16. Hari ini

2.8K 293 56
                                    

Vanilla dan Wren saling tatap beberapa saat dengan raut bingung.

"Hey!" Gadis itu kembali bersuara.

"Lu...siapa ya?" Akhirnya Vanilla pun mengungkapkan kebingungannya.

"Kenapa pertanyaan gue tadi gak dijawab?"

"Ya gue bingung lu tiba-tiba dateng nanya begituan. Emang lu siapa gue tanya?"

"Gue Jasmine. Anak kelas X IPA-3."

"So? Ada urusan apa lu sama kita?"

"Gue gak ada urusan sama lu, tapi sama Wren."

Vanilla menatap Wren bingung. Kepalanya bergerak seolah bertanya, 'Dia siapa?'

Tapi, justru Wren malah menggeleng tak tahu. "Lu ada urusan sama gue? Ada apaan? Gue kenal lu aja enggak."

"Jelas lu gak kenal gue, orang lu gak pernah ngeliat keberadaan gue!"

Semakin bingung saja Vanilla dan Wren.

Gadis bernama Jasmine itu menarik nafasnya dalam, "I have a crush on you, Wren!"

Kedua gadis itu sama-sama terkejut.

"Padahal gue udah beberapa kali ini deketin lu, tapi lu gak pernah sadar! Gue udah nyuruh temen juga buat nyampein omongan gue. Tapi kayaknya lu cuma nganggep angin lalu! Dari awal gue udah agak pesimis ngeliat lu deket sama dia. Terlebih, tadi pas kalian turun dari motor. Kenapa sih harus mesra kayak gitu?! Kalian pacaran apa gimana, sih?!"

"Bentar-bentar, jangan-jangan yang ngirim surat waktu itu, lu? Trus, yang kemaren gue dipanggil sama orang habis istirahat pertama, katanya ada yang suka sama gue dan ngasih gue sepatu juga lu???"

"Iya!!! Itu gue! Baru sadar lu?! Kenapa sepatunya gak diterima?! Kenapa suratnya juga gak dibales?!"

Perihal surat, Wren pernah berpikir bahwa itu dari Varsha. Mengingat sebelumnya, mereka terlibat suatu obrolan mengenai Vanilla itu. Wren kira Varsha ingin berbicara lebih intens lagi dengannya karena ia berbicara seperti itu. Tapi ternyata ia salah.

Dan perihal dirinya yang dipanggil karena ada suatu urusan kemarin setelah mereka bertiga kembali dari kantin, Wren mengira bahwa itu adalah hal iseng saja. Mengingat, orang yang menyampaikan pesan itu nampak cekikikan dan sepatu yang didapatnya juga berukuran sangat kecil. Tidak akan muat di kakinya yang memiliki size 40. Tentu akhirnya ia tidak menganggap itu serius.

"Makanya kalo mau ngomong tu yang jelas lah! Gak usah kirim-kirim surat kayak gitu. Lu pikir ini zaman apaan? Lagian, lu tau dari mana kalo ukuran sepatu gue 34? Lu gak liat kaki gue gede begini? Itu ukuran sepatu lu kali! Jadi ya gue mikirnya ada yang jail aja kek gitu."

"Ya tapi kan--" Jasmine mendengus. "Yaudahlah, pokoknya gue pengen kita ngobrol dulu!" Tangannya meraih tangan Wren di sana. "Please tell me that she's not your girlfriend... Gue gak mau ada yang ganggu kita. Gue pengen kita ngobrol tanpa ada yang ganggu."

Salah satu sudut bibir atas Vanilla terangkat. "Gue? Ganggu???" Helm yang masih terpasang di kepalanya pun ia lepas paksa dan kembalikan pada Wren dengan raut wajah cemberut, "Sana ngobrol berdua! Lu kira gue apaan ngeganggu lu? Gak jelas!" Lantas ia pun pergi dari pelataran parkir motor itu menuju kelasnya.

Wren yang melihat Vanilla berjalan cepat, tentunya hendak menyusul. Tapi kini, ia harus ditahan oleh seonggok manusia cantik yang tiba-tiba datang tanpa diundang.

"Yaudah cepet kalo mau ngobrol!"


...


Saat sampai di kelas, Vanilla langsung menghempaskan tubuhnya ke kursi dengan masih mempertahankan raut jengkel.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang