fight, we fuck! But, what are we?❞ - by milkymiuw