Varsha perhatikan benda itu sekilas dengan dirinya yang masih menyetir. "Aku gak tau." Karena memang nyatanya gadis itu tidak mengenal benda yang sedang Vanilla pegang.
"Tapi, masa tiba-tiba ada di sini???" Ia berusaha untuk tidak berpikir macam-macam. Tidak mungkin 'kan Varsha mengecewakannya?
"Tapi aku beneran gak tau itu punya siapa."
Vanilla buka tutup lipstick tersebut, berharap itu masih baru dan mungkin ada orang yang memang sengaja membelikannya untuk Varsha. Tapi tidak. Lipstick itu sudah terpakai hampir setengahnya. "Varsha, tolong serius jawab aku. Kamu gak pernah pake ini??"
"Aku gak pernah pake, Valla."
Lama-lama, Vanilla mulai merasakan kekesalannya. "Ihhh terus ini punya siapaaa??? Udahlah, kamu selingkuh!" Padahal jika dipikirkan kembali, mereka tidak memiliki status apapun. Itu tak penting, intinya Vanilla kesal sekarang.
Gadis yang sedang menyetir itu sontak menolehkan kepalanya. Ia tepikan mobilnya terlebih dahulu agar bisa tenang berbicara dengan gadis itu. "Coba sini aku liat."
Duk!
Diberikannya lipstick itu dengan cukup kasar pada tangan Varsha. Lalu ia menyilangkan tangan di dada, menghadap keluar kaca mobil.
Varsha perhatikan benda itu dengan seksama. Tapi ia benar-benar tidak terpikirkan apapun mengenai lipstick tersebut dan kenapa bisa ada di laci dashboard mobilnya. "Aku serius gak tau ini punya siapa. Dibuang aja, ya?"
"Ada berapa banyak orang yang pernah kamu bawa di mobil ini sampe kamu gak inget ada barang mereka yang ketinggalan?! Kamu bilang gak punya temen! Kalo gitu pasti itu bukan punya temen kamu, 'kan?! Mama kamu juga katanya gak pernah naik mobil ini! Berarti itu juga bukan punya Mama kamu, 'kan?!"
Varsha diam sejenak, berusaha berpikir kembali. "Oh, kayaknya ini punya sepupu aku." Gadis itu baru ingat jika hari Minggu kemarin dirinya dan Sassy pulang bersama dari gym.
"Halah! Alesan tuh! Lagian yang suka sama kamu 'kan banyak! Pasti dari semua orang itu ada juga yang kamu suka terus dideketin! Bukan cuma aku doang! Ya 'kan?"
Ayolah, jangankan untuk mendekati orang lain, mendekati Vanilla saja sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh gadis itu jika saja mereka tidak terlibat suatu obrolan.
"Apa aku keliatan kayak orang yang suka ngedeketin banyak orang?"
Vanilla lirik gadis itu dengan sinis, "Ya...ya enggak sih! Tapi, siapa yang tau?!"
"Aku cuma suka sama kamu. Dari waktu kita kecil pun aku baru sadar kalau aku udah suka sama kamu. Kamu punya daya tarik yang gak dimilikin sama orang lain. Aku gak pernah nemu daya tarik itu selain di diri kamu. Dan aku juga gak mau nyari daya tarik itu di orang lain karena aku cuma mau suka sama kamu."
Vanilla menggoyang-goyangkan rahang bagian bawahnya. Sejujurnya ia masih ingin kesal pada Varsha. Tapi mendengar penuturan gadis itu, rasa kesalnya mendadak hilang. Lagipula, ia sudah cukup yakin bahwa Varsha tidak mungkin menduakannya.
Walaupun di awal terdengar mustahil bahwa Varsha menyukainya, tapi lebih mustahil lagi jika gadis itu menyukai orang lain. Apalagi orang yang sekedar menyukainya hanya karena penampilan dan finansialnya, bukan karena mereka pernah memiliki memori yang bisa dikenang.
Baiklah, Vanilla rasa ngambeknya cukup sampai di sini. "Beneran itu punya sepupu kamu?"
"Mungkin aja. Karena seinget aku dia pernah pake makeup-nya di sini."
"Yaudah! Sini lipstick-nya! Jangan dibuang! Dior tuh, hati-hati!" Vanilla ambil lipstick itu, lalu ia simpan kembali ke dalam laci dashboard. "Aku masih kesel! Kalo mau keselnya ilang, harus cium dulu!" Ucapnya sembari mengambil tisu di sana, lalu membersihkan bibirnya tanpa menoleh lagi pada Varsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
Teen Fiction(Completed) Kok ada ya manusia unik kayak gitu? Gak gak, lebih tepatnya ANEH! Bertemu dengannya adalah suatu ketidaksengajaan yang aku harapkan. #GXG