"Enggak. Saya liat kamu pas mau masuk gerbang."
Mata gadis itu menyipit, mencari kebohongan di sana.
"Kita datang di jam yang sama, 6.45."
Memang benar dirinya dan Wren datang pada saat jam itu.
Melihat Varsha yang hanya menampilkan wajah datarnya sedari tadi, membuat ia tidak bisa menebak mimik wajah itu dan akhirnya percaya dengan penjelasan singkat nan padat dari Varsha. "Lo mau pulang?"
"Iya."
Vanilla berdeham singkat. Tangannya menggaruk pelipis seperti orang kebingungan.
"Apa?"
"Gue ikut balik bareng lo, dong! Ada yang mau ditanyain."
"Apa?"
"Yaudah balik dulu aja. Tar ngomong di mobil. Bawa mobil kan lo?"
"Bawa."
"Yaudah ayo kita pulang!"
"Kenapa saya harus mau?"
"Mau apa???"
"Bawa kamu."
Gadis itu berdecak. "Gue kan bilang mau nanyain sesuatuuu!"
"Bisa sekarang."
"Oh, lo tega nyuruh gue pulang sendiri jalan kaki???"
"Temenmu mana?"
"Udah pulang, ish! Ayolahhh sekalian anter gue napaaa... Berbuat baik dikittt! Gue numpang juga gak bikin mobil lo berubah jadi bemo. Tar gue ganti dah bensinnya."
"Kopi aja kamu gak sanggup bayar."
Sedikit tertohok gadis itu oleh ucapan dingin Varsha. "Tadi duit gue udah kepake tauu! Biasanya juga banyak! Cuma ya agak kurang IKHLAS aja gitu kalo harus beliin kopi buat orang."
"Tidak tau diri." Varsha melangkahkan kakinya, meninggalkan gadis itu dan menuju ke arah mobilnya.
"Apa lo bilang?!!"
"Tidak tau diri." Ulangnya dengan nada yang tidak berubah.
"Jahat amat sih mulut lo! Yaudah kalo gak mau numpangin, gue numpang ke orang lain aja! Lagian soal kopi itu, siapa yang gak jengkel kalo harus ngebeliin tiap hari pake duit jajan sendiri?? Gue juga gak mau kali kalo awalnya gak kepaksa-- Cih, nyebelin banget jadi orang!" Vanilla terus mendumel di tempatnya berdiri, sementara di sana Varsha sudah membuka pintu mobilnya. "Ihhh parah banget!" Ia pun berlari mendekat, hendak mengeluarkan unek-uneknya lagi. "Heh, Varsha! Kalo orang ngomong tu dengerin! Main pergi-pergi gitu aja! Ugh, gak tau kenapa gue mau-mauan nyamperin lo ke sini!"
Varsha sudah menaiki mobilnya. Ia memakai kacamata hitam bermodel aviatornya lalu kembali melihat ke arah Vanilla yang berdiri di samping mobilnya. "Kamu jadi pusat perhatian. Masuk." Kepalanya menoleh ke arah kursi penumpang di sampingnya.
Di sekitarnya memang ada beberapa pasang mata yang menatapnya heran lantaran tadi dirinya mengomel. Tak ingin merasa semakin malu, ia pun akhirnya masuk ke dalam mobil itu dan mereka pun meninggalkan pelataran parkir SMA Darksinarga yang sudah menampung keduanya selama tiga bulan terakhir ini.
"Gue gak mau ya kalo harus tumpangan ini pake kopi lagi!" Vanilla menatap lurus ke depan dengan tatapan kesal.
"Iya."
Gadis itu pun menoleh, menatap tajam Varsha yang menatap jalanan di depan. "Gue mau nanya sama lo! Jujur!" Matanya tak lepas menatap bagian samping wajah milik Varsha. Bahkan dari samping pun wajahnya nampak sempurna. "Lo udah nikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
Fiksi Remaja(Completed) Kok ada ya manusia unik kayak gitu? Gak gak, lebih tepatnya ANEH! Bertemu dengannya adalah suatu ketidaksengajaan yang aku harapkan. #GXG