6. Capek..

4.1K 393 50
                                    

"Varsha? Itu kenapa kamu makan kulit jeruk dan jeruknya malah kamu buang?"

Tatapannya yang semula terarah pada ponsel, kini ia alihkan pada tangannya yang menggenggam kulit jeruk.

"Gak pait?"

Ia alihkan kembali pandangannya pada pria paruh baya itu. Mulutnya yang semula mengunyah, langsung berhenti dan melepehkan kulit jeruk tersebut. "Pait."

"Ya terus kenapa dimakan? Lagi liat apa emangnya di hp sampe gak fokus gitu?"

"Lagi chatan sama temen."

Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hp nya taro dulu, makan yang betul."

"Iya, Pa." Setelah sang ayah pergi dari hadapannya, Varsha pun kembali menatap ponsel yang sekarang sudah ia taruh itu.

Notif masuk yang terdengar, membuat ia segera menghabiskan sisa jeruknya dan memakannya dengan benar. Lalu setelah itu, ia ambil kembali ponselnya dan membaca pesan dari orang di seberang sana itu.

Tidak tahu namanya

"Gitu doang respon lu?"
"Bilang dah lu ngechat ada apaan?"

Jarinya langsung mengetik tanpa bingung harus menjawab dengan karangan apa, sebab dia menjawab apa adanya.

"Gak ada apa-apa."

Ya, tujuan Varsha memang hanya ingin mengirimi gadis itu pesan. Tidak ada maksud lain. Mungkin lebih tepatnya, dia hanya iseng dan untunglah Vanilla mau membalas.

Tapi, saat tadi gadis itu mengirimnya sebuah foto selfie bersama sahabatnya itu, entah mengapa membuat ia jadi tak fokus dan malah memakan kulit jeruk.

"Sumpah ya, GJ bat lu!"

Varsha diam sejenak membaca pesan yang baru masuk itu. Tangannya mengetuk-ngetuk ponsel sembari berpikir, "GJ itu apa, ya?"

Sementara di rumah Vanilla...

"Udah gak usah dibales lagi, Val."

"Orang dia yang sekarang gak bales. Apa kata-kata gue terlalu kasar ya bilang dia GJ? Jangan-jangan dia sakit hati sekarang? Minta maaf aja gak sih?"

"Yaelah, orang lempeng kayak dia mana bisa sakit hati, sih?"

"Tapi dia gak jawab lagi loh sekarang. Mampus tu anak overthinking gara-gara kalimat kasar gue!"

Kembali lagi di rumah Varsha...

Gadis itu kini sedang membuka buku demi memecahkan satu pertanyaan di otaknya. "GJ bahasa apa, ya?" Tangannya kembali mencari buku lain yang berhubungan dengan perilaku manusia. Sebab di pikirannya, kata 'GJ' sepertinya berhubungan dengan itu melihat konteks pembicaraan mereka tadi. "Gak ada."

Pria paruh baya yang sekarang baru keluar dari kamarnya itu, bingung melihat Varsha yang duduk di sofa dengan setumpuk buku di kanan dan kirinya. "Tugas kamu banyak banget, nak?"

Kepalanya menoleh pada sang ayah, "Pa, Vasrha mau nanya."

"Iya, apa?"

"GJ itu apa?"

Pria itu nampak bingung. "Apa itu?"

"Gak tau. Barusan temen Varsha bilang kalo Varsha GJ."

"Hmmm... Mungkin, GJ itu Gemas Juga."

Gadis itu manggut-manggut. "Okay, Pa." Ia pun membuka ponselnya dan kembali mengetik di sana.

Tidak tahu namanya

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang