Winata
Pagi itu gue kembali ke apartemen Hema dengan dua kantong belanjaan di tangan kanan dan kiri gue. Gila banget, Hema udah ngasih list apa aja yang harus dibeli.
Dan kalian tau? Ternyata ini list buat belanja bulanan!
Anjir banget nggak sih tuh cowok?
Andai pagi itu gue nggak keburu malu karena dicecar sama tetangga Hema, gue nggak akan kabur dengan list belanjaan dan uang Hema.
Ada baiknya juga karena gue bisa pergi ke apotek dan beli pil yang biasa gue minum. Uang Hema urus belakangan, pasti gue ganti kok.
Langkah gue terhenti waktu lihat seorang pria berdiri di depan pintu apartemen Hema. Wajah familiar itu, dia papanya Nathan.
Nggak lama pintu kebuka, gue langsung bersembunyi. Gak lihat apa-apa gue, sampai gue denger langkah kaki yang ternyata Nathan ikut pergi papanya. Dia gak lihat gue. Entah kenapa gue mendesah lega.
Yah, wajar kalau Nathan sampai lupa gue. Mungkin ada urusan urgent dia sama papanya. Beliau nyariin sampai sini karena Nathan semalam ngilang. Pria itu nggak seburuk yang gue pikirkan.
Gue selalu mendengarkan dari sisi Nathan, gatau gimana kebenarannya. Tapi gue harap hubungan mereka akan baik-baik aja.
"Nathan balik sama bokapnya!" jelas Hema ngambil dua kantong belanjaan itu dari tangan gue.
Kasar banget nih cowok, heran deh. Ngambil kantong belanjaan aja kek nagih uang hutang.
Gue senajis itu ya emang? Ah lupakan!
"Iya gue lihat tadi di depan."
"Nggak lo stop?"
Gue gelengin kepala. Nggak semua urusan Nathan harus gue tau. Meskipun gue sedikit kecewa, seengaknya dia bisa nitip pesan ke Hema atau apa lah. But, it's okay. Gue nggak berekspektasi tinggi.
"Lo tau diri juga ternyata," kata Hema pedas.
Gue berusaha menulikan telinga."Gue tadi minjem uang lo 50 ribu. Minta nomor rek lo biar gue ganti. Dan makasih udah mau nampung gue—"
"Lo gue izinin masuk karena Nathan!"
"Iya, makasih banyak. Kalau gitu gue pergi dulu."
Gue ngambil hp gue yang tergeletak di meja. Hp gue udah nyala tapi gue nggak berani buka apa-apa. Cuma gue diemin aja dan gue silent.
"Lo mau pergi kemana?"
Gue kaget. Berbalik waktu Hema nanya itu. Tapi gue gatau harus jawab apa. Karena gue gatau juga mau pergi kemana.
"Nathan bilang kalau lo nggak jawab dalam waktu sepuluh detik gue disuruh jagain lo sedikit lebih lama. Emang ngelunjak itu kunyuk!" Hema misuh-misuh. Sedangkan gue tertegun sama apa yang dia ucapin.
Nathan bilang gitu?
"Bantu gue beresin belanjaan. Lo belum sarapan kan? Seengaknya makan dulu sebelum pergi. Ah, juga beresin kamar yang kalian berantakin semalam. Ngerti nggak?"
"I-iya.."
"Yaudah buru! Bengong aja kerjaan lo kek monyet!"
Gue malu brengsek, sampai gue nggak tau harus ngerespon apa. Nyengak bae deh heran gue sama nih cowok.
Pagi itu gue kejebak sama Hema. Meski mulutnya pedes dan ember, gue ngerasain kalau Hema peduli sama gue. Walaupun katanya Nathan yang nyuruh.
Seengaknya Nathan nggak ninggalin gue gitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 2; Salty and Sweet
Romans❝We fight, we fuck! But, what are we?❞ - by milkymiuw